“Hidup dalam Air Mata”Chapter 14


 
 
 

HIDUP DALAM AIR MATA / CHAP 14

POST BY NARAGIRLZ

Author : KA Jung Liu


Disclaimer :

Manga dan semua carekter Naruto cuma milik Masashi Kishimoto,

Naruto dan Hinata mutlak milik Masashi Kisimoto kita hanya sebatas pengagum mereka. Akan tetapi Naruto hanya milik Hinata. Dilarang keras memisahkan Naruto dari pelukan Hinata! Bagi Keluarga Naru_Hina Lover's

(UUD NHL 2013 Pasal 2 Ayat 1)

Pairing : Naruto & Hinata

Rate : M

(Untuk tidak kekerasan dan kata-kata kasar, Tidak ada adegan Limenya )

Genre :

Angst. Action, Romance, Tragedi, (Mungkin?)

Warning:
Ide cerita pasaran, OOC, AU, Typo,Tanda baca salah, No EYD, Agak BAKU, membingungkan, hati-hati karena P.O.V berubah-ubah dan masih banyak kekurangan yang lain.


.

.

.

.

Sebelumnya Di HDAM :

"Kali ini aku tidak akan meninggalkanmu." Kata-kata tersebut tiba-tiba bergema di kepalaku sekali lagi dan ketika mendengar kata-kata tersebut saat itu, aku hanya terharu dan sekarang ketika Aku tahu bahwa Naruto adalah Maki, aku mengerti makna dibalik kata-kata yang ia ucapkan.

Jika saja aku tahu sebelumnya, mungkin setidaknya masih ada perbedaan yang terjadi, masih ada sesuatu yang bisa aku lakukan untuknya.

*Hinata P.O.V End*

.

.

.

.

*Sakura P.O.V *

Setelah mengunjungi suamiku terakhir kalinya sebelum berangkat ke Thailand untuk bertemu ayahnya mertuaku. Di luar dugaan, aku juga bertemu gadis itu, gadis dengan wajah lucu dan eyesmile indah yang aku tidak bisa lupakan. Itu suatu keberuntungan bagiku karena aku harus mengejar penerbanganku, jika tidak, aku tidak tahu bagaimana untuk menghadapi gadis itu.

Haruskah aku berpura-pura lupa padanya karena aku mabuk saat itu atau aku haruskah aku jujur ? Aku segera menyingkirkan pikiran tentang gadis berambut pirang lembut itu. Aku harus berpikir bagaimana berurusan dengan Itachi setelah aku mendarat di Bangkok.

Setelah Aku mendarat di Bangkok dengan Yuugo, kami segera menggunakan taksi menuju ke tempat dimana ayah mertua tinggal. Kami sampai ke tujuan dalam waku singkat, ketika aku tiba disana pelayan menyambutku dengan membungkuk.

"Di mana Ayah ?" Tanyaku pada salah satu butler.

"Nyonya muda, master di lantai atas di kantornya." Kata pelayan tersebut dan membungkuk.

Tanpa berkata lagi Aku cepat berjalan menaiki tangga. Di depan pintu aku melihat dua pengawal berjaga, Aku tahu akan terjadi sesuatu yang diluar dugaan.

Aku mencoba untuk memasuki ruangan tetapi segera dblokir oleh kedua pengawal tersebut. Sebagai pengawal pribadi ku, Yuugo segera meraih tangan mereka masing-masing . Yuugo mengangkat kakinya dan menendang pengawal di sebelah kanan terlebih dahulu kemudian memutar lengan pengawal disebelah kiri.

Setelah mereka menyingkir Aku berjalan langsung tanpa masalah.

Aku membanting pintu terbuka, mengungkapkan ayah mertuaku dengan Itachi yang tengah duduk berhadapan satu sama lain.

"Ayah Aku perlu bicara denganmu ..." Aku hendak berbicara mengungkapkan niat buruk Itachi , sebelum semua selesai , sebuah tamparan telah menggangguku bicara.

"Dasar pelacur!" Setelah menampar ku, dia meraih tumpukan foto di mejanya dan melemparkan ke wajahku.

Aku memegang pipiku yang nyeri, mataku mulai berair tanpa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Aku membungkuk dan mengambil foto-foto yang sempat dilemparkan ke wajahku. Mataku melebar terkejut ketika melihat foto-foto tersebut, itu foto diriku dan Ino berciuman serta adegan-adegan yang menunjukan lebih banyak keintiman sebelum masuk ke kamar hotel.

