I Love You, Because My Little Cat Chapter 2

I Love You, Because My Little Cat Chapter 2

NaruHina


Chapter 3 Besok akan keluar

Post by Dennis


I Love you, because my little cat

Story by : Hyugazumaki

Disclaimed : Masashi Kishimoto

Pairing : Naruto X Hinata

Warning : Ooc, Typo, Ide pasaran

I Love you, because my little cat

Chapter : 2/11


Hinata mengayun-ayunkan tubuhnya diatas ayunan kayu dibawah pohon besar dipekarangan rumahnya, sampai sebuah suara langkah kaki yang mendekatinya membuat Hinata menoleh melihat siapa yang datang.

"Tou-san?..."

"Ayah dengar dari nii-sanmu kau sudah satu minggu tidak kesekolah, ada apa?" Hiashi bertanya kepada putrinya, dan duduk dikursi taman disamping ayunan Hinata.

"Eh...itu, aku.." Hinata ragu.

"Tou-san tidak pernah mengajarkanmu untuk tidak bertanggung jawabkan?" Hiashi meneruskan kalimatnya. Sementara Hinata menundukan kepalanya.

"Sekarang katakan pada tou-san, apa sebenarnya masalahmu?"

Hinata masih tetap bungkam, menahan lelehan dimatanya yang sudah siap menetes, Hinata tak tau apa yang harus dikatakanya, apa dia mengaku saja, tidak mungkin. Ayahnya bisa saja membunuhnya, bahkan Neji, pasti akan membencinya, walau Hinata tau ini bukan kesalahanya.

"Setau tou-san anak satu-satunya Harumi tidak secengeng ini," Sindir Hiashi melihat anaknya dan Harumi Hyuuga menangis.

"Kalau kau tidak mau mengatakanya pada tou-san, tou-san anggap kau mampu menyelesaikan masalahmu sendiri, jika memang begitu... tou-san tidak ingin melihatmu menangis lagi!" Ucap Hiashi tegas, Hinata masih menundukan kepalanya menyembunyikan tangisnya.

"Sekarang istirahatlah, sudah malam. Angin malam tak baik untuk anak gadis tou-san." Hiashi menunggu Hinata turun dari ayunanya, lalu Hinatapun menghapus air matanya dan turun dari ayunan kayu miliknya, lalu tersenyum kepada ayahnya.

"Terima kasih tou-san, dari dulu memang Hinata gadis yang kuat seperti kaa-san." Hinata tersenyum, dan mulai malam ini Hinata berjanji pada dirinya sendiri, untuk melupakan semua kejadian yang menimpanya, menguatkan hatinya jika disekolah nanti bertemu dengan Namikaze Naruto, pria yang sangat ingin dia bunuh, bunuh?sejak kapan Hinata mempunyai pikiran seperti itu? Hinata tersenyum kecut mengingat wajah Naruto. Entahlah...yang Hinata rasakan saat ini hanyalah membenci Naruto, namun kali ini Hinata tidak akan mendundukan kepalanya lagi jika berhadapan dengan pemuda Namikaze itu.

x0x

Naruto sedang berada dikoridor sekolah bersama Sasuke dan Kiba dan beberapa teman merek yang lainya, entah membicarakan apa tapi terlihat begitu seru dan menyenangkan, gelak tawa tampak menghiasi wajah pemuda-pemuda kaya dan tampan itu.

Seragam yang mereka kenakan membuat mereka semakin terlihat berkelas. Jas hitam dengan kemeja berwarna putih dipadukan dengan dasi bergaris garis putih dan hitam. Memang sekolah ini hanya diperuntukan untuk anak-anak orang kaya dan pintar saja, karena pelajaran memang difokuskan untuk anak-anak para pengusaha yang nantinya akan meneruskan memimpin perusahaan orang tua atau saudara mereka. Jika ingin masuke kesekolah ini harus pintar dan kaya, karena kaya tetapi bodoh jangan harap bisa bergabung bersama siswa siswi 'Hi no kuni Gakuen'.

Hinata menghentikan langkahnya, melihat siapa yang sedang ada dikoridor sekolah yang akan dilewatinya, berbalik atau terus berjalan menganggap pemuda bernama Naruto yang telah merusak hidupnya itu tidak ada. Ah, bukankah dia sudah berjanji pada tou-san dan dirinya sendiri untuk tidak takut menghadapi siapapun?, termasuk menghadapi pemuda bermata biru itu.

