Naruto, You're Smart or Stupid? Chapter 2/4



Naruto, You're Smart or Stupid? Chapter 2/4

Post by Tatsumi

Disclaimer : Naruto by Masashi Kishimoto
Naruto, You're SmartorStupid ?
Special for NaruHina Fluffy Day #5#
Warning : OOC, AU, TYPO, EYD TIDAK BAKU UNTUK HUMOR AND MANY MORE
GENRE : ROMANCE, COMEDY, HAPPY (?)
Summary : Naruto yang santai, enjoy dan sangat pintar serta penuh bakat, bertemu dengan seorang gadis kikuk, polos, moe, sedikit pemalu, dan bermata lavender penuh keinginantahuan. Apa cinta bisa menyambut mereka ?!
Multichap short. 3 Chap. Threeshoot
.
.
.
Enjoy it !
Chap 2 : Berdua
Namikaze Naruto, seorang siswa yang dikenal memiliki kharisma yang tenang, pandai berorasi dan penuh bakat, seorang ketua dewan sekolah yang sangat disegani serta dihormati para siswa serta guru di sekolahnya, Konoha High School. Kulit tan yang eksotis, rambut pirang jabrik, serta tatapan safir yang setenang ombak samudera.
Kini safir itu sedikit berubah. Mata yang biasa selalu malas menatap orang orang di sekitarnya kini sedikit bergetar. Getaran aneh yang merajut rajut hatinya. Naruto juga tidak tahu, apa yang terjadi dengan dirinya.
"Ke-ketua.."
Suara Sakura Haruno menyadarkannya dari narasi yang tidak penting tadi. Naruto menatap ke arah Sakura.
"Ehem.." Naruto sedikit berdehem untuk membersihkan tenggorokannya. Ketua dewan sekolah itu kemudian melipat kedua tangannya di depan dada. Kaki kirinya sedikit tertekuk untuk memberikan rasa nyaman. Tubuhnya tetap tersandar di tepi meja dengan posisi cool.
"..Lama sekali.." kata Naruto singkat, namun hal tersebut membuat siswi bermata lavender membulatkan matanya dengan perasaan bersalah.
"Go-gomen'nasai..ini salahku Naruto-kun-"
BFUUUUU ! Naruto merasakan darah keluar dari hidungnya dan sang ketua dewan sekolah langsung terjatuh di depan meja. Hinata memiringkan kepalanya kebingungan.
"Eh ?!"
'Ku-kuso ! dia memanggilku apa tadi ? Naruto-kun ? I-iya, namaku memang Naruto..tetapi pakai kun ?! aku saja belum pernah bertemu dengannya ?' Naruto bangkit dari acara jatuhnya dengan badan bergetar.
"Ada apa ketua ?" tanya Sakura dengan wajah kebingungan. Naruto menggelengkan kepalanya perlahan.
"Berikan aku proposalnya.." kata Naruto singkat. Dia tidak mau berlama lama di sini.
Sakura menoleh ke arah Hinata. Hinata menatap kebingungan ke arah Sakura.
"Proposalnya Hinata-chan ?"
Hinata segera mengambil kertas kertas yang tadi melayang di samping kirinya. Dengan gerakan yang menurut Naruto, ceroboh..sang Hyuuga menyusun satu persatu kertas tersebut dan menumpuknya menjadi satu. Tiba tiba mata lavender itu membulat.
Hinata menutup mulutnya. "Eh ? a-aku lupa ! ini bukan kertas proposal kita Sakura-chan, ini..ini daftar pembelian barang ?" Hinata menggelengkan kepalanya "Proposalnya tertinggal di ruangan klub ! tunggu sebentar Naruto-kun.." Hinata segera berlari meninggalkan ruangan. Naruto dan Sakura menghela napasnya.
GUBRAAAK ! terdengar suara jatuh di depan pintu ruangan dewan sekolah. Naruto mengangkat alisnya. Tampak sang Hyuuga tertelungkup di depan ruangan dewan sekolah.
