Naruto, You're Smart or Stupid? Chapter 3/4



Naruto, You're Smart or Stupid? Chapter 3/4


Post By Tatsumi
Disclaimer : Naruto by Masashi Kishimoto
Naruto, You're SmartorStupid ?
Special for NaruHina Fluffy Day #5#
Warning : OOC, AU, TYPO, EYD TIDAK BAKU UNTUK HUMOR AND MANY MORE
GENRE : ROMANCE, COMEDY, HAPPY (?)
Summary : Naruto yang santai, enjoy dan sangat pintar serta penuh bakat, bertemu dengan seorang gadis kikuk, polos, moe, sedikit pemalu, dan bermata lavender penuh keinginantahuan. Apa cinta bisa menyambut mereka ?!
Multichap short. 4 Chap. Fourshoot (berubah lagi-_-)
.
.
.
Enjoy it !
Chap 3 : Janji dan Cinta
Deburan ombak dan helaian angin malam menemani seorang Naruto Uzumaki malam itu. Ketua dewan sekolah yang terkenal paling pintar, penuh bakat, dan mempunyai kharismatik tinggi di Konoha High School tersebut kini duduk di sebuah pondok yang berada di pantai kota Konoha. Setelah mengantar Hinata menuju rumahnya, Naruto memilih kembali bersantai di pondok tempat dia melatih Hinata dan menikmati hembusan angin malam.
Naruto menundukkan kepalanya. Matanya menatap datar ke arah pasir pasir putih yang sepertinya balik menatapnya. Naruto memejamkan matanya dan menghela napasnya.
"Naruto-kuuun..ano..ano.."
GEEEEKHH ! Naruto menoleh dengan wajah jijik ke arah kanan. Tampak di sampingnya duduk Pein dengan wajah merona dan semburat merah yang gak jelas. Di samping Pein berdiri Sasuke sambil menyandarkan tubuhnya di tiang pondok tersebut.
"Lagi memikirkan apa, Dobe?" tanya Sasuke dengan nada datar. Naruto menaikkan alisnya.
"Hm..bukan urusanmu Teme.." kata Naruto sambil kembali menatap hembusan angin laut.
"Yah..bahaya untuk seorang gadis manis sepertimu berjalan sendirian malam malam di kota.."
".."
".."
".."
"BERIKAN AKU REKAMAN SUARA ITU SIALAN!" Naruto segera melompat ke arah Pein dengan wajah memerah. Pein dengan sigap menghindarnya sambil memasang wajah licik. Dia berdiri di samping Sasuke sambil melambai lambaikan alat perekam suaranya.
"Hahaha..ternyata ketua dewan sekolah kita yang kaku dan berhati dingin bisa merasakan yang namanya.."
"JATUUUUH..CINTHAAAAA..HAAAAHAAAA!" kata Pein dan Sasuke yang tiba tiba koor bersama. Alis Naruto naik turun dengan wajah kesal.
"Hentikan permainan bodoh ini.." kata Naruto dengan nada mengancam.
"Kami gak bermain kok.." kata Pein dengan wajah penuh dosa.
"Itu hanya kiasan sialan!" Naruto berdiri dengan wajah kesal. Dia menatap tajam kedua temannya.
"Jadi, mau kalian apa?" tanya Naruto.
"Kami senang kalau teman kami kini bisa menambatkan hatinya kepada seorang wanita. Kami senang jika teman kami bisa melabuhkan perasaannya ke seorang wanita.." kata Sasuke dengan wajah datar. Naruto mendengus kesal.
"Kau jangan berkata kata sok bijak, Teme.."
"Aku lagi menghapal puisiku untuk pidato besok Naruto, aku kan ketua klub para penyair.."
'Kira mau berkata bijak..' batin Naruto kesal. Sementara Pein berjalan mendekati Naruto dan berbisik di telinga temannya tersebut.
"Mau rekaman ini aku.." Pein segera memberi jeda.
"Hn..aku mau.." kata Naruto cepat.
"..Perbanyak?" kata Pein lagi, tampaknya sang ketua Akatsuki tersebut sengaja memancing emosi Naruto. Naruto menggelemetukkan gigi giginya.