Hinata memutuskan untuk meneruskan langkahnya, tidak dipungkiri dadanya berdegup kencang, wajahnya mulai pucat saat bayangan didepanya semakin terlihat jelas, dan kerumunan para pria mengentikan candaanya, lalu mengalihkan pandanganya kepada Hinata, tak terkecuali pemilik iris sebiru langit yang kini melebarkan matanya melihat Hinata yang semakin mendekat.

Hinata berhenti didepan Naruto yang bersandar tiang koridor, disampingnya ada Sasuke yang memilih memalingkan wajahnya memperhatikan Sakura yang sedang bergurau dengan teman-temanya. Sasuke tidak mau ikut campur, sedangkan Kiba dan yang lain menunggu apa yang akan dilakukan gadis yang terkenal pendiam itu. Tapi kini memiliki pandangan dan aura kebencian disekelilingnya.

"Mau apa kau Hyuuga!" Bentak Naruto, walau didalam dadanya sama-sama berdegup kencang tak kalah dengan Hinata, sedangkan Hinata masih tak bergeming. Hanya menatap tajam seakan dengan tatapan itu Hinata berkata 'Kubunuh kau kunging!' .

"Apa? kau lihat apa?" Naruto kembali membentak Hinata, Hinata mengangkat tanganya.

'Plakkk!"

"Ouufh!" Kiba dan yang lain memegang pipi masing-masing dengan wajah yang konyol saat tangan mungil Hinata menampar pipi halus Naruto, Sasuke hanya menoleh sebentar lalu kembali memandangi Sakura.

"Kau! bajingan! NAMIKAZE!" Hinata berteriak, kembali ia akan memukul Naruto tapi tangan Naruto menahanya.

"Hei apa yang sebenarnya terjadi padanya Naruto?" Tanya Kiba.

"Kiba sudahlah, biarkan mereka, jangan ikut campur." Sasuke akhirnya angkat bicara, walau hanya menyuruh Kiba diam.

Naruto menarik paksa tangan Hinata menjauh dari teman-temanya, Hinata berusaha melepaskanya namun sia-sia tenaganya terlalu lemah. Kemudian Naruto menghempaskan tubuh Hinata begitu saja ketembok belakang sekolah yang agak sepi. Hinata kesakitan dibagian lengan dan punggungnya yang terantuk tembok.

"Auh!" Hinata meringis kesakitan dan memegangi pergelangan tangan yang memerah akibat cengkraman Naruto.

"Apa sebenarnya maumu! ha?!" Teriak Naruto meluapkan emosinya, hampir saja Hinata membongkar kelakuan memalukan Naruto didepan teman-temanya, dan itu artinya hidup Naruto tamat. Padahal kan Hinata juga tidak berani mengaku telah dinodai pria yang kini sedang menatapnya dengan raut wajah yang memerah tanda ia marah.

"Seharusnya aku yang bertanya seperti itu Namikaze-san yang terhormat!" Bentak Hinata, air matanya mulai menetes, walau daritadi ia tahan sekuat mungkin.

"SEKARANG KATAKAN PADAKU! APA SALAHKU KEPADAMU! KENAPA KAU TEGA MENYAKITI AKU NARUTO!?" Hinata meninggikan suaranya, emosi dan tangisnya meledak.

Naruto mengepalkan kedua telapak tanganya, memandang tubuh mungil tak berdaya didepanya, dia tak tahu harus berkata apa, dia bingung dan juga takut. Lalu entah siapa yang menyuruh Naruto, tanganya kini mengangkat rahang Hinata dengan kasar, Hinata mendongak dengan mata dan pipi yang basah.

"KAU MAU TAU JAWABANYA!?" Naruto membentak Hinata lagi, "KARENA AKU MEMBENCIMU!".

'DEGH' 'Benci? salah apa sampai Naruto membencinya', batin Hinata.

"DAN AKU PERINGATKAN KAU! JANGAN PERNAH MENGGANGGUKU! DAN JANGAN PERNAH MEMBOCORKAN SEMUANYA! ATAU..." Naruto menghentikan kalimatnya, memikirkan kata apa yang akan diucapkanya, "KAU AKAN KUBUNUH!." 'Bunuh? hah lucu sekali,setelah memperkosanya kini bunuh, apa yang aku katakan? gadis ini begitu ketakutan, kau bodoh Naruto!.' Naruto sadar kata-kata spontanya membuat Hinata ketakutan, merasa keterlaluan Naruto melepaskan tanganya dari rahang Hinata. Sekilas Naruto mengagumi bibir Hinata yang berwarna pink saat bibir itu berbentuk seperti bibir ikan waktu tanganya mengangkat rahang Hinata tadi. Bibir yang lembut, bibir yang pernah dicium Naruto dengan paksa, 'Ah apa yang aku pikirkan' Naruto menggelengkan kepalanya, membayangkan 'rasa'nya.