Meskipun adegan tersebut kabur dalam ingatanku saat ini, tapi aku jelas masih ingat apa yang terjadi. Aku berpikir bahwa aku terlalu ceroboh. Aku terdiam tidak ada alasan utuk menyangkal karena mereka memiliki bukti Aku juga tahu bahwa aku yang salah.

"Kau tidak punya apa-apa untuk dikaatakan?" Teriak Fugaku-sama .

Aku hanya bisa diam.

"Kau telah mengkhianati anakku. Kau tidak layak lagi untuk menjadi pemimpin Kitsune, serta tidak memiliki lagi kekuasaan atas Kitsune " Ayah benar-benar terdengar marah tapi aku tau bahwa dia kecewa padaku. Dia yang memeberi kepercaya padaku untuk membantu dan membawa Kitsune ke arah yang berbeda dan sekarang aku menghianatinya.

Sekilas ku lihat kearah Itachi, dia menyeringai sepanjang waktu tanpa berkata apa-apa. Pasti dia berpikir bahwa rencanany telah berhasil dan akhirnya dia akan mendapatkan apa yang dia inginkan. Para tetua Kitsune pasti sekarang akan lebih percaya padanya dan bukan wanita lemah sepertiku.

Setelah Ayah mengumumkan bahwa Itachi akan mengambil alih posisi pemimpin Kitsune, Ayah meninggalkan kantornya mengabaikanku yang masih berdiri di sana tercengang.

"Oh my ... Sakura-ssi ... kau tidak pernah menyangka bukan, bahwa kau akan dibuat sepert ini ?" Itachi akhirnya berbicara.

"Aku tidak pernah berpikir sebelumnya untuk menggunakan cara ini. Tapi akan lebih baik lagi jika aku bisa mengambil foto dari apa yang terjadi di dalam kamar hotel, hal itu pasti akan memberikan Uchiha-sama serangan jantung " Itachi tertawa angkuh.

Aku hanya menatap wajah sombong dan meremas foto di tanganku. Itachi menyeringai dan meninggalkan ruangan masih dengan tertawa.

*sakura P.O.V End*

.

.

.

.

*Author P.O.V*

Setelah Itachi mendapatkan kekuasan kepemimpinan, ia masih menjalankan rencana selanjutnya.

Pertama dia harus melenyapkan orang-orang yang membantu Sakura , karena merupakan ancaman baginya. Jika ia tidak bisa membuat mereka berada dipihaknya, satu-satunya pilihan adalah untuk membunuh mereka.

Pada daftar buruannya ada Shino, Naruto, Lee dan Yamato. Ia memerintahkan anak buahnya mengikuti masing-masing dari mereka kecuali Yamato yang berada di Cina.

"Sebaiknya kalian awasi orang-orang ini, yakinkan mereka untuk berada di pihak kita. untuk Yamato biar menjadi yang terakhir" Itachi memerintahkan kepada anak buahnya.

.

.

.

.

Sudah seminggu sejak Itachi mengambil alih kepemimpinan Kitsune. Kini dia tengah duduk di kantor pemimpin Kitsune, ia menyalakan sebatang rokok mendengarkan laporan mingguan dari anak buahnya.

"Boss, Lee menolak untuk berada di pihak kita dan seperti yang Boss perintahkan kami telah mengikuti serta mengawasinya selama seminggu. Dia sama sekali belum menghubungi Sakura atau Naruto. Sepertinya dia sedang mencari sesuatu " salah satu anak buah Itachi melaporkan.

Itachi mengernyitkan alisnya mencoba berpikir keras, ia kemudian ingat bahwa orang terakhir yang bersama Maito Guy adalah Lee. Sebuah pemikiran tentang obat tiba-tiba muncul di kepalanya.

'Lee mungkin tahu di mana obat-obatan' Itachi bergumam, Itu hanya tebakan, tapi dia tidak boleh menyepelekan sebuah tebakan.

"Lanjutkan mengikutinya. Jika kalian masih tidak dapat menemukan apa yang dia cari maka gunakan cara kekerasan " Itachi memerintahkan kepada anak buahnya dengan seringai diwajahnya.

"Boss, Shino juga menolak untuk berada di pihak kita. Dalam pengamatan kami Sakura telah menghubunginya beberapa kali dan kami juga melihat Shino bertemu dengan sakura secara diam-diam " Orang berikutnya melaporkan.

"Biarkan dia pergi untuk selamanya dari muka bumi ini" Itachi berkata, dibalas dengan anggukan dari anak buah yang melaporkan mengetahui apa maksud dari bosnya.