"Hinata-chan !" teriak Sakura dengan nada khawatir. Hinata segera bangkit dengan wajah polosnya. "A-aku tidak apa apa..tunggu sebentar.." dia segera berlari keluar ruangan. Naruto kembali menghela napasnya.
"Dia ketua kalian ?" tanya Naruto kepada Sakura. Sakura tersenyum kikuk. Naruto memutar bola matanya. Sang Namikaze kembali melirik jam tangannya.
'Jam 4 lewat 2 menit..bagus..ini tampaknya akan lama..' Naruto kembali memasukkan kedua tangannya di kantong celanannya dan memejamkan matanya. Hembusan angin sore menerpa rambutnya. membuat helaian kuning cerah itu bergerak gerak pelan.
.
.
.
20 menit Hinata mencari proposal klubnya, namun proposal tersebut tidak ditemukan. Hinata berlari memutar ruangan klubnya. Dia menaruh jari telunjuknya di bawah bibir dan berusaha berpikir keras. Namun sia sia.
"Aku lupa..aduuuh.." Hinata menoleh ke kanan dan ke kiri dengan wajah kebingungan. Dia kemudian mencari proposal tersebut di bawah meja.
Puk..Hinata merasakan seseorang menepuk bahunya. Saat Hinata menoleh ke belakang, ada sebuah tangan yang memberikannya proposal klub Paranormal danKemisterian. Lavender Hinata melebar.
"I-ini dia..arigatou Sakura-" Hinata berhenti. Lavendernya bergetar ketika tahu siapa yang memberikannya proposal tersebut.
"Naruto-kun.." gumam Hinata. Naruto yang sudah kembali berdiri menutup matanya. Dia kemudian berjalan dengan tenang ke arah pintu ruangan klub tersebut. Hinata segera berdiri dan menatap proposalnya dengan wajah kebingungan.
"Na-Naruto-kun.."
Naruto menoleh dengan wajah malas.
"Kok..kok diberikan lagi kepadaku ? aku kan bukan ketua dewan sekolah.."
"Aku tahu.." Naruto menghela napasnya "Sudah kubaca.."
Hinata memiringkan kepalanya. "Jadi.."
Naruto terdiam sejenak. "Lusa adalah peresmian secara formal semua klub di Konoha High School. Tiap ketua klub akan berpidato di aula sekolah dan juga mempromosikan klubnya..jika klub kalian dapat menarik minat para siswa maka.." Naruto terdiam sejenak.
"..Klub kalian akan segera diterima secara resmi sebagai kegiatan ekstrakulikuler sekolah. Jadi siapkan pidatomu baik baik.." Naruto segera meninggalkan ruangan tersebut. Saat berada di luar ruangan, Naruto melihat Sakura yang bersandar di samping pintu sambil memejamkan matanya. Naruto mengangkat alisnya.
"Ketua.."
Naruto mengangkat alisnya saat Sakura tiba tiba berbicara dengannya.
"Ada apa ?"
"Tolong.." Sakura membuka mata emeraldnya "..Tolong ajari Hinata-chan berpidato.."
Naruto terdiam. Dia tidak menjawab.
"..Dia mempunyai sifat pemalu. Dia pun jarang bersosialisasi dengan orang orang di sekitarnya.."
"Apa dia otaku ?" tanya Naruto dengan nada serius.
'Pertanyaan macam apa itu ?' batin Sakura kebingungan. Dia kemudian menggelengkan kepalanya "Tidak..dia hanya..yah, seperti kubilang. Mempunyai sifat pemalu sehingga jarang bergaul dengan orang lain, apalagi lawan jenisnya.."
"Jenisnya apa ?" tanya Naruto lagi.
'Ni ketua dewan sekolah katanya pintar..tapi kok kayaknya goblok banget..' batin Sakura dengan wajah sweatdrop.
"Jadi intinya, kau mau aku mengajarinya cara berpidato ?" tanya Naruto dengan raut wajah tenang. Sakura menganggukkan kepalanya. Naruto berbalik dan kembali melihat sekilas ke dalam. Safirnya sedikit membulat.
Hinata terlihat depresi. Dia kini duduk di ruangan tersebut dengan wajah serta aura suram. Naruto menghela napasnya.