Hinata masih terisak atas perlakuan Naruto, sedangkan perasaan Naruto begitu campur aduk, antara kasihan, dan juga khawatir Hinata akan membocorkan perbuatan kejinya. Naruto kini memilih meninggalkan Hinata sendirian yang masih terus terisak, sementara didalam hatinya mengutuk Naruto mati-matian, dia berdoa agar Naruto cepat mati.

x0x

Hinata berjalan pelan memasuki kelasnya, kelas yang diatas pintu masuknya bertuliskan 3-2, kelas yang ia rindukan.

Baru saja menginjakan kakinya dipintu kelas.., "Hinata!" Teriak antusias seorang gadis bersurai pink, lalu berlari menghambur memeluk Hinata.

"Sakura..."

"Hinata... kupikir kau tidak akan pernah mau lagi kesekolah dan bertemu denganku, aku kesepian Hinata.." Suara Sakura memelan, memeluk sahabatnya, menumpahkan rasa kangen.

"Sakura, aku kan sudah disini..." Hinata tersenyum.

"Apa kau baik-baik saja Hinata?" Tanya Sakura, memperhatikan tubuh Hinata yang terlihat lebih kurus dari sebelumnya, dan mata Hinata yang membengkak. Hinata mengangguk, mengiyakan bahwa dia baik-baik saja.

"Kau habis menangis lagi Hinata?" Tanya Sakura,

"Sakura... sudah kubilang aku tidak apa-apa, kau terlalu menghawatirkanku, seperti Neji saja." Hinata tersenyum melihat sahabatnya yang selalu rempong mengurusinya.

"Oke oke...baiklah, yang jelas kau sudah kembali. Ayo kita duduk, sebentar lagi pasti Kakashi sensei datang." Ajak Sakura, lalu mereka duduk dibangku masing-masing, beberapa teman Hinata mengerubutinya, menanyakan kabar Hinata, yang hanya dijawab Hinata dengan kata-kata 'Aku sakit, Neji nii sibuk, tidak sempat mengantarkan surat dokter kesekolah' dan kebohongan-kebohongan yang lain.

.

.

x0x

"Hinata..." Sakura memecah keheningan ditengah kebisuan suasana taman belakang sekolah, tempat dimana dan Hinata sering mencurahkan perasaan.

"He? kenapa Sakura?" Jawab Hinata, sambil menyedot Ocha yang dibelinya dari kantin.

"Maaf, kalau aku terlalu ikut campur dalam hidupmu, tapi..." Belum selesai meneruskan kalimatnya, Hinata memotong kalimat Sakura.

"Aku mengerti Sakura, aku memang seharusnya tidak memendam semua ini sendirian."Hinata menundukan kepalanya, mengerti kemana arah perbincangan ini, serapi apapun Hinata menyimpan musibah ini, Hinata tetap tidak sanggup menyimpanya sendirian.

"Aku tidak akan memaksamu Hinata,"

Hinata menghela nafasnya dalam-dalam dan menhembuskanya berlahan.

"Aku..." Hinata berbisik pelan, tapi masih bisa didengar sahabat merah mudanya yang kini memperhatikanya dengan seksama.

"Aku, sudah tidak suci lagi Sakura." Hinata masih tertunduk, dadanya mulai sesak dan matanya mulai memanas, sebentar lagi air suci dari mata uniknya pasti akan terjatuh.

"Maksudmu apa, Hinata?" Sakura menautkan kedua alisnya, mencoba memahami maksud Hinata.

"Naruto... aku telah diperkosa Naruto!." Pundak Hinata bergetar, menandakan ia telah menangis. Sementara Sakura menutup mulutnya dengan telapak tanganya mendengar pengakuan Hinata, ia terkejut juga tidak percaya.

"Hidupku sudah Hancur Sakura hiks..," Tangis Hinata, "Bahkan, sekuat apapun aku mencoba menghadapinya, aku tetaplah lemah, aku sudah hancur. Tidak akan ada yang mau menikahiku kan Sakura?, bahkan bagaimana jika tou-san dan Neji nii tau? aku pasti akan dibunuh!"