"Boss, Naruto juga menolak tawaran tersebut. Kami telah mengawasinya hanya menghubungi Sakura beberapa kali di telepon dan itu saja. "

"Hmm ... Dia anak yang cerdas, sayang jika kita membunuhnya, tapi dia merupakan ancaman besar" Kata Itachi menunjukkan sinyal ke anak buahnya untuk membunuh Naruto.

Ketiga pria tersebut meninggalkan kantor setelah melaporkan hasil memata-matai mereka.

Sekarang tersisa hanya Itachi dan Kiba.

"Boss, saya tidak mengerti mengapa boss perlu menghabiskan banyak waktu hanya untuk memata-matai mereka, Bukankah boss bisa langsung membunuh mereka ?" Kiba bertanya tidak memahami alasan Itachi membuang-buang waktu, padahal mereka tahu bahwa ke tiga orang buruannya tidak akan berada di pihak mereka.

"Kau tahu bahwa tiga orang tersebut bisa berguna, karena mereka bertiga Sakura dapat berdiri lama sebagai pemimpin Kitsune" Jelas Itachi .

Dia sudah mengamati Sakura sejak Sakura menjadi pemimpin dan dia tahu betapa ketiga buruannya telah membantu sakura dan begitu solid terhadap pemimpinnya.

.

.

.

.

Malam kian larut, Shino diam-diam mengikuti Kiba ke 'Kyubi' tempat di mana Akatsuki hangout. Sakura telah memerintahkan Shino untuk mengikuti Kiba, orang yang menjadi kepercayaan Itachi untuk mengetahui apa rencana Itachi sehingga Sakura bisa melindungi Kitsune dari kehancuran oleh Itachi .

Shino tetap tinggal di mobilnya di luar Kyubi menunggu Kiba keluar dari sana karena terlalu berbahaya jika masuk ke dalam. Sambil menunggu di dalam mobil tiba-tiba sebuah mobil lain sangat cepat menabrak mobil miliknya. Dengan dorongan yang cukup kuat akibat tabrakan tersebut mengakibatkan kepala Shino terbentur kemudi.

"Shii t!" Shino bersumpah. Dia merasa pusing akibat benturan tiba-tiba, dan mobil dari belakang tersebut menabrak mobilnya sekali lagi menyebabkan seluruh tubuhnya terhempas kearah depan memukul klakson dan mengenai kaca depan mobil heingga retak.

Darah mengalir dari dahi Shino, masih dengan kondisi setega sadar Shino mencoba menghidupkan mesin, mencoba menghindari mobil gila di belakangnya. Mobil gila tersebut terus mengikutinya mempercepat lajunya untuk menghancurkan kembali mobil Shino.

Shino menginjak pedal gas untuk kecepatan penuh mencoba menghindari mobil di belakangnya tetapi karena cedera yang dialaminya dia tidak dapat mengemudi dengan baik, sehingga mobilnya meluncur ke area pejalan kaki menabrak sebuah toko. Mobil yang berada di belakangnya dengan cepat melesat dari tempat kejadian karena menyadari telah menarik banyak perhatian dari warga, beberapa orang yang menyaksikan bahkan telah memanggil polisi.

Tak lama kemudian polisi datang dan Shino segera dilarika ke rumah sakit. Melalui daftar riwayat kontak telponnya, hanya nama Naruto menjadi satu-satunya orang yang dapat dihubungi oleh perawat rumah sakit.

Mereka menceritakan kepada Naruto situasi yang terjadi dan dalam waktu singkat Naruto datang terengah-engah ke meja resepsionis rumah sakit. Dia segera berjalan menuju ruang UGD mendapati Shino yang telah mati di tempat tidur. Semua dokter yang berada di sampingnya menggelengkan kepala mereka.

"Shino ...Nii-san ..." Wajah terkejut milik Naruto dapat kita lihat.

"Apakah Anda keluarga Aburame Shino?" Salah satu dokter bertanya.

"Aku temannya." Naruto berkata tanpa mengalihkan pandangannya dari mayat Shino.

"Saya sangat menyesal, bahwa teman terbaikmu tidak berhasil kami selamatkan. Hal terakhir yang ia katakan adalah 'hati-hati'. "Dokter berkata kepada Naruto sebelum meninggalkan ruangan.

Naruto menyeret kakinya di depan tubuh Shino yang telah mati. Air mata jatuh membasahi wajahnya. Dia menggigit bibir bawahnya berusaha menahan air matanya saat ia mengingat semua kenangan bersama Shino.