"Baiklah.." Naruto melirik sekilas Sakura "..Akan kuajari dia besok.."
Emerald Sakura melebar. Dia tersenyum. Sesaat setelah Naruto berjalan meninggalkannya, Sakura langsung membuka handphonenya dan meng-sms Ino.
'Ino, aku punya dua anak manusia yang sepertinya cocok dijodohin..'
Beberapa saat kemudian, sebuah sms masuk ke HP sakura.
'Haaah ? siapa ?'
Sakura segera membalasnya.
'Ketua klub kita dengan ketua dewan sekolah..mereka cocok buaaangeeet deh'
'lebay buaaaaangeeet kamu. Hihihi, iya ya..Naruto kan orangnya keren dan perfeksionis gitu..dia bisa membimbing Hinata-chan yang yah..kita tahu sifat kikuknya kan ?'
Sakura tertawa kecil. Dia kemudian melangkahkan kakinya menuju ruangan klub. Sakura menghela napasnya saat melihat Hinata yang duduk di sebuah kursi dengan wajah depresi.
"Hinata-chan.."
Hinata menoleh ke arah Sakura dan langsung berlari ke arah gadis bermata emerald tersebut.
"Ada apa ?" tanya Sakura.
"Aku..aku akan berpidato Sakura-chan.." kata Hinata dengan raut wajah khawatir. "Bagaimana ini ?"
Sakura mengelus pelan rambut indigo tersebut "Tenang..akan ada seseorang yang mengajarimu besok.."
Hinata memiringkan kepalanya "Hm ? si-siapa ? Ino-chan ? Sakura-chan ?"
Sakura mengedipkan matanya ke arah Hinata "Rahasia.."
Hinata semakin bingung dengan kata kata Sakura 'Raha..sia ?'
~0O0~
"Gomen'nasai "
Naruto memeluk bantal gulingnya dengan wajah kesal. Saat itu dia berada di kamarnya dan waktu menunjukkan jam 7 malam. Naruto kembali terbaring terlentang dan menatap langit langit kamarnya. Namikaze muda itu kembali memeluk bantal gulingnya dengan wajah frustasi.
'Kenapa aku selalu terbayang wajahnya..APA AKU MENJADI PAMERAN SINETRON PRIA YANG JATUH CINTA PADA PANDANGAN PERTAMA ?!' Naruto segera bangkit dari acara baringnya dan duduk di tepi ranjang. Safirnya menatap tajam ke depan. Naruto mengacak acak rambut kuningnya dengan wajah kesal.
'Tampaknya iya..' batin Naruto kesal '..Aku memang terkena sinetron jatuh cinta pada pandangan pertama..'. Naruto berdiri dan berjalan mondar mandir di kamarnya tersebut.
'Kenapa aku belum pernah bertemu dengannya ? dia bukan anak pindahan, siapa dia ? eh, dia Hinata Hyuuga..dia mungkin tidak sekelas denganku, dia bukan otaku tetapi jarang bersosialisasi..tingkahnya pun lucu dan imut-EEH ?!' Naruto mengacak ngacak rambutnya. 'Oh Kami-sama..apa ini, ini apa ?'
"Naruto, kita makan yoook !"
Naruto tahu, siapa yang memanggilnya dengan nada alay dan sangat lebay itu. Yah..sang Tou-san, kepala keluarga Namikaze, seorang konsultan kota Konoha, Minato Namikaze, penggemar sinetron jatuh cinta pada pandangan pertama..
'Pengenalannya jangan sampai hobinya apa ?' batin Naruto dengan wajah kesal. Dia segera keluar dari kamar dan melangkahkan kakinya menuju ruang makan.
"Malam Naruto..malam ini, kusendiri..tiada yang, menemani..seperti, malam malam..yang sudah..sudah.." kata Minato dengan nada yang menurut Naruto-SANGAT AMAT MENYEBALKAN !-apalagi liriknya tersebut, memang benar benar menyinggung status Naruto sekarang.
"Mengucapkan selamat malam saja kau menyambungkannya dengan sebuah lagu, Tou-san..bisakah sifat bijak seorang ayah kau tunjukkan di depan anakmu ini.." kata Naruto dengan wajah datar. Minato terkekeh geli.