Sakura tidak sanggup berkata apa-apa, iapun menangis lalu merengkuh tubuh sahabatnya, memeluknya berharap dapat mengurangi luka hati Hinata.

"Hinata, jangan berkata seperti itu. Tousan-mu tidak akan melakukan hal bodoh macam itu." Ucap Sakura menenangkan Hinata, mengusap punggung Hinata yang Sakura peluk, "Kalau kau mau aku bisa menemanimu melaporkan semua ini kepada polisi ."

"Tidak Sakura... jangan." Hinata melepaskan pelukan Sakura, lalu menghapus airmatanya dengan kedua punggung tanganya, "Menghukum Naruto dengan cara itu, juga tidak akan membuat kegadisanku kembali kan? dan bahkan resikonya, semua penghuni sekolah akan tau, aku diperkosa dan aku tidak siap menanggung malu Sakura.. hiks" Hinata menutup wajahnya dengan kedua telapak tanganya, pundaknya berguncang-guncang, ia menangis lagi.

"Hinata..." Sakura kembali memeluk Hinata, menyalahkan dirinya kenapa ia tidak menemani Hinata pada malam itu, kenapa saat inipun dia tidak bisa berbuat apa-apa. Payah! itu yang digumamkan Sakura untuk dirinya sendiri.

x0x

3 Minggu kemudian...

"Teme ambilkan aku aspirin dikotak depanmu itu." Perintah Naruto pada pemuda pantat ayam yang jadi sahabatnya.

"Ini,"

"Teme, ambilkan aku air didsampingmu itu"

"Ini"

"Teme, aku mau makan pisang,"

"Iya"

"Teme..."

"Apa lagi Dobe!" Bentak Sasuke yang sedari tadi diperintah-perintah Naruto, kesal karena menganggu game yang sedang ia mainkan.

"Teme, akukan hanya minta tolong.." Naruto ngeles,

"Aku pulang saja jika kau masih perintah-perintah Uchiha yang keren seperti aku ini," Jawab Sasuke kesal, "Sebaiknya jika kau sakit pulang saja, biar Kushina Obasan yang merawatmu, kaupikir aku ini pacarmu? memintaku menemanimu?" Sasuke bersungut-sungut.

"Teme ayolah... bukanya kau memang pacarku?" Goda Naruto, membuat Sasuke memasang wajah jijik,

"Kau menjijikan dobe!" Sebuah bantal melayang kearah Naruto, tapi tidak mengenainya, karena bantal yang dilempar Sasuke hanya mengenai sudut tempat tidur Naruto.

"Hahaha...tidak kena! aku juga jijik padamu," Naruto terkekeh dengan cengiranya yang khas, "Teme kau tau sendiri kan aku sedang malas pulang kerumah,"

"Kenapa malas pulang? kau merepotkanku, kalau kau tidak bisa mengurus dirimu sendiri jangan tinggal sendirian, dan jangan sakit!" Sasuke ngomel.

"Berisik! aku mau tidur." Naruto menutup wajahnya dengan bantal, mulai malas menanggpi Sasuke yang selalu memarahinya.

Suasana hening sejenak, hanya suara dari monitor yang menampakan game yang sedang dimainkan Sasuke.

Layar monitor tidak lama bertuliskan 'You lose, try agaian'. Sasuke mendengus kesal. Lalu menoleh kebelakang dimana Naruto sedang berbaring,

"Kau apakan lagi gadis itu?" Sasuke membuka percakapan.

Naruto memindahkan bantal diwajahnya kesamping, "Hanya memperingatinya supaya tidak membuat kesalahan." Jawab Naruto.

"Sebenarnya siapa yang salah? kau atau gadis malang itu?" Sasuke mencoba menekan Naruto lagi.

"Dia sudah membuatku gagal menjadi yang terbaik diKonoha, dan dia juga sudah membuatku gagal mendapat mobil baru dari Tou-san" Jawab Naruto.

"Hah kau makhluk paling bodoh dan menjijikan Naruto," Sasuke kembali membuat telinga Naruto gatal.

"Kaupikir apa yang kau lakukan? hanya karena sebuah mobil dan pengakuan membuatmu menjadi orang yang menjijikan?, bahkan jika itu semua ditukar dengan kesucian Hinata, itu masih kurang." Lanjut Sasuke.

"Sudahlah Teme, tadinya aku berniat meminta maaf padanya, kau tau kan dia malah menantangku didepan teman-teman?, sebagai seorang laki-laki aku tidak terima." Ucap Naruto.

