“Hidup dalam Air Mata”Chapter 15




HIDUP DALAM AIR MATA / PART 15

POST BY NARAGIRLZ

Author : KA Jung Liu

Disclaimer :
Manga dan semua carekter Naruto cuma milik Masashi Kishimoto,
Naruto dan Hinata mutlak milik Masashi Kisimoto kita hanya sebatas pengagum mereka. Akan tetapi Naruto hanya milik Hinata. Dilarang keras memisahkan Naruto dari pelukan Hinata! Bagi Keluarga Naru_Hina Lover's
(UUD NHL 2013 Pasal 2 Ayat 1)
Pairing : Naruto & Hinata
Rate : M
(Untuk tidak kekerasan dan kata-kata kasar, Tidak ada adegan Limenya )
Genre :
Angst. Action, Romance, Tragedi, (Mungkin?)
Warning:
Ide cerita pasaran, OOC, AU, Typo,Tanda baca salah, No EYD, Agak BAKU, membingungkan, hati-hati karena P.O.V berubah-ubah dan masih banyak kekurangan yang lain.

.

.

.

.

Sebelumnya Di HDAM :

Naruto memeluk Hinata lembut "Princess ... jika aku mati, silahkan buka hatimu untuk orang lain dan lupakan aku." Kata Naruto dengan nada suara yang serius.

Hinata cepat mendongak kearah Naruto. "Tidak, Naruto-kun tidak akan mati dan aku tidak akan pernah melupakan Naruto-kun." Hinata berkata dengan tegas dan kini matanya berwarna merah.

"Tolong ... hanya itu keinginan ku." Naruto berbisik di telinga Hinata sebelum mencium bibir Hinata penuh gairah.

.

.

.

.

Hinata bangun keesokan paginya, ketika mencoba melihat sekitar tempat tidurnya dia hanya mendapati tempat kosong di sampingnya. Dia ingat bahwa Naruto dan dirinya menghabiskan sisa malam itu hanya dengan saling berpelukan, bukan berbicara karena mereka tidak memerlukan kata-kata untuk mengetahui apa yang ada dalam pikiran masing-masing.

Dia menatap tempat kosong yang sempat diisi oleh Naruto tadi malam. Dia memindahkan tubuhnya ke tempat itu dan membenamkan kepalanya di bantal yang digunakan oleh pria pirang tersebut, dia mencoba menghirup aroma yang tertinggal dibantal.

Hinata tidak bisa menangis lagi, mencoba menguatkan hati dia menahan air matanya agar tidak jatuh, dia percaya Naruto pasti akan bertahan dan kembali padanya segera.

.

.

.

Sakura menghubungi Naruto dan Lee serta meminta keduanya untuk bertemu. Dengan kepercayaan Sakura pada sebuah pepatah yang mengatakan bahwa "Tempat paling berbahaya adalah tempat yang paling aman" Sakura memutuskan untuk bertemu di apartemen Naruto.

"Kalian akan kehilangan hidup kalian jika kalian setuju untuk melakukan hal ini, tapi Aku akan selalu menghormati pilihan kalian." Sakura berkata membuka percakapan, sejak Shino terbunuh dia ingin Lee dan Naruto berpikir terlebih dahulu sebelum membantu Sakura bertindak.

"Jika bukan karena Sakura Nee-chan mungkin aku dan Lee sudah mati sejak lama." Naruto akhirnya berkata memantapkan tekadnya untuk membantu Sakura, mengingat bagaimana Sakura menyelamatkannya untuk melarikan diri keluar dari Cina.

Lee menganggukan kepalanya menyetujui apa yang dikatakan Naruto.

"Arigatou. Rumah sakit telah menghubungiku mengatakan bahwa ada tanda-tanda Sasuke-kun bangun. Berita itu telah sampai ke Itachi dan sekarang ia memerintahkan beberapa anak buahnya berjaga di luar ruangan Sasuke-kun. Aku takut Itachi tidak akan membiarkan Sasuke-kun bangun, karena setelah Sasuke-kun bangun Itachi akan kehilangan kepemimpinannya di Kitsune. "Sakura berkata dengan nada khawatir.