"Hahaha..hanya bercanda Naruto, sedikit benar..eh, aku akan menghapus data rekaman ini jika kau mau menerima klub yang kubentuk.." kata Pein dengan wajah serius.
"Hn..apa itu?" tanya Naruto sambil sesekali melirik ke arah alat perekam Pein.
'Aku berpikir, klub apa yang bisa dibentuk Pein. Kalau tidak salah, orang itu tidak mempunyai keahlian khusus kecuali mencari link video mesum di internet' *itu sih bukan keahlian !-_-*
"Klub.." Pein memasang wajah penuh kebijaksanaan, entah kenapa, tiba tiba deburan ombak bertambah kencang saat dia mengatakan klub yang akan dibentuknya.
"..Akatsuki..ya, klub yang mau kubentuk adalah klub Akatsuki.." kata Pein dengan wajah datar.
"MANA ADA KLUB MACAM ITU!" teriak Naruto kesal "..Dan aku tidak tahu apa tujuan klubmu jika terbentuk.." Naruto menepuk keningnya "Bisa kau-"
"E eh..jika tidak mau yah..rekaman kata kata manis dari sang ketua dewan sekolah tetap akan ada bro.." kata Pein kembali melambai lambaikan alat perekamnya tersebut. Naruto rasanya ingin menghajar habis habisan teman masa kecilnya tersebut.
"Tembak saja dia Dobe.." kata Sasuke tiba tiba. Naruto menatap kebingungan ke arah Uchiha tersebut.
"Apa maksudmu?" tanya Naruto.
"Seorang wanita tidak dapat mengungkapkan hatinya, seorang wanita menunggu pria yang pertama kali mengutarakannya dan menyambut cinta mereka dengan tulus.." kata Sasuke dengan wajah bercahaya.
"Puisi lagi ?" tanya Naruto.
"Ya..aku lagi menghapal puisiku.." kata Sasuke.
'Tema puisinya apaan sih ?!' Naruto menghela napasnya dan menatap kedua temannya. Dia pun berjalan ke arah jalan dengan wajah yang menunduk ke bawah.
Naruto berhenti tepat di antara Pein dan Sasuke.
"Aku memang pintar dalam segala hal..tetapi, jika urusan yang namanya cinta.." Naruto terdiam sejenak.
"..Aku sangat bodoh.."
Mata Sasuke dan Pein serentak melirik ke arah sang ketua dewan sekolah. Mereka berdua mengangkat alisnya.
"Kami bisa membantumu.." kata Pein dengan wajah serius. Sasuke menganggukkan kepalanya perlahan.
Naruto berhenti. Dia masih terdiam. Hembusan angin malam menerpa ketiganya.
"Tenanglah roger..seperti angin malam yang berhembus di geologi arti jiwa, kau tetap tenang dalam atmosfir kekelaman malam.." kata Sasuke dengan nada datar.
"Puisi lagi?" tanya Naruto tanpa berbalik ke arah Sasuke.
"Ya.."
"TEMA PUISIMU APA SIH SIALAN?! DAN JANGAN MENGHAPAL PUISI SAAT KITA LAGI BERBICARA, AKU TIDAK TAHU KAU NGOMONG SERIUS ATAU APA!" kata Naruto sambil berbalik ke arah Sasuke dengan wajah kesal. Sasuke mengibaskan poni rambutnya.
'Apaan itu?!' batin Naruto kesal.
"Jadi Naruto..mau tahu caranya menembak wanita secara gentleman?" tanya Pein dengan wajah serius. Sebenarnya Naruto tidak yakin, tetapi melihat keantusiasan kedua sahabatnya membuat dirinya menganggukkan kepala dan kembali berjalan mendekati Pein dan Sasuke.
Sasuke menganggukkan kepalanya, Pein yang melihat itu berdehem.
"Pertama tama..sebelum kau menembaknya, kau harus mulai memanggil wanita yang kau cintai dengan akhiran chan..lebih bagus lagi jika kau membuat nama panggilan yang imut.." Pein berdehem sedikit lebih keras.
"Misalnya, saat kau memanggil Kakuzu..cobalah memanggil dia Kakuzu-chan atau Kuzu-chan..pasti terdengar lebih nikmat.."