Bagi Naruto, Shino sudah seperti kakak yang telah merawatnya ketika dia baru bergabung dengan Kitsune. Shino telah mengajarkan Naruto banyak hal di masa lalu yang sangat berharga, jika bukan karena Shino, Naruto tidak akan mampu bertahan di Kitsune.

Naruto berlutut di lantai, kepalanya bersandar pada tubuh tak bernyawa milik Shino dan mengepalkan tinjunya ke besi tempat tidur.

Ponsel Naruto tiba-tiba berdering.

"Jadi bagaimana dengan Shino? Apakah dia sudah mati? " Naruto tau suara milik siapa itu,,,

"Itachi !" Naruto berteriak, menarik perhatian dari penghuni lain yang berada diruang tessebut. Tapi, Naruto sama sekali tidak peduli.

"Berhati-hati lah orang berikutnya yang akan mati ... adalah Anda." Itachi terkekeh sebelum menutup telponnya.

Naruto marah melemparkan telepon genggamnya di lantai, telepon tersebut memantul dua kali sebelum mendarat menjadi beberapa bagian di lantai.

.

.

.

.

Neji meninggalkan kantor polisi menuju tempat parkir mobilnya. Dia menekan tombol alarm untuk membuka mobilnya, setelah memasuki mobilnya pintu penumpang dari belakang terbuka dan seseorang duduk di dalamnya mengenakan topi hitam.

"Siapa kau?" Neji mencoba memutar kepalanya kearah belakang, tetapi dihentikan oleh tangan si penumpang gelap. Akhirnya ia melihat kearah cermin siapa penumpang gelap di belakang nya.

"Naruto Uzumaki?" Dia berhasil melihat wajah yang bersembunyi di bawah topi hitam.

"Apa yang kau lakukan di sini? Kau tahu bahwa seluruh anggota Kitsune sedang berburu untuk menemukanmu " Neji berkata sambil melihat Naruto melalui kaca spionnya.

"Aku tau, tapi aku tidak yakin bahwa mereka akan membunuhku tepat di depan kantor polisi." Naruto berbaring dengan nyaman di kursi penumpang.

"Jika kau mau membantu polisi, kami dapat melindungimu."

"Tidak, terima kasih. Aku ke sini hanya ingin memberitahumu, tolong jaga Hinata dan ia harus segera pergi dari apartemenku segera " Naruto terkekeh, membuat perkataannya terdengar seolah-olah ide yang konyol.

"Aku sudah mencoba dan aku tidak yakin dia akan pergi setelah mengetahui bahwa kau adalah Maki."

"Apa? Bagaimana mungkin dia tau ?"Naruto segera bangit dengan ekspresi terkejut.

"Ceritanya panjang, satu-satunya yang bisa meyakinkan dia untuk meninggalkan tempat itu hanya kau "

"Kau tahukan, aku tidak bisa melihat dia sekarang."

"Aku bisa membantumu " Neji menawarkan bantuan.

Naruto tidak bisa melihat Hinata karena Naruto terancam tetapi Neji bersikeras mengatakan bahwa Hinata tidak akan pernah pergi, kecuali kata-kata tersebut keluar dari mulut Naruto. Mereka menyepakati perjanjian bahwa Neji akan melindungi Naruto ke tempat Hinata kemudian setelah Naruto berhasil meyakinkan Hinata, Neji akan mengantarkan Hinata dengan aman menuju rumahnya.

Neji melaju kendaraannya menuju apartemen Naruto, Naruto memandang jendela kamarnya, ia bisa melihat lampu masih menyala dari luar. Naruto hati-hati keluar dari mobil menuju pintu depan apartemennya.

Dia mengambil kunci cadangan miliknya untuk membuka pintu. Tempat itu masih terlihat berantakan karena peristiwa yang terjadi sebelum Naruto kembali. Naruto diam-diam berjalan ke kamarnya, perlahan membuka pintu kamarnya mencoba sebisa mungkin tidak menimbulkan suara. Hal pertama yang ditangkap oleh penglihatannya adalah tubuh kekasihnya tercinta, Hinata yang tengah tertidur memegang kalung dan cincin dengan erat.

Noda bekas air mata dapat dilihat di wajah cantiknya. Naruto duduk di tepi tempat tidur ia menggerakan tangannya dengan lembut menyisir rambut yang sedikit menutupi pipi Hinata kemudian dengan lembut membelai pipi Hinata.