"Jadi kita perlu membawa Sasuke Nii-san keluar dari rumah sakit sebelum Itachi melakukan sesuatu yang membahayakan keselamaannya." Lee akhirnya berkata memahami situasi.

"Tapi, hanya ada kita ber-empat termasuk Yuugo, jadi kita membutuhkan sebuah rencana." Naruto sedikit khawatir apakah mereka bisa dengan aman dapat membawa Sasuke keluar dari rumah sakit hanya dengan mereka ber-empat.

"Jangan khawatir aku sudah memikirkan dengan matang rencananya, kalian hanya menunggu panggilan dariku." Sakura mengatakan hal tersebut, sebelum meninggalkan apartemen dengan Yuugo.

.

.

.

.

'Tidak ada pilihan rencana lain yang ada dalam pikiranku saat ini kecuali melibatkan bantuan Ino-chan' Sakura berpikir untuk dirinya sendiri dalam perjalanan menuju rumah sakit.

Sebelum sakura pergi ke Thailand, dia bertemu dengan Ino lagi di rumah sakit pada akhirnya dia tahu bahwa Ino yang bertanggung jawab mengurus Sasuke. Hanya dia satu-satunya yang bisa mendekati ruangan Sasuke. Meskipun sebenarnya Sakura tidak ingin meminta bantuan Ino, seseorang gadis yang harus dia lupakan, tetapi Sakura benar-benar tidak punya pilihan lain.

Karena sering berkunjung kerumah sakit, Sakura tau kapan waktu yang sepi dari pengunjung. Sakura bersembunyi di sudut lorong dekat dengan kantor perawat, menghindari perawat yang mungkin mengenalinya.

.

.

.

.

Ino baru saja selesai dari shiftnya dan dia bertujuan untuk istirahat makan siang. Dia pergi ke kantor perawat untuk mendapatkan dompetnya, tapi sebelum dia sampai di dalam dia ditarik oleh tangan ke lorong yang kosong.

Ino reflek berteriak akibat tindakan tiba-tiba, kemudian tangan yang menariknya menutup mulutnya menghentikan suara teriakannya. Sakura menyematkan Ino ke dinding dan saat itulah Ino menyadari siapa orang itu.

Ketika Sakura melihat bahwa Ino tidak berniat untuk berteriak lagi, Sakura perlahan menyingkirkan tangannya dari mulut Ino.

"Aku membutuhkan bantuanmu." Tanpa sadar Sakura membelaian pipi Ino, matanya menatap Ino dengan tatapan betapa ia merindukan melihat wajah cantik tersebut.

"Aku pikir kau tidak ingat aku?" Ino mulai berkaca-kaca saat ia membawa tangannya berada di atas tangan Sakura dan menggenggamnya.

"Bagaimana mungkin aku tidak mengingatmu?" Bisik Sakura.

Sakura memberikan kecupan lembut di dahi Ino, sebelum memeluk Ino dengan erat. Ino terkejut dan hanya membalasnya dengan memeluk sakura kembali. Mereka bertahan di posisi itu cukup lama hingga Ino mendengar langkah kaki mendek ke arah mereka, Ino melepas pelukan meraih tangan Sakura dan menarik gadis yang lebih tua ke ruangan pasien yang kosong.

"Bantuan seperti apa yang kau butuhkan?" Ino mulai bertanya ketika dia tahu bahwa mereka aman dan tidak akan ketahuan.

"Aku harus membawa suami ku keluar dari rumah sakit ini."

"Bukankah kau hanya perlu mendatangi resepsionis dan mengurusnya maka dia bisa dipindahkan ke rumah sakit lain."

"Tidak, aku ingin dia keluar tanpa diketahui oleh orang-orang." Sakura menjelaskan.

Ino tahu ada sesuatu yang terjadi sejak dia tidak melihat Sakura datang lagi untuk mengunjungi Sasuke dan semenjak itu ada orang-orang aneh yang berdiri di luar ruangan Sasuke.