"Tidak ada contoh yang lebih normal apa?" tanya Naruto dengan wajah sweatdrop.
"Biarin saja..kan Kakuzu namanya disebutkan di cerita ini, walaupun dia tidak muncul.." kata Pein yang tiba tiba nyambung ke jalan cerita. Naruto menghela napasnya. Dia menarik sekuat kuatnya dan menghembuskannya.
"Hi..Hi.."
Pein dan Sasuke menatap tajam ke arah Naruto yang wajahnya memerah.
'Aku tidak pernah melihat wajah Naruto merona ! ternyata dia benar benar jatuh cinta !' batin Pein dan Sasuke dengan tatapan nanar.
"Hi..Hinata..Hina..Hina.."
"Hina nya dirimu.." kata Pein dengan wajah polos (hina nya dirimu atau terhina nya Naruto).
"JANGAN MENGEJEKKU SIALAN!" teriak Naruto kesal.
"Ya ampun.." Sasuke menggelengkan kepalanya "Untuk menyebutkan namanya dengan akhiran chan saja kau susah, Naruto..apalagi nanti di acara intinya.."
'Kau kira pesta apa?' batin Naruto kesal.
Sasuke menghela napasnya "..Kau memang baka soal ini. Itu kesalahanmu karena orangnya terlalu kaku.." Sasuke berjalan ke arah pondok tersebut dan duduk sambil melipat kedua tangannya.
"Bagaimanapun, menembak seorang wanita tidak dibutuhkan otak yang cerdas, tetapi..ketenangan jiwa.." kata Sasuke sambil memejamkan matanya. Naruto terdiam menatap Sasuke. Dia menundukkan kepalanya.
"Yah..nanti saja soal nama, sekarang kita coba masuk ke pelajaran inti..merangkai kata kata indah saat penembakan berlangsung" Pein menatap tajam Naruto "Baiklah..yang pertama tama.."
.
.
.
Naruto menatap langit langit kamarnya. Otaknya terus berputar menghapal materi pelajaran yang diajarkan Pein. Dia memejamkan matanya dan berusaha untuk tenang.
"Bagaimanapun, menembak seorang wanita tidak dibutuhkan otak yang cerdas, tetapi..ketenangan jiwa.."
Naruto menautkan alisnya ketika mengingat kata kata Sasuke. Dia menghembuskan napasnya. Berusaha memasuki alam mimpi dan berharap mendapatkan ilham.
KRIIINGG..handphone Naruto berbunyi. Naruto membuka sebelah matanya dan menatap jam wekernya.
'Jam 8 lewat 34..siapa yang menelponku?' Naruto mengambil ponsel yang dia letakkan di meja kecil samping ranjangnya dan menatap nama pemanggil di layar ponselnya.
'Nomor baru? siapa ini?' Naruto mengangkat panggilan tersebut.
"Moshi moshi.."
"A-ano..moshi moshi Naruto-kun.."
'HINATA-CHAN?! EEHH? AKU MEMANGGILNYA CHAN?! MASA BODOH!' Naruto segera bangkit dari posisi berbaringnya dan duduk di tepi ranjang.
"A-ada apa Hinata-ch.." Naruto berhenti sejenak, dia memikirkan akibat akibat yang ditimbulkan jika dia memanggil Hinata dengan sebutan chan.
"CHUAAAHIIIM!" teriak Naruto gak jelas.
"E-eh? ada apa Naruto-kun?" tanya Hinata dengan nada khawatir. Naruto sengaja memberikan efek suara menghela napas.
"Tadi..tadi aku bersin.." kata Naruto dengan wajah memelas. CHUAAAAAHIIIM TADI BERSIN ?! *Dozo..-_-*
"Ada apa Hinata-ch..CHAAAAAAHUUUU!" Naruto menggelengkan kepalanya dan melepaskan ponselnya sejenak. Dia kemudian membenturkan kepalanya berulang kali di ranjang.
'JIKA TIDAK MAMPU MENGATAKANNYA JANGAN DIKATAKAN SIALAN! JIKA TIDAK MAMPU MENGATAKANNYA JANGAN DIKATAKAN SIALAN!' Naruto kembali memasang handphonenya di telinga.