"Kau terlalu serius, Naruto..cobalah hidup dengan candaan dan tawa serta senyuman yang mengembang di bibir, maka hidupmu akan indah.." kata Minato dengan nada orang membacakan puisi. Saat itu, Kaa-san Naruto, Kushina Namikaze, seorang designer di sebuah perusahaan baju terkenal sedang meletakkan sebuah nampan yang berisi sup miso hangat. Asapnya mengepul ngepul ke atas.
"Tidak ramen Kaa-san ? jahat sekali.." kata Naruto dengan wajah sedikit kecewa.
SEET ! tiba tiba Kushina menunjuk wajah Naruto dengan sendok supnya yang besar.
"Kaa-san tidak akan membuatkan ramen sampai kau memperkenalkan calon menantu Kaa-san.." Kushina melipat kedua tangannya di depan dada. "..Kaa-san tidak sabar ingin punya cucu, Naruto.."
Naruto, yang saat itu meminum segelas air sambil mendengarkan ceramah-tidak penting sekali-dari Kaa-sannya langsung menyemburkan air putih tersebut ke arah Minato. Minato langsung pasang gaya alay.
"Basyah deh.." kata Minato
"NANIIII' ?! KAA-SAN, ITU NAMANYA KEEGOISAN TINGKAT TINGGI ! LALU, AKU KAN MASIH SMA ? KENAPA PAKAI MENYEBUTKAN CALON MENANTU LAH, CALON MERTUA LAH. YANG ANEH LAGI, APA APAAN ITU INGIN BAYI ?! AKU MASIH 17 TAHUN !" Naruto langsung terengah engah. Minato memberikannya segelas air. Naruto langsung meminumnya.
"Arigatou Tou-san.." kata Naruto sambil meletakkan gelas kosong di atas meja.
"Yap mas bro.." kata Minato sambil menjetikkan jarinya tidak jelas.
"Pokoknya, kamu harus membawa pacar yang akan menjadi menantu Kaa-san dan memberikan Kaa-san cucu yang imut imut.." wajah Kushina memerah saat mengatakan tentang cucu "..Kamu harus membawanya ke rumah dan memperkenalkannya kepada Kaa-san, baru ramen makanan kesukaan kamu yang gak bergizi itu Kaa-san buatkan.."
'Ini yang namanya penyiksaan anak kandung..' Naruto menelan ludahnya. Dia kembali duduk di kursinya dengan wajah tenang. Minato menepuk nepuk bahu anaknya. Naruto mengira ayahnya akan mengatakan "Sabar ya.." ataupun "..Aku akan membantumu, Naruto..kita buat ramen sama sama.." dan kalimat penyemangat lainnya, ternyata..
"Hidup itu indah.."
'Kamp*et..' batin Naruto kesal.
~0O0~
Naruto duduk dengan tenang di dalam kelasnya sambil bertopang dagu menatap keindahan langit sore. Dia sudah berjanji akan melatih Hinata berpidato sepulang sekolah, jadi..bagi Naruto yang tidak suka melanggar janji, dia akan menunggu orang yang dilatihnya walaupun menunggu itu sangat membosankan.
"Masuk saja Hinata-chan.."
"Ya..masuk saja, nanti kau akan tahu siapa pelatihmu.."
"Be-beneran Sakura-chan, Ino-chan ?"
"BENERAN KOK !"
Naruto menghela napasnya. Yang akan dilatihnya datang.
"Ha-halo a-"
BRUUKH ! terdengar suara jatuh berdebum. Naruto reflek bangkit dan langsung berlari ke arah Hinata. Naruto memasang wajah sweatdrop.
'Kenapa cewek ini sering jatuh..' Naruto membantu mengangkat tubuh Hinata dan tanpa sengaja iris mereka berdua saling berpandangan.
"Oh inikah cinta..inikah cinta..jatuh cinta pada pandangan pertama.."
'Kamp*et ! ringtone HP siapa itu !' batin Naruto dengan wajah yang sedikit memerah. Dia mendapatkan Sakura dan Ino yang berlari dari depan kelasnya.