"Nee-san kau tau bahwa jika ada yang mengetahuinya, aku akan kena imbasanya juga."

"Aku tau, tapi aku tidak punya pilihan, kau satu-satunya yang bisa mendekati ruangan suamiku."

Ino berpikir sejenak.

"Oke, aku akan membantumu jika kau menjawab pertanyaan ini dengan jujur. Berapa banyak yang kau miliki sebelum aku ?"Itu adalah pertanyaan yang terlontar begitu saja, karena di mengingat saat Ino bangun dari mabuknya, Ino hanya menemukan surat kaleng yang memberikan kesan bahwa Sakura melakukan hal tersebut sepanjang waktu dan Ino bukan gadis yang pertama.

"Kau pertama yang membuat aku mengkhianati suamiku. Tidak peduli betapa kesepiannya yang aku rasakan sebelumnya, aku masih bisa mengendalikan diri tapi, aku tidak tahu mengapa malam itu aku bisa bertindak seperti itu denganmu. Maafkan aku ... "Ada kesedihan di mata Sakura saat berkata hal tersebut.

"Aku akan membantumu." Ino menyeka air mata di matanya, tidak peduli apakah kata-kata Sakura itu benar atau tidak yang jelas itu telah menyentuh hatinya.

.

.

.

.

Hari ini adalah hari dimana mereka menjalankan rencana mereka untuk membawa Sasuke keluar dari rumah sakit, jauh dari cengkraman Itachi.

Ino akan melakukan pekerjaan seperti biasa sebagai perawat sementara Naruto dan Lee akan menyamar sebagai perawat pria untuk membantu Ino, mereka berdua mengenakan masker untuk menutupi identitas mereka.

Yuugo akan menunggu di pintu belakang untuk membawa Sasuke menuju mobil dan Sakura akan tetap tinggal di mobil karena dia telah banyak dikenali oleh orang di rumah sakit.

Sakura memilih waktu sibuk, hari di mana banyak orang yang akan membesuk pasien. Sakura memilih waktu tersebut karena lebih banyak orang di rumah sakit akan menciptakan lebih banyak kebingungan. Sakura memandang ke arah jam tangannya, waktu menunjukan 12:30, dia mulai cemas menunggu di mobil, seharusnya sudah waktunya rencana dimulai.

.

.

.

.

Di sisi lain

Ino berjalan santai ke kamar Sasuke seperti biasa, satu-satunya perbedaan adalah hari ini ada dua perawat laki-laki berjalan di belakangnya dan salah seorang dari perawat tersebut mendorong kursi roda. Ino memasang tatapan dingin dan berjalan ke pintu ruangan seperti biasa. Tapi, sebelum dia bisa masuk sebuah tangan menghalangi jalan mereka.

"Kami akan membawa Mr. Uchiha untuk pemeriksaan." Ino berkata terdengar sedikit kesal.

Orang-orang dengan setelan jas hitam ala bodyguard yang kini berdiri menjaga pintu sedikit ragu-ragu, sebelum akhinya menjatuhkan tangan mereka memberi sinyal kepada Ino dan dua perawat tersebut untuk masuk.

Naruto dan Lee yang menyamar hanya menundukan kepala mereka sepanjang waktu. Lee mendorong kursi roda sementara Naruto membawa selimut merah. Mereka memasuki ruangan tanpa dicurigai.

Begitu mereka berada di dalam Lee mendorong kursi roda tepat di samping tempat tidur dan Naruto bergegas menyingkirkan selimut yang menutupi Sasuke. Dengan hati-hati mereka berdua memindahkan Sasuke aman ke kursi roda.

Setelah mereka rasa beres, Ino berjalan terlebih dahulu keluar sementara Lee dan Naruto mendorong kursi roda. Mereka perlahan-lahan berjalan keluar dari ruangan, Naruto dan Lee masih menundukan kepala mereka.

"Tunggu!" Salah satu pria yang berjaga tiba-tiba berteriak mengejutkan mereka bertiga.

.

.

.

.