"Go-gomen Hinata.." Naruto berhenti sejenak, menenangkan otaknya yang mulai konslet "..Tadi aku menguap (?)" kata Naruto dengan nada tidak yakin. Yap, dia tidak yakin apa Hinata percaya atau tidak.
"I-iya..go-gomen'nasai kalau aku menelponmu malam malam begini..N-Naruto-kun mau ti-"
"Tidak apa apa..katakan saja, kau mau apa?"
"Ano..ano.."
Naruto menunggu dengansabar.
"Emm..eto..aku..aku.."
Naruto meneguk ludahnya.
"Maukah..maukah Naruto-kun datang ke rumahku dan membuatkan materi pidato untuk..untukku? gomen'nasai kalau permintaan ini merepotkanmu.."
'Memang merepotkan..' batin Naruto. Dia kembali menatap jam wekernya, dan Naruto teringat kata kata Pein.
"Jika kau mau membuat wanita yang kau 'shoot' itu menerimamu dengan ikhlas, kerjakan apa yang dia mintai tolong, maka kau akan melakukan pendekatan super hebat yang dinamakan mendekatkan hati antar jiwa.."
Naruto tidak mengerti apa yang dikatakan Pein, tetapi satu hal, intinya dia harus menyanggupi permintaan Hinata malam ini. Yah..membuat konsep materi pidato bukanlah urusan susah bagi seorang Naruto Namikaze. Naruto menghela napasnya dan berbicara kembali di HP nya.
"Wakatta.."
"A-arigatou..aku tunggu di depan rumahku!"
TUUT..TUUT..sambungan terputus. Sebenarnya Naruto ingin bertanya lagi kepada Hinata..yah, tahu kan bagaimana orang orang di sekeliling sang Hyuuga. Ada sang Tou-san yang mengendus ngendus tidak jelas, dan ada Neji yang sepertinya overprotektif. Naruto berpikir, apa beberapa keluarga Hyuuga juga seperti itu. Naruto mengangkat bahunya dan mengambil jaket kulitnyayang berwarna coklat (hasil designer Kaa-sannya sendiri) dan mematikan lampu kamarnya. Dia segera berjalan ke arah ruang depan rumahnya.
"Mau ke mana, Naruto?" tanya sang Kaa-san. Saat itu dia dan Minato lagi duduk di ruang keluarga sambil membahas sesuatu yang tidak dimengerti Naruto.
"Mau ke rumah teman.."
"Cewek atau cowok?" tanya Kushina.
"Cewek.."
SEET ! Naruto tahu, mata Kaa-sannya berkilat senang.
"Cantik, manis, imut, atau menggemaskan?"
"Semuanya.." kata Naruto tanpa menoleh ke arah Kaa-sannya.
SEET ! Naruto tahu kalau mata itu semakin berbinar.
"Dia suka kepadamu?"
"Mana aku tahu.." kata Naruto singkat.
"Kau suka kepadanya?"
"I-iya-eh, MAKSUDKU AKU TIDAK, AKU-"
"HYAHAHAHAHAHA! MINATO SAYANG, KITA AKAN SEGERA MENDAPATKAN CUCU!" Kushina memeluk tubuh suaminya dan kedua orang tua Naruto tersebut tiba tiba menari tidak jelas di ruang keluarga.
"Naruto..jatuh cinta..Naruto..suka wanita.." kata kedua orang tuanya sambil bernyanyi senang.
'Emang dari dulu aku menyukai apa?' batin Naruto kesal.
"A-aku pergi dulu Kaa-san, Tou-san..Jaa.."
"LAMA LAMA YA NARUTO..KALAU BISA, BAWA DIA KE SINI JUGAAA!" teriak Kushina sambil melambaikan tangannya. "KAA-SAN MINTA NOMOR HPNYA, FOTONYA, DATA DATA HOBI-"
BLAAAM ! Naruto menutup pintu rumahnya dengan wajah memerah kesal "Dasar.."