"Lalu apa hebatnya jika kau menang melawan Hinata?" Ejek Sasuke, "Dia hanya seorang perempuan, jika kau kalah darinya itu sangat memalukan, tapi jika kau menang, kau juga tidak akan terlihat hebat."

"Lalu menurutmu apa yang harus aku lakukan? kalau harus meminta maaf aku tidak bisa sekarang." Naruto menjelaskan ketidak siapanya.

"Selain bodoh kau juga pengecut," Sasuke melemparkan bantal yang tadi dipakainya duduk kearah Naruto, Naruto mengaduh, lalu Sasuke naik keranjang Naruto berniat tidur.

"Mau apa kau teme?." Tanya Naruto.

"Tidur, memangnya mau apa lagi?"

"Kenapa tidak tidur disofa?"

"Tidak mau, dingin,"

"Apa kau mau mencoba memperkosaku Teme? "

"Tidak akan dobe kau menjijikan!" ''Braakkk!"

"Aargh sakit!...Sialan kau Teme!" Naruto terjatuh dari ranjangnya setelah ditendang Sasuke.

.

.

x0x

"Hmhooek...umh..hhoek.." Wajah putih itu kini memerah akibat tekanan dari dalam perutnya yang memaksa ingin dikeluarkan.

"Hinata, sebaiknya kau keruang kesehatan saja." Sakura memijat tengkuk Hinata yang sejak pagi mual-mual tapi tak juga mengeluarkan muntahan.

"Aku tidak apa-apa Sakura." Hinata menyeka bibirnya dengan tissue yang diambilnya dari dekat wastafel.

"Tapi kau terlihat pucat, apa tadi kau sudah sarapan?"

"Sudah Sakura, mungkin aku hanya masuk angin."

"Baiklah... ayo keruang kesehatan, biar aku gosok perutmu dengan minyak angin," Sakura mengajak Hinata keruang kesehatan.

Setelah berjalan melewati perpustakaan Hinata dan Sakura masuk kedalam ruang kesehatan, ruangan yang lebih pantas disebut sebagai puskesmas jika diindonesia.

"Berbaringlah disini aku akan minta obat Shizune-san.." Sakura pergi meninggalkan Hinata yang berbaring disalah satu ranjang pasien dibilik yang hanya disekat kain putih.

Tak lama kemudian Sakura datang membawa sebotol minyak angin, dan menggosoknya diperut Hinata.

"Bagaimana Hinata, apa kau masih mual?" Tanya Sakura yang sudah menutup botol minyak angin.

"Masih sedikit mual Sakura, dan aku pusing." Hinata meringis dan memijat kedua sisi keningnya, pusing dan juga mual masih dirasakanya.

"Apa sebaiknya aku telephone Neji-nii agar membawamu kerumah sakit?" Sakura menawari Hinata untuk pulang saja, karena khawatir dengan Hinata yang masih belum pulih.

"Tidak usah Sakura, aku menunggu disini saja sampai Neji-nii menjemputku. Sekarang kau pergilah kekelas, nanti kau terlambat,"

"Baiklah, nanti aku bawakan tasmu kesini, sekarang istirahatlah.." Sakura menyelimuti tubuh Hinata sampai kelehernya, lalu meninggalkan Hinata sendirian diruang kesehatan.

Tanpa sepengetahuan Sakura dan Hinata, pembicaraan mereka didengarkan oleh seseorang berambut 'raven' yang berbaring disamping ranjang Hinata dengan perban yang membalut kepalanya, pemuda itu mendengar jelas apa yang mereka bicarakan. 'Hinata mual, Hinata pusing, hah pasti Hinata hamil' itu yang ada didalam kepala pantat ayamnya itu.

"Sekarang, tamat kau dobe.." Sasuke bergumam mengingat Naruto, lalu memejamkan matanya, rasa nyeri didahinya yang didapat dari terantuk sudut meja kaca dikelas Fisika tadi masih terasa perih.

.

x0x

Keesokan harinya Hinata berangkat sekolah diantarkan Neji kakaknya, seperti biasa dengan seragam berjas dan berdasi garis-garis, Hinata baru saja memasuki koridor sekolah, setiap hari sejak kejadian melawan Naruto ia selalu teringat kejadian dikoridor itu. Dan entah karena hal itu atau bukan, kini Naruto dan teman-temanya tidak pernah mengobrol disana, mereka pindah tempat ditaman dekat kantin.