Ino perlahan berbalik, mencoba mengendalikan ekspresinya untuk tidak terlihat takut. Dia merasakan keringat keluar dari dahinya.

"Ya ?" Ujarnya menunjukan senyum termanisnya.

"Berapa lama pemeriksaan ini akan berlangsung?"

"Sekitar 1 sampai 2 jam" Ino setenang mungkin membalas pertanyaan tersebut masih dengan memasang senyuman.

Pria tersebut tidak bertanya lagi dan mereka merilekskan tubuh mereka setelah berdiri di pintu selama berjam-jam.

.

.

.

.

Ino, Naruto dan Lee terus berjalan dengan normal ke tempat tujuan mereka. Sakura telah memberitahukan kepada mereka rute yang aman untuk menghindari perawat yang mungkin akan mencurigai mereka.

Di pintu belakang rumah sakit sebuah mobil van hitam diparkir di depan pintu tersebut , Yuugo duduk di kursi pengemudi dan Sakura tengah duduk di kursi penumpang. Ketika ia melihat dua sosok familiar, Sakura segera keluar dari van dan membantu mereka untuk mengamankan Sasuke ke dalam mobil.

Sakura menghadapi Ino dan menyerahkan beberapa dokumen.

"Aku akan menyerahkan surat-surat ini atasa nama mu dan mengatakan kepada pihak rumah sakit bahwa kau telah mentransfer Mr. Uchiha ke rumah sakit lain." Ino berkata.

Sakura mengkhawatirkan Ino, karena jika Mr. Uchiha menghilang Inolah yang akan bertanggung jawab. Maka Sakura bertindak cepat dengan menandatangani surat perpindahan pasien agar Ino tidak perlu disalahkan.

"Ini adalah alamat Senpai ku. Meskipun ia masih dokter praktek tapi, dia cukup ahli. Dia yang akan merawat Mr. Uchiha "Ino menyerahkan sebuah catatan dengan coretan sebuah alamat di atasnya kepada Sakura.

Keduanya memiliki beberapa detik menatap mata masing-masing, sebelum Sakura tersenyum dan kembali kedalam van. Mereka segera melaju ke alamat yang diberikan oleh Ino. Setelah beberapa jam perjalanan akhirnya mereka mencapai tujuan.

Sakura menekan bel pintu, ketika pintu terbuka menampakan sosok seorang pemuda berkacamata.

"Kalian pasti teman Ino ?" Pemuda itu bertanya sembari melebarkan pintu, membiarkan pasien masuk.

Naruto akhirnya memasuki ruangan dan ketika ia melihat pemuda tersebut dia segera mengenalinya.

Sedikit kilas balik datang dalam pikiran Naruto ketika ia menatap Sai.

"Hei, Ijinkan aku memperkenalkan teman kencanku disini di sini, namanya adalah Sai. Dia kuliah di universitas yang sama dimana kita belajar, dia mengambil jurusan kedokteran. "

Dia kemudian ingat bahwa pemuda itu adalah teman kencan Ino saat mereka memiliki double date di taman hiburan.

"S ... Sai?" Naruto berkata terdengar sedikit tidak yakin.

"Hi kita bertemu lagi." Sai mennyambutnya dengan senyuman.

Sai memimpin mereka ke sebuah kamar dengan tempat tidur ukuran King di tengah-tengah ruangan. Sakura, Lee dan Naruto semua membantu untuk meletakkan Sasuke ke tempat tidur tersebut. Setelah itu Sai mulai melakukan pemeriksaan sederhana pada Sasuke.

"Aku telah menerima salinan riwayat penyakit Mr. Uchiha dari Ino. Dia tampaknya baik-baik saja dan ada tanda-tanda bahwa dia akan bangun. "Kata Sai.

"Arigatou ." Kata Sakura, dia menatap suaminya dengan mata penuh harapan.

"Tidak perlu berterima kasih padaku. Berterimakasih pada Ino-chan, karena dia aku setuju untuk melakukan hal ini. "Sai berkata memasang senyum tulusnya sebelum meninggalkan ruangan.