~0O0~
Naruto berdiri di depan rumah tradisional keluarga Hyuuga sambil merapatkan jaket kulitnya. Safirnya menelusuri lingkungan rumah tersebut. Halaman yang luas, dengan pohon pohon Sakura yang banyak terdapat di tengah tengah halaman. Beberapa helai daun berjatuhan namun menambah kesan alami di lingkungan rumah tersebut. Beberapa patung Budha juga berdiri di samping rumah, menambah kekentalan ketradisionalan Jepang.
'Di mana dia?' batin Naruto sambil berusaha mencari sosok Hinata. Sang ketua dewan sekolah berjalan selangkah memasuki halaman rumah tersebut dan sebuah geraman anjing terdengar di belakangnya. Naruto menoleh dengan gerakan patah patah.
'Si-sialan..kenapa ada anjing di sini?' batin Naruto sedikit ketakutan. Saat dia melihat wujud anjing tersebut, tampak iris mata dari sang anjing persis dengan mata para keluarga Hyuuga, yakni amethyst tanpa pupil, dan Naruto merasakan tingkat sweatdropnya meningkat.
'Bahkan keluarga Hyuuga memiliki anjing khusus untuk menjaga rumah mereka..'
"Inu..jangan ganggu.."
Naruto menoleh ke arah rumah saat mendengar suara lembut tersebut. Mata safirnya melebar. Tiba tiba dia merasa suasana di sekitarnya berubah lebay.
Hinata memakai dress putih yang menurut Naruto-ehem-imuuuuut ! dan sebuah bando berwarna senada di kepalanya. Di bagian pinggang dress tersebut terdapat sebuah hiasan bunga mawar putih yang menambah daya tarik Hinata bagi Naruto. Naruto pun merasa anjing yang bernama Inu tadi bisa berbicara dan menjadi pendeta di hadapannya. Anjing tersebut menikahkan dirinya dengan Hinata lalu-
"Naruto-kun..kau baik baik saja?"
BZZZTT..khayalan gila Naruto tadi berhenti. Sang Namikaze menggelengkan kepalanya dan melirik ke arah Inu yang menjulurkan lidah ke arahnya.
'Apa maksudnya anjing ini menjulurkan lidahnya ke arahku..dia mengejekku karena aku berkhayal tadi kalau dia bisa berbicara?!' *Naruto, anjing memang suka menjulurkan lidah-_-*
"Si-silahkan masuk.." kata Hinata dengan nada sopan. Naruto menelan ludahnya dan berjalan ke arah rumah keluarga Hyuuga. Saat menapakkan kakinya ke papan rumah, Naruto merasakan sesuatu.
'Ada yang mengawasi?!' batin Naruto cepat. Safirnya melirik ke arah semak semak.
Di semak semak..
"Di sini agent Neji-007..di sini agent Neji-007..ganti.."
"Agent Neji-00..00 berapa?"
"7 Hiashi-sama.."
"Yak..begitulah, bagaimana keadaan mereka berdua. Apa bocah pirang itu sudah melakukan tindakan mesum?"
"Belum..tetapi saat saya melihat tatapannya ke arah Hinata sepertinya itu..sepertinya itu tatapan singa yang kelaparan! (lebay banget ni Neji) benar benar kelaparan Hiashi-sama!"
"Kalau begitu beri dia makan.."
"Maksudnya bukan kelaparan di perut..pokoknya, sesuatu yang berhubungan dengan mesum!"
"Baiklah Agent Neji-00..00 berapa?"
"007 Hiashi-sama.."
"Ya, 007, terus awasi mereka berdua!"
"Saya mengerti.." *inti pembicaraan tadi apa -_-*
Di dalam rumah keluarga Hyuuga..
Dalam beberapa menit, Naruto dan Hinata hanya saling menundukkan kepala dan terdiam. Hanya detikan jam di ruang tersebut yang terdengar. Hinata meremas tepi dressnya, dia sendiri kebingungan untuk berbicara apa. Akhirnya Hinata memilih untuk menanyakan Naruto minuman apa yang ingin dibuat.
Sementara Neji yang bersembunyi di balik pintu menggelemetukkan giginya dengan gemas. Entah kenapa, dia merasa gemas dengan tingkah dua juniornya tersebut. Bagi Neji, diamnya dua orang dengan berbeda gender adalah tindakan yang berbahaya. Siapa tahu yang cowok lagi dibisikkan setan dan disuruh berbuat macam macam. Dan yang cewek dibisikkan setan untuk pasrah.