"Eh, Tou-sanku nelpon.." kata Ino dengan suara yang dikeras keraskan. Naruto memasang wajah datar.
'Sialan..pasti sengaja..'
"Na-Naruto-kun.."
Naruto kembali menoleh ke arah Hinata. Hinata memandang ke bawah. Ke arah tangan Naruto yang masih memegang kedua lengannya.
SEET ! Naruto langsung melepaskan pegangannya dan berjalan mundur satu langkah. Wajah sang Namikaze sedikit memerah.
"Ano..Naruto-kun, kau tahu siapa yang melatihku berpidato di sini ?" tanya Hinata dengan nada bertanya. Naruto menghela napasnya.
'Ni cewek polos atau bodoh sih..' Naruto memasang wajah datar saat kembali menatap Hinata "Aku yang melatihmu, Hinata.."
Mata lavender Hinata melebar. Wajahnya tiba tiba memerah. Dia langsung menutup mukanya.
'Dia ngapain sih ?' batin Naruto kebingungan. Hinata membuka perlahan lahan tangannya.
"Be-beneran ?" tanya Hinata dengan nada bertanya
"Beneran.." kata Naruto dengan nada datar. Beberapa saat mereka berdua saling terdiam.
"A-ayo berlatihnya.." kata Hinata sambil menundukkan kepalanya. Naruto menggosok tengkuknya.
"Hn..baiklah..tapi bukan di sini.." kata Naruto sambil memandang jam di depan kelas.
"Eh ?" Hinata memiringkan kepalanya "Di-di mana ?"
Naruto sedikit tersenyum lalu melirik ke arah Hinata "Karena kota Konoha adalah kota wisata pantai yang indah, jadi aku akan melatihmu di sana sambil melihat keindahannya.."
Mata Hinata melebar. Jantungnya terasa menari hip hop di dada kirinya. Wajahnya terasa panas. Senyuman tadi..senyuman dari sang ketua dewan sekolah benar benar membelai hatinya. Hinata menganggukkan kepalanya perlahan lahan.
.
.
.
Jarak antara pantai dan Konoha High School tidaklah terlalu jauh. Hal itu yang membuat Naruto berpikir bahwa tidak melelahkan melatih Hinata di sana. Dalam perjalanan mereka berdua hanya terdiam dengan tenang. Hanya hembusan angin sore yang berkali kali menerpa wajah mereka dan menemani suasana tersebut tetap hidup.
'Jantungku..jangtungku berdebar. KUSO ! dari jutaan wanita yang sering berinteraksi denganku, kenapa dengan cewek yang ceroboh ini aku..aku..lebay banget batinku ini ! sialan ! tenanglah Namikaze Naruto, kau dikenal sebagai si ketua dewan kelas yang tidak mempunyai hati. Tenangkan dirimu dan KENAPA JANTUNG INI SEMAKIN BERDEBAR ?! cih..rasanya aku ingin berlari ke pantai lalu melompat ke ombak besar sambil berteriak..tsk, tidak usah. Bodoh sekali..tetapi, kenapa dengan hati ini..oh Tou-san, apa ini yang namanya hidup, karena katamu hidup itu indah ?'
'Apa ini..aku-aku pernah mendengar tentang perasaan berdebar debar dan wajah memanas ini. Tidak salah Sakura-chan menamainya dengan bahasa inggris yaitu Fallen in Love..Fallen adalah jatuh..In Love di Cinta..Fallen in Love, Jatuh Cinta ? eeeh ? tetapi, tetapi..tetapi kenapa rasanya di dekat Naruto-kun begitu menyenangkan. Entah kenapa orangnya sangat menenangkan dan tidak ceroboh sepertiku..rasanya. Pokoknya rasanya senang sekali..'
TAP..dua murid KHS tersebut berdiri di depan pantai masih dalam diam. Padahal hati berkecamukbagai pasar ikan. Naruto menundukkan kepalanya dan menatap sepatunya.
'Pergerakan gak penting..' batin Naruto kesal. Dia menatap Hinata yang juga menundukkan kepalanya. Tiba tiba Hinata mengangkat kepalanya dan dua iris itu kembali bertemu.