.

.

.

.

"Kalian yang terburuk dari pada sampah!" Itachi marah menendang dua orang yang bertanggung jawab menjaga di luar ruangan Sasuke.

Kedua pria tersebut hanya mampu menahan rasa sakit, berlutut di lantai siap untuk menerima hukuman yang lebih dari bos mereka. Itachi hendak mengangkat kakinya lagi untuk hukuman yang lain tapi terpotong oleh panggilan telepon. Dia putus asa mengangkat telepon dan menjawabnya dengan kesal.

"Apa?!" Itachi menunjukan keterkejutan dan ekspresinya semakin marah.

Sepertinya kami-sama tidak berpihak padanya untuk menjadi pemimpin Kitsune. Pertama dia bemasalah dengan kematian Shino, karena polisi datang dan terus mengganggunya.

Kedua adalah dia sedang diawasi oleh polisi, bahkan ketika dia pergi ke toilet dia merasa seperti seseorang sedang mengawasinya, dan sekarang dia menerima telepon dari bandar narkoba yang mengatakan bahwa mereka hampir tertangkap oleh polisi selama transaksi obat-obatan.

Mendengar berita tersebut Itachi marah mebanting telepon ke lantai melampiaskan kemarahannya. Ketika dia melihat dua orang masih berlutut di lantai dan tiba-tiba dia melepaskan beberapa tendangan ke pada mereka membuat mereka berbaring di lantai lagi.

.

.

.

.

Rumah sai

Sakura tinggal di sisi Sasuke sepanjang waktu apa pun yang terjadi dengan Kitsune saat ini tidak penting baginya. Yang paling penting adalah melihat Sasuke terjaga, Sakura duduk di samping Sasuke dan berbicara tentang hari itu.

"Maafkan aku Sasuke-kun, karena aku tidak bisa melindungi Kitsune sampai kau bangun."

"Tapi kau tahu, sebagian dari dalam diriku benar-benar bersyukur karena kita tidak perlu lagi terlibat ke dalam Kitsune lagi. Aku hanya ingin menghabiskan sisa hidupku dengan normal bersama orang yang aku cintai. "Sakura berkata memgang erat tangan Sasuke dan menempatkan kecupan ringan di dahi Sasuke.

Sakura beralih mengulurkan tangannya mengambil koran, yang telah menjadi kebiasaannya membacakan berita untuk Sasuke sejak dia datang ke sini. Sakura menyebarkan koran ke halaman pertama dan segera melihat headline besar tentang Kitsune. Dia dengan cepat membaca artikel dan matanya melebar saat ia membaca keseluruhan artikel.

"Nee-san kau membaca surat kabar hari ini?" Naruto masuk tanpa mengetuk pintu.

"Apa sebenarnya yang terjadi?" Sakura bertanya ia masih tidak percaya kekacauan di Kitsune.

"Aku dengar bahwa Itachi sedang dicari oleh polisi, polisi memiliki informasi kuat bahwa Itachi terlibat dalam obat-obatan yang hilang serta kematian Shino." Naruto menjelaskan, tapi dia masih tidak percaya bahwa Itachi yang selalu berhati-hati kini ketahuan .

"Sekarang apa yang harus kita lakukan?" Tanya Naruto karena tidak ada kata-kata yang keluar dari mantan pemimpin tersebut.

Tepat ketika Sakura hendak mengatakan sesuatu teleponnya berdering. Dia mengangkat telepon mengetahui bahwa itu panggilan dari luar negeri yang berarti dari ayah mertuanya. Sakura menjawab telepon dengan sopan santun dan dia mendengarkan dengan hati-hati sebelum menutup telepon.

"Apa yang terjadi?" Naruto cemas bertanya.

"Ayah ingin aku mengambil alih Kitsune lagi." Kata Sakura tanpa ekspresi.

"Apa? Jadi sekarang, ketika Kitsune berantakan dia mengembalikannya kepadamu. "Naruto hanya bisa menggeleng kepala.