BULLSHIT ! Neji tidak akan membiarkan itu terjadi.
"Naru-"
"Hina-"
Mereka berdua langsung terdiam. Ternyata timing mereka berbicara berlangsung pada saat yang sama.
"Kau yang-" Naruto dan Hinata kembali terdiam. Mereka lagi lagi berbicara pada saat yang sama.
'Kenapa suasananya seperti sinetron jatuh cinta pada pandangan pertama nih, di episode 431 (kita tahu sinetron bisa mencapai ratusan episode) pameran cowok dan ceweknya berdiam diri pada waktu yang lama dan pada saat mereka berdua ingin berbicara, sutradara alaynya menyuruh mereka berdua berbicara sama sama..cih ! apaan ini..' Neji menahan dirinya untuk melompat dan mengacau suasana canggung tersebut. Dia menunggu dan tetap menunggu apa yang akan Naruto dan Hinata lakukan.
"Aku akan membuatkan teh!" kata Hinata yang langsung bangkit dari duduknya dan berlari ke dapur, lalu terjatuh-_-
'HINATA!' Neji berusaha menahan tubuhnya agar tidak melompat keluar dari persembunyiannya. Naruto secara reflek langsung bangkit dan membantu Hinata bangkit.
"Go-gomen.." kata Hinata dengan wajah memerah. Naruto menatap iris lavender tersebut.
"Siapa yang minta teh Hinata.."
"Eh?" Hinata menundukkan kepalanya. "Jadi, Na-Naruto-kun minta apa?"
'Minta dirimu..eh ? BAKA ! jangan berpikir macam macam sialan!' Naruto menelan ludahnya. Dia dan Hinata berdiri bersamaan.
"Ng..tidak perlu repot repot.." kata Naruto sambil mengusap tengkuknya. Hinata memiringkan kepalanya dengan wajah polosnya, Naruto yakin, sikap memiringkan kepala merupakan salah satu kebiasaan Hinata.
"Eto..tetapi kan.."
"Kita langsung saja membuat konsepnya, kalau terlalu lama aku tidak nyaman dengan orang orang di rumahmu. Tidak enak dipandangkan kalau ada seorang laki laki dan wanita berduaan pada malam hari.."
Hinata menutup mulutnya dan nampak sang Hyuuga tertawa, walaupun suaranya terdengar kecil. Mata Naruto membulat melihat ekspresi Hinata.
"Apanya yang lucu?" tanya Naruto.
Hinata menggelengkan kepalanya. Dia tersenyum ke arah Naruto "Ini kan di rumahku, Naruto-kun..bukan di tempat yang sepi.."
Mata Naruto melebar. Benar juga..ini kan di rumah Hinata. Naruto merasakan kalau otaknya yang selalu dipuja puja guru kini berubah idiot di hadapan seorang gadis kikuk, pemalu dan polos. Jangan lupa menambahkan kata imut untuk Hinata serta menggemaskan. Naruto mendengus pelan dan tersenyum tipis.
"Kau benar.." Naruto berpikir sebentar "..Emm, kalau begitu..aku pesan teh hangat saja.."
Hinata menganggukkan kepalanya pelan dan berbalik. Tiba tiba dia merasakan lengan kanannya dipegang. Hinata melirik ke bawah dan melihat tangan Naruto yang memegang lengannya.
"Jangan. Jatuh. Lagi.." kata Naruto dengan wajah datar. Wajah Hinata sedikit memerah.
"Ti-tidak akan. Tadi aku..aku."
Naruto melepaskan pegangannya dan tersenyum. Hinata terdiam dan berjalan perlahan ke arah dapur dengan langkah yang sangat hati hati. Naruto tertawa kecil melihatnya.
'Oh God..kau benar benar perempuan yang berbeda..' batin sang ketua dewan sekolah.
Sementara Neji tersenyum tipis dibalik pintu. Setelah mendengar kata kata Naruto tadi dia langsung menghubungi Hiashi.
"Ya..Neji, apa ada perbuatan mesum yang di-"
"Kita tidak perlu mengawasinya.."