"Pandangan pertama awal kita berjumpa..seolah olah dunia..pandangan pertama awal kita berjumpa.."
'Ringtone kamp*et siapa lagi itu ?' batin Naruto dengan wajah memerah. Dia menoleh ke belakang dan ada seseorang yang bersepeda lagi menelpon di jalan.
'Kebetulan sekali..' batin Naruto. Hinata kembali menundukkan wajahnya. Naruto melihat sebuah pondok kosong yang berjarak 10 meter dari mereka. Naruto menganggukkan kepalanya.
"Hinata.."
Hinata kembali mengangkat wajahnya.
"Kita akan berlatih di sana.." kata Naruto sambil menunjuk pondok kosong tersebut. Hinata menganggukkan kepalanya.
Mereka berdua kembali berjalan dalam diam. Namun kita ketahui, hati mereka berkecamuk bagai perang.
Naruto pun duduk di pondok tersebut sambil memejamkan matanya. Sementara Hinata yang duduk di sisi kanan Naruto memiringkan kepalanya kebingungan.
"Na-Naruto-kun.."
Naruto membuka sebelah matanya "Hm..kau siap ?"
"Eh, siap apa ?" tanya balik Hinata.
"Siap untuk berpidato.."
"Tapi kan ini hanya latihan.."
"Aku mau melihat bagaimana caramu berpidato.."
"Tetapi kalau latihan-"
"Hanya aku yang melihat Hinata. Tidak ada siapa siapa.."
Hinata terdiam. Tangan kanannya dia tempelkan ke dadanya. Hinata memandang ke bawah. Tampak wajah polos itu sangat amat khawatir.
"Hinata, hanya ada aku yang melihatmu berpidato. Setelah aku melihat caramu berpidato maka aku bisa memberitahu hal hal yang terbaik dalam berpidato.."
Perlu diketahui, selain pintar dalam hal pelajaran dan penuh bakat dalam bidang olahraga, Naruto merupakan ahli pidato yang hebat. Dia pernah mewakili Jepang dalam lomba pidato tingkat internasional di Turkmenistan. Dan hal yang membuat Naruto kesal saat mengikuti lomba di sana adalah ketika sang Tou-san meminta oleh oleh siput hias. TIDAK PENTING SEKALI MEMBELI SIPUT HIAS JAUH JAUH KE NEGERI ORANG ?!
"Ber-berpidato di depanmu lebih sulit daripada di depan orang banyak.." gumam Hinata tanpa sadar. Safir Naruto membulat. Terasa jantungnya berdetak lebih kencang.
"Eeh ?!" Hinata menyadari apa yang diucapkannya. Dia kemudian menutup mulutnya, melirik sekilas ke arah Naruto dan langsung membalikkan badannya dari hadapan Naruto. Naruto meneguk ludahnya dalam dalam.
'Apa artinya..' batin Naruto kebingungan. Sang Namikaze menggelengkan kepala dan menghela napasnya.
"Baiklah Hinata, jika kau tidak mau maka akan kuberitahu cara cara berpidato yang baik.." Naruto melirik ke arah Hinata. Tampak sang Hyuuga menatapnya dengan tatapan yang benar benar polos. Rasanya Naruto ingin mencubit cubit pipi chubby itu.
"Naruto-kun tidak mendengarnya tadi ?"tanya Hinata. Naruto menaikkan alisnya.
"Mendengar apa ?" tanya Naruto.
Hinata sedikit menundukkan kepalanya "Y-yang tadi.."
"Oh..aku dengar.."
BLUP..BLUP..BLUP..Hinata merasakan wajahnya benar benar memerah. Dia kembali memunggungi Naruto. Naruto menggaruk belakang kepalanya kebingungan.
'Apakah ini acara romance-comedy..' batin sang Namikaze kebingungan. Dia menghela napasnya.
"Ng..Hinata. Apa kau benar benar ingin tahu bagaimana caranya berpidato ?"