Hinata berjalan sesekali mengedarkan pandang disekelilingnya, tersenyum kepada benerapa teman yang ia temui disepanjang koridor sampai seseorang memanggilnya,

"Hinata...tunggu!" Gadis bersurai pink dengan postur tubuh yang ideal berlari kearahnya.

"Sakura... kenapa kau berlari?"

"Hh...Kau sudah tidak apa-apa Hinata?" Sakura langsung menghampiri Hinata dan menanyakan keadaan Hinata dengan nafas yang tersengal-sengal, tanpa menjawab kenapa ia berlari.

"Sudah..." Jawab Hinata dengan senyum manis seperti biasanya.

"Syukurlah..." Sakurapun tersenyum lega. Mereka berjalan bersama menuju kelas.

x0x

Jam istirahat seperti saat ini seperti biasa, Hinata berada dikantin bersama Sakura dan Ino, memakan miso atau sekedar meminum jus, tapi ada yang beda. Hinata kini lebih

suka memakan salad yang hanya berisi mangga muda dan jeruk, hal itu menimbulkan tanda tanya dikepala pink Sakura.

"Hinata? kenapa kau tidak pesan miso kesukaanmu lagi?" Tanya Sakura, sambil memainkan sedotan digelas jus cherry-nya.

"Aku sedang ingin makan salad, benerapa hari ini aku tidak berselera makan makanan berat," Jawab Hinata sambil menikmati mangga muda dengan 'mayonaise' sebagai sausnya.

"Apa kau sedang diet Hinata?, kau terlihat sedikit gemuk" Gadis berkuncir berambut pirang itu ikut mengomentari Hinata dengan mulut yang penuh dengan 'mochi'.

"Tidak Ino, heh yang benar saja aku sekarang gemuk? benarkah begitu Sakura?" Tanya Hinata berharap Sakura menjawab tidak, karena Hinata tidak suka jika harus mempunyai badan gemuk.

Sakura memperhatikan dengan seksama, "Umm... tidak." Jawab Sakura dengan santai.

"Syukurlah...hahaha..." Hinata bersyukur mendengar pernyataan Sakura.

Acara makan pada jam istirahat mereka habiskan dengan mengobrol dan bergurau, tapi tiba-tiba Hinata menghentikan makanya dan menutup mulutnya "Umh." Suaranya tertahan.

"Hinata..."

"Hinata..." Suara Sakura dan Ino yang melihat Hinata seperti akan muntah.

"Sakura...Ino..aku permisi dulu." Hinata berdiri lalu berlari meninggalkan kedua temanya yang masih melongo melihat Hinata yang berlari sambil memegangi perut dan mulutnya.

Hinata lari tergesa-gesa menuju toilet, bahkan beberapa kali menabrak teman-teman sekolahnya. Hinata sampai ditoilet mewah dan wangi seperti toilet disuper mall, tapi malangnya pintu semua terkunci dari dalam itu artinya semua terpakai, tak tahan semakin mual Hinata berlari ketoilet pria.

Brukh! Hinata menabrak seseorang dan limbung, tetapi seseorang yang ditabraknya itu dengan spontan merengkuh tubuhnya agar tidak jatuh.

'Amethyst' bertemu pandang dengan 'Saphiere'. 'Indah' gumam kedua manusia berbeda gender itu. Menyadari siapa yang 'ditahan' dan siapa yang 'menahan' agar tidak jatuh Hinata dengan cepat melepaskan tangan kekar yang menahan pinggangnya lalu berdiri dengan cepat, sementara pemilik tangan kekar juga dengan cepat menarik tanganya, jika saja Hinata tidak cepat berdiri tadi mungkin jadinya dia juga terjatuh.

"Biarkan aku lewat," Hinata menundukan kepalanya, baru saja dia akan menghindari pria berkulit 'tan' yang baru saja menolongnya itu lenganya sudah ditarik kembali.

"Mau kemana kau?" Naruto menghentikan langkah Hinata,

"Jangan ganggu aku Naruto, aku mual! aku masuk kedalam!" Hinata melepaskan genggaman Naruto dipundaknya.

"Aku duluan! kau tidak pernah diajarkan mengantri?, lagi pula didalam ada Sasuke." Naruto tidak mau mengalah, "Dan ini kan toilet pria? kenapa kau kemari ha?" Selidik Naruto.

"Aku mual! aku mau muntah! jangan ganggu aku!" Hinata memaksa mau menerobos Naruto tapi Naruto lagi-lagi menahanya. Terjadi aksi saling dorong diantara mereka, membuat pria berambut 'raven' yang berada didalam toilet tersenyum kecut.