"Baiklah Naruto, sepertinya kita perlu mengurus kembali semuanya." Sakura menempatkan koran ke tempat semula dan berdiri. Dia sedikit tenang tidak seperti Naruto.

"Nee-san jika kau kembali sekarang, polisi justru akan menangkapmu ." Naruto memegangi lengan Sakura tidak membiarkan pemimpinnya kembali ke neraka.

"Naruto ... Kitsune adalah sesuatu yang Sasuke-kun tinggalkan untuk ku jaga sebelum ia koma. Aku harus melindunginya tidak peduli apapun yang terjadi "

Naruto tinggal diam untuk sejenak menatap Sakura tepat dimata, Pemikiran tentang Sakura-lah yang menyelamatkannya dari ancaman kematian dan sekarang dia tidak akan menyesal jika dia harus mempertaruhkan hidupnya untuk membalasnya.

Sakura meninggalkan ruangan dengan Naruto mengikuti di belakangnya.

.

.

.

.

Itachi masih menjadi buronan polisi, namun belum ada tanda-tanda di mana dia berada. Kiba juga mehilang. Kitsune kini dalam keadaan berantakan sekarang tanpa pemimpin. Kitsune dalam keadaan terpecah belah tanpa pemimpin untuk menyatukan geng, semua ketua kelompok dalam Kitsune telah memutuskan untuk keluar dari tanggungjawab mereka, seolah itu bukan bisnis mereka dan bahkan beberapa dari mereka justru pergi berlibur menghindari polisi.

Kitsune sekarang seperti tempat penampungan kosong dengan tidak ada apa-apa di dalamnya.

Setelah menerima panggilan dari ayahnya, Sakura segera kembali ke markas Kitsune dengan Naruto mengikutinya, sementara Yuugo menjaga Sasuke. Dalam perjalanan Naruto menginformasikan Lee tentang pertemuan mendadak. Setelah Sakura, Lee dan Naruto melangkah dekat ke wilayah Kitsune mereka merasa diawasi. Mereka mengira mungkin polisi yang mengawasi mereka.

Setelah mereka sampai di kantor disambut oleh Yamato dan Couji yang sudah berada di dalam menunggu kedatangan mereka. Sejak Itachi mengambil alih kepemimpinan, Sakura telah menginformasikan kedua anggota di Cina untuk berada di pihaknya untuk mendukungnya.

Keduanya membungkuk ke arah Sakura, kemudian memeluk Naruto dan Lee sebagai salam pertemuan.

"Boss, aku pikir boss harus berhati-hati dengan Itachi, Aku dengar bahwa dia mencarimu." Yamato berbicara dalam bahasa Cina.

Empat orang yang memahami Cina mulai percakapan mereka dalam bahasa Cina, mungkin menjadi hal yang terbaik, karena jika polisi sengaja mendengar mereka, itu setidaknya membuat polisi mebutuhkan banyak waktu untuk menerjemahkannya.

"Kenapa dia mencari Sakura Nee-san?" Naruto bertanya dalam kebingungan.

"Itachi pikir boss lah yang mengirim semua bukti kepada polisi untuk balas dendam padanya." Kali ini Couji yang menjelaskan.

Sakura hanya diam, dia bergerak ke kursinya dan duduk di atasnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun. 'Mungkin sudah waktunya untuk melaksanakan rencana yang telah lama menjadi impian Sasuke-kun' Sakura berpikir untuk dirinya sendiri.

Impian Sasuke adalah sederhana dia ingin merombak Kitsune menjadi sebuah perusahaan bisnis yang legal, yang berarti obat-obstsn yang dijual adalah legal, senjata dan bisnis yang di kelolah Kitsune legal. Tapi itu tidak mudah, itu memerlukan waktu yang lama dan rencana yang matang. Sakura tahu tentang rencana ini dan juga telah terlibat didalamnya. Semuanya berhenti ketika Sasuke koma, yang Sakura dapat lakukan adalah mempertahankan Kitsune sampai Sasuke bangun.