Terdengar sedikit desahan terkejut dari Hiashi. "Kenapa?" tanya ayah Hinata tersebut.
"Bocah bernama Namikaze Naruto itu sangat cocok dengan Hinata.."
.
.
.
Naruto menatap jam tangannya. Jam 10 lewat 20 menit. Selama kurang lebih dua jam dia telah mengajari Hinata tentang cara berpidato yang baik (lagi) dan membuatkan konsep pidato untuk besok. Naruto meneguk teh hangatnya dan berdiri.
"Sudah jam 10 lewat.." kata Naruto. Hinata yang membaca serius konsep Naruto langsung mengangkat kepalanya dan menatap ke arah Naruto. Naruto sedikit geli dengan perubahan ekspresi Hinata dari yang serius (mata yang agak menyipit dan bibir sedikit berkerucut) menjadi polos kembali. Hinata memiringkan kepalanya.
"Naruto-kun mau pulang ?"
Naruto menganggukkan kepalanya. Dia berjalan ke arah pintu keluar rumah tersebut dan berhenti tepat di depan pintu. Hinata yang berdiri di belakang Naruto memiringkan kepalanya kebingungan.
"Hinata.."
"Hm ?" Hinata berjalan mendekati sang ketua dewan sekolah. Dia berdiri tepat di belakang Naruto.
"..Aku adalah tipe orang yang sangat benci melanggar janji.." Naruto membalikkan badannya ke arah Hinata. Tampak safir itu serius menatap iris Amethyst Hinata. Naruto segera mengacungkan jari kelingkingnya. Hinata mengerutkan keningnya kebingungan.
"Hinata Hyuuga, berjanjilah kepadaku kalau besok kau bisa berpidato dengan baik.."
Mata Hinata melebar. Tampak sinar rembulan malam menerpa wajah dingin sang ketua dewan sekolah tersebut. Terasa ada sebuah beban di pundak Hinata ketika Naruto mengatakan tersebut. Untuk beberapa lama Hinata terdiam menanggapi perkataan dari Naruto. Dia tidak tahu apakah jari kelingking itu harus diapitnya.
"Kau adalah ketua sebuah organisasi. Untuk kriteria seorang ketua, miliki lah sikap bertanggung jawab dan penetapan keputusan yang baik. Ini hanya janji.." Naruto tersenyum. Dan senyuman tersebut membuat Hinata semakin lekat menatap wajah tampan penuh kharisma tersebut. Beberapa saat, mata mereka berdua saling menatap.
"Naruto-kun.."
"Hm ?"
"Aku takut..aku takut jika melanggar janji tersebut kau akan.." wajah Hinata memerah "..Kau akan membenciku.."
Mata Naruto sedikit melebar. Kemudian dia kembali tersenyum "..Aku yakin kau berpidato sangat baik besok.."
Hinata menundukkan kepalanya. Lama. Cukup lama sehingga membuat Naruto ingin memegang dagu sang Hyuuga dan mengangkat wajahnya kembali.
"Naruto-kun.." pelan namun pasti, jari kelingking Hinata yang lentik dan mungil mengait ke jari kelingking Naruto yang sudah berdiri dari tadi. Dua kelingking itu saling menyatu dan membentuk janji. Naruto menghela napasnya.
"Heh..janji ?"
Hinata mengangkat kepalanya dan tersenyum "Janji.."
Dan senyuman tersebut membuat jantung Naruto berdegup kencang.
.
.
.
Di balik pintu, ada dua orang Hyuuga yang saling berpelukan tidak jelas satu sama lain. Dan parahnya, mereka berdua adalah laki laki..
"Hiks..hiks..Neji, aku terharu melihatnya.."
"A-aku juga Hiashi-sama, meskipun aku tidak tahu di mana letak kesedihannya.."
"Kau benar..kenapa kita menangis dan saling berpelukan ?"
"Entahlah..tetapi..hiks..hiks..aku sedih.."
"Aku jugaaa.."
Yah..kalian berdua sangat OOC-_-. Namun pasti, Naruto dan Hinata sudah membuat janji. Namun, apakah cinta itu bisa mengikuti janji mereka ?
TBC

Comments