Naruto mencondongkan tubuhnya dan mencium kening Hinata dengan penuh kasih. Sentuhan tiba-tiba ternyata membangunkan gadis tidur tersebut. Hal pertama yang Hinata lihat setelah membuka matanya adalah orang yang paling ingin dia lihat.

"Naruto!" Hinata sedikit berteriak, kemudian langsung memeluk Naruto erat dan mulai menangis lagi.

Naruto tidak mampu berkata apa-apa, ia mengencangkan tangan miliknya memegang tubuh kurus Hinata serta menghirup aroma yang benar-benar ia rindukan. Setelah beberapa saat Naruto perlahan melepaskan pelukan Hinata.

"Hime ... kau harus segera pergi dari tempat ini, tidak aman lagi berada di sini." Kata Naruto dengan tatapan khawatir.

"Naruto-kun kenapa kau tidak memberitahuku, bahwa kau adalah Maki? Kenapa kau memberiku tempat untuk dicintai oleh sebuah keluarga, ketika seharusnya itu bisa menjadi tempat untukmu? " Hinata justru bertanya merubah topik mengabaikan perkataan Naruto.

"Aku bahagia, karena aku memberikanmu tempat tersebut" Naruto menjawab dengan sebuah senyum tulus.

"Hime ayo pergi dari sini. Neji menunggu kita "Naruto memegang tangan Hinata mencoba menariknya untuk berdiri.

Hinata akhirnya berdiri, Naruto menarik Hinata ke arah lemari, dia membuka laci di sudut lemari yang aman kecil. Naruto memasukan 4 digit pin untuk membuka laci tersebut, ternyata tempat itu dipenuhi dengan uang tunai.

Naruto dengan santai meraih tas punggung dan memasukan uang tunai tersebut ke dalamnya.

"Aku menyimpan semua uang ini, menunggu bertemu denganmu lagi dan melarikan diri untuk hidup bersamamu." Naruto berkata sambil memasukan uang kedalam ransel.

"Mari kita melarikan diri sekarang, ke tempat di mana tidak ada yang tahu tentang kau, tempat di mana kau dapat keluar dari dunia gangster."

"Aku tidak bisa Hime... setidaknya tidak untuk sekarang. Aku tidak bisa meninggalkan Sakura nee-san bertempur sendirian. Dia begitu berjasa untuk hidupku " Kata Naruto dengan ekspresi minta maaf kepada Hinata.

Naruto memegang tangan Hinata lagi, menautkan jari-jari mereka bersama-sama meninggalkan tempat tersebut. Mereka dengan aman mencapai tempat dimana mobil Neji menunggu. Naruto membuka pintu penumpang, mendorong dengan lembut Hinata menuju tempat duduk dan tidak lupa apa yang telah dia kemas sebelumnya. Naruto hendak menutup pintu ketika tangan Hinata menghalanginya.

"Kau tidak akan ikut bersama kami?"

"Tidak bisa Hime, Ini jauh lebih aman jika aku pergi sendiri. "

"Kalau begitu aku tidak akan pergi juga. Aku tidak ingin pergi tanpa kau. "Hinata dengan keras kepala berkata. Dia melangkahkan kakinya keluar mobil kemudian menyilangkan tangannya.

Naruto mengerutkan alisnya dia mencoba melihat sekeliling jalan berharap pertarungan kecil mereka tidak menimbulkan perhatian.

"Ayo masuk terlebih dahulu Naruto, kita bisa berbicara tentang hal itu di perjalanan." Neji akhirnya bicara karena melihat bahwa Hinata akan tetap pada keputusannya.

Naruto benar-benar tidak punya pilihan selain masuk ke dalam mobil. Dia akhirnya duduk di dalam dan Hinata segera mengunci lengan Naruto dengan miliknya memastikan Naruto tidak akan meninggalkannya.

Setelah keduanya duduk nyaman di kursi belakang, Neji melaju kembali ke rumah Hinata. Di sepanjang jalan Hinata tidak pernah mengendurkan cengkeramannya dan keduanya tidak berbicara apapun.

.

.

.

.

Mereka tiba di depan rumah Hinata dengan aman. Mereka keluar dari mobil dan Hinata tentu saja masih mengunci lengan Naruto dengan lengan miliknya. Ketika Hinata mencoba menarik Naruto ke pintu rumahnya dia tidak bisa, karena naruto hanya berdiri ditempat.

"Aku mohon masuklah." Hinata memohon dengan mata berkaca-kaca.