SEET ! Hinata berbalik dengan mata lavender yang bercahaya dan bergetar. Safir Naruto melebar menatap lavender yang bercahaya tersebut. Naruto menangkap perasaan ingin tahu yang benar benar kuat. perasaan keinginantahuan yang benar benar terkuar dari balik pancaran matanya.
"Y-ya..aku ingin tahu Naruto-kun !" Hinata mendekatkan wajahnya dengan wajah Naruto.
'Tolong. Beritahu.." kata Hinata. Naruto mengkerutkan keningnya. Dia merasa, penolakan kepada permintaan Hinata tidak mungkin dilakukan jika telah melihat pancaran lavendernya tersebut. Naruto menganggukkan kepalanya.
"Baiklah..dengar betul betul..aku adalah orang yang tidak mau mengatakan hal yang sama berulang uldang dan ditanyai tentang hal hal yang pernah kubilang.."
Hinata menganggukkan kepalanya tanda mengerti. Naruto tersenyum tipis.
.
.
.
Dan sepertinya apa yang dikatakan Naruto tadi tidaklah benar. Hinata menanyainya berulang ulang, saat Naruto menjelaskan, sang Hyuuga minta mengulanginya kembali, dan saat Naruto ingin menolaknya maka mata penuh cahaya ingin tahu itu akan membelit penolakan Naruto dan membuat Naruto mengikuti apa kemauan dari sang Hyuuga.
Hari menunjukkan jam setengah tujuh malam. Naruto menatap jam tangannya dan melirik ke arah Hinata yang memasang wajah letih. Pengajaran tentang cara berpidato memang cukup menguras tenaga sang Hyuuga, kurang lebih tiga jam mereka berdua saling berbicara dan berpendapat tentang cara berpidato yang baik.
'Dia teman ngobrol yang asyik juga..' batin Naruto sambil melirik ke arah Hinata yang sepertinya memikirkan tentang materi materi yang diajarkan Naruto, dan jangan lupa, wajah moe serta polosnya.
'..Sebenarnya dia pintar, namun karena sikap pemalu dan kikuk serta polosnya itu yang membuatnya agak..yah..' Naruto menatap lekat wajah manis itu.
'..Membuatnya..' Naruto menelan ludahnya '..Manis dan menawan..APA YANG KUPIKIRKAAAN ?!' Naruto segera menolehkan kepalanya ke arah deburan ombak yang dibawa angin malam. Naruto menghela napasnya.
"Hari sudah benar benar gelap..mau pulang Hinata ?"
Hinata menoleh ke arah Naruto. Dia menaruh jari telunjuknya di bawah bibir dan kemudian menganggukkan kepalanya.
"Huumm..wakatta.." kata Hinata dengan nada lembut. Mereka berdua kemudian beranjak dari pondok tersebut dan berjalan menuju ke arah jalan.
Suasana malam di kota Konoha begitu tenang. Meskipun bunyi klakson dan deruman mobil masih terdengar di pusat kota, namun dentingan bel sepeda dan bunyi hewan malam masih bisa didengar jelas di kota wisata ini.
"Na-Naruto-kun..rumahmu arahnya sama dengan rumahku ?" tanya Hinata sambil memandang lurus ke depan. Naruto mengusap tengkuknya.
"Aku akan mengantarkanmu dulu.."
"Eh ?" Hinata menoleh ke arah Naruto dengan raut wajah terkejut. "Tetapi-"
"Yah..bahaya untuk seorang gadis manis sepertimu berjalan sendirian malam malam di kota.." kata Naruto dengan wajah cool. Sementara Hinata merasakan wajahnya memerah dan panas. Sangat panas.
"Hn.." gumam Naruto, masih dengan wajah cool.
'NGOMONG APA AKU TADI SIALAN ! KENAPA AKU MENYEBUTKAN-ARRGGGHHH ! RASANYA AKU BENAR BENAR INGIN MATI DAN MELAKUKAN SALTO BELAKANG TIGA KALI ! (Padahal orang mati tidak bisa salto lagi-_-)' batin Naruto benar benar kacau. Di balik wajah coolnya nampak alis sang Namikaze naik turun penuh kegrogian. Naruto merasakan lidahnya kelu dan segala macam situasi gugup lainnya.