Pertemuan terus berlangsung mereka berdiskusi tentang rencana baru Sakura untuk mengubah Kitsune menjadi bisnis yang legal. Sakura membutuhkan dukungan dari anggota-anggota kepercayaan untuk membantunya membuat rencana ini bekerja.

Lee sebenarnya ingin meberitahukan temuannya mengenai obat-obatan yang hilang, tapi setelah mendengar rencana Sakura di mengurungkan niatnya. Dia berpikir, jika Kitsune berhasil menjadi perusahaan bisnis Legal di masa depan maka tidak perlu lagi untuk menemukan obat-obatan yang hilang.

"Aku akan kembali ke Thailand dan berbicara dengan ayah tentang hal ini. Aku akan meyakinkannya. "Kata Sakura dengan penuh keyakinan.

"Yamato dan Couji, Aku ingin kalian meyakinkan semua pemimpin kelompok kembali berada di pihakku. Naruto dan Lee, Aku ingin kalian berdua untuk melindungi Sasuke-kun dan pastikan dia aman. " Sakura memerintahkan.

"Apakah kau akan kembali sendirian?" Naruto bertanya sedikit cemas.

"Tidak, Yuugo akan ikuti denganku."

.

.

.

.

Setelah pertemuan tersebut selesai lima dari mereka meninggalkan ruangan. Yamato dan Couji pergi pertama karena memiliki tugas yang sama, Sakura, Lee dan Naruto memutuskan untuk kembali ke rumah Sai, akan tetapi setelah menerima sebuah pesan Sakura berkata kepada Naruto dan Lee bahwa dia perlu pergi ketempat lain.

Naruto dan Lee ingin menemaninya tetapi Sakura tidak mengijinkannya, dia mengatakan ada masalah pribadi yang harus diselesaikan. Keduanya hanya bisa taat, ketika mereka berpisah menuju arah berlawanan tiba-tiba sebuah van menyusuri jalan setapak dan berhenti tepat di depan Sakura.

Lima orang keluar dari van putih menyambar Sakura dari kedua sisi membuat sakura refleks berteriak. Mendengar suara gaduh tersebut Naruto dan Lee cepat berlari kearah Sakura. Keduanya berjuang melawan lima pria yang sedang memegang senjata dan pisau. Sakura, naruto dan Lee kini dikelilingi oleh lima orang tersebut. Lima pria tersebut ternyata sangat kuat sehingga Naruto, Lee dan Sakura mendapat pukulan telak dan diseret masuk ke dalam van.

Ketiganya diikat erat, selotip menutup mulut mereka meredam suara teriakan, dan penutup mata membuat gelap pandangan mereka. Mereka hanya bisa mendengar suara sepanjang jalan. Van tersebut akhirnya berhenti dan mereka yakin itu bukan perjalanan singkat, seolah-olah mereka telah jauh dari wilayah kota.

Ketiganya dengan kasar didorong keluar dari van oleh enam pria, mereka diseret ke suatu tempat. Ketika mereka berada tepat di depan pintu, Sakura, Lee, dan Naruto dengan kasar di tendang masuk hingga membuat ketiganya tersungkur ke lantai.

Ke enam orang pria yang membawa mereka melepaskan selotip dengan kasar menyebabkan mereka bertiga meringis kesakitan.

"Siapa kalian?" Lee adalah orang pertama yang berbicara melontarkan pertanyaan pada mereka setelah mereka melepaskan selotip. Tapi karena hal tersebut ia justru mendapatkan tendangan lain di perutnya.

Pria dengan tato berbadan besar tersebut segera melepaskan penutup mata mereka , tapi tali tetap diikat ke pergelangan tangan mereka.

"Itachi ?" Bisik Sakura ketika akhirnya ia melihat siapa yang ada di balik semua ini.

"Itachi ? Apa yang kau inginkan ?"Sakura berteriak memberi Itachi death gler mematikannya namun tidak berpengaruh untuk Itachi.

"Kalian berharap aku mati kan, sayangnya aku masih hidup." Balas Itachi dengan seringai sombong.

.

.

.

.

To Be Continue...

Comments