Naruto tidak tau apa yang harus dilakukannya. Disatu sisi dia ingin menghabiskan beberapa waktu dengan Hinata setelah sekian lama tidak melihat pacar tercintanya, tapi sisi lain dari dirinya mengatakan kepadanya bahwa lebih aman jika dia pergi.

"Masuklah Naruto. Kau dapat pergi besok pagi "Kata Neji mencoba meyakinkan Naruto untuk tetap tinggal.

Meskipun pada awalnya Neji tidak menyetujui bahwa sepupunya bersama dengan Naruto, tapi setelah mengetahui bahwa Naruto adalah Maki, teman masa kecil Hinata, ikatan antara mereka berdua terlalu kuat untuk dipisahkan. Neji tau apa pun yang terjadi Hinata tidak akan pernah meninggalkan Naruto. Memaksa Hinata untuk berpisah hanya akan memperburuk keadaan.

.

.

.

.

Setelah ketiganya masuk, orangtua Hinata yang tengah berada di rumah segera berlari ke arah Hinata memeluk putri mereka dengan erat. Ketika mereka memecah pelukan mereka berdua melihat ke arah Naruto, anak laki-laki yang seharusnya mereka adopsi.

Keduanya tau tentang keseluruhan cerita karena Neji telah memberitahu mereka. Neji juga mengatakan kepada orang tua Hinata, bahwa Hinata jatuh cinta dengan Naruto atau Maki. Hiashi dan Miko sempat shock dengan berita ini, karena mereka mendengar dari Neji sebelumnya bahwa Naruto adalah seorang gengster , tetapi mereka tetap menerima cinta Hinata dan naruto karena mereka tahu berapa besar keinginan Hinata untuk melihat Maki lagi.

Hiashi memeluk Naruto, sekali lagi Naruto bisa merasakan kebaikan hati orang tersebut seperti saat di panti asuhan. Pelukan dari Hiashi membuat Naruto ingin menangis tapi dia menahan air matanya. Ketika mereka berpisah pelukan, Naruto melihat mereka lebih dekat, Naruto sadar bahwa mereka telah berusia lebih tua dari yang ia tau.

"Kalian pasti lapar. Aku akan memanaskan makanan terlebih dahulu. " Miko berkata sambil menyeka air mata dari matanya.

.

.

.

.

Mereka semua makan bersama-sama, kemudian Naruto ditinggalkan sendirian di kamar Hinata. Kedua orangtua Hinata dan Neji tahu bahwa mereka bedua pasti memiliki banyak hal untuk dibicarakan.

Di dalam kamar Hinata, keduanya berbaring di tempat tidur dan hanya saling berpelukan.

"Aku tidak percaya bahwa kau adalah Maki." Hinata mengatakan tidak percaya bahwa keinginannya akhirnya terkabul.

Naruto tidak mengatakan apa-apa dia hanya mengencangkan pelukannya di pinggang Hinata. Senyum tiba-tiba muncul di wajah Hinata ketika dia mulai mengingat masa lalunya dengan Naruto di panti asuhan.

"Aku bertanya-tanya, bagaimana keadaan anak yatim lainnya sekarang." Naruto tiba-tiba berkata saat dia juga sedang memikirkan panti asuhan. Ada beberapa anak-anak yang sempat bermain dengan Naruto sebelum dia bertemu Ino dan Hinata.

"Setelah panti asuhan terbakar, mereka semua dipindahkan ke panti asuhan yang berbeda dan beberapa dari mereka ada yang diadopsi." Kata Hinata kepada Naruto menceritakan apa yang dia dengar dari Tsunade-Sama.

Suasana hening kembali. Ada banyak pertanyaan yang Hinata ingin tanyakan kepada Naruto, tapi ketika Hinata dengan Naruto, dia tidak bisa mengungkapkannya. Hanya tinggal di sisinya adalah hal yang Hinata butuhkan.

Naruto memeluk Hinata lembut "Hime ... jika aku mati, silahkan buka hatimu untuk orang lain dan lupakan aku." Kata Naruto dengan nada suara yang serius.

Hinata cepat mendongak kearah Naruto. "Tidak, Naruto-kun tidak akan mati dan aku tidak akan pernah melupakan Naruto-kun." Hinata berkata dengan tegas dan kini matanya berkaca-kaca.

"Tolong ... hanya itu keinginan ku." Naruto berbisik di telinga Hinata sebelum mencium bibir Hinata penuh gairah.

.

.

.

.

To... Be... Continue...

Comments