Setelah kata kata Naruto yang penuh akan rasa tadi keluar, Hinata dan Naruto kembali terdiam saat perjalanan. Hingga mereka berdua salah jalan karena Hinata lupa memberitahukan letak rumahnya. Sang Hyuuga tampaknya melamunkan apa yang dikatakan Naruto tadi.
"Tadaima.." kata Hinata di depan rumahnya yang masih benar benar 'Japan Tradisional'. Naruto memandang dengan decak kagum. Keluarga Hyuuga benar benar masih mempertahankan dengan baik budaya Jepang.
SREEEK ! pintu terbuka dan menampilkan wajah sangar Hiashi dan Neji Hyuuga yang memakai kimono. Naruto merasakan sebuah feeling buruk.
"Hinata ! kau ke mana saja..aku dan Tou-sanmu berdiskusi kau menghilang ke mana !" kata Neji, kakak sepupu Hinata yang juga memegang keteguhan tradisi Jepang.
'Bukannya mencari..mereka berdua malah berdiskusi..' batin Naruto dengan wajah sweatdrop.
"Hinata.." kata Hiashi dengan wajah garang "Siapa anak laki laki berwajah mesum di sampingmu itu ?"
'WEEEKH ?! DIA MENGATAKAN WAJAH SEORANG KETUA DEWAN SEKOLAH ADALAH WAJAH MESUM ?! PASTI WAJAHKU MIRIP SAMA TOU-SAN !' batin Naruto sambil entah kenapa, sepertinya mengejek ngejek sang ayah, Minato Namikaze.
"Di-dia Naruto-kun, Tou-san.." kata Hinata sambil melirik ke arah Naruto "..Teman Hinata.."
"Gak pernah dengar tuh.." kata Neji dengan wajah penuh kecurigaan.
"K-kau kan bersekolah di Osaka High School, Neji-nii.." kata Hinata dengan nada pelan. Neji mengekrutkan dahinya.
"Oh iya ya.." katanya kemudian.
'Itu yang namanya benar benar goblok..' batin Naruto dengan wajah sweatdrop. Hiashi tiba tiba mendekati Naruto dan mengendus ngendus sekelilingnya, Naruto menelan ludahnya.
'Apa apaan orang tua ini ? dia kira aku gak pernah mandi apa ?!' batin Naruto dengan raut wajah yang sedikit mengeras. Dia sedikit mundur ke belakang.
"Hm..kemoderennya cukup kuat.." kata Hiashi. "Hei nak, siapa nama ayahmu ?"
Naruto menaikkan alisnya "Minato..Minato Namikaze.."
Tiba tiba mulut Hiashi membentuk huruf 'o' membulat sempurna. Dia langsung menganggukkan kepalanya dan menyuruh Hinata masuk.
"T-tapi Tou-san.."
"Ya ya Hinata, Tou-san mengerti..hei nak, beritahu ke ayahmu bahwa.."
Naruto meneguk ludahnya. Apakah ada pesan penting, tetapi melihat wajah Hiashi yang memerah membuat Naruto berkesimpulan kalau ayah Hinata dan ayahnya saling kenal dan dirinya serta Hinata akan dijodohkan sebagai memperat pertemanan mereka (khayalan tingkat tinggi Nrauto).
"..Bahwa kaos kakiku yang dpinjaminya belum dikembalikan.."
GUBRAK !
Naruto dan Neji langsung jatuh dengan gaya tidak elit.
'Kirain ngapa ?!'
Yah..kirain ngapa juga..
.
.
.
"Hihi..aku merekam suara Naruto saat dia mengatakan Hinata gadis manis. Aku belum pernah mendengar Naruto berbicara seperti itu di depan wanita.."
"Hn..si Dobe itu sedang jatuh cinta, Pein.."
Dari balik semak semak, keluar dua teman Naruto dengan wajah puas dan senang. Pein dan Sasuke saling memandang dan terkikik geli, terutama Pein.
"Berita besar ! sang ketua dewan sekolah yang berhati dingin ternyata bisa juga jatuh cinta !" kata Pein dengan nada riang.
TBC
Tinggalkan saran dan kritik.

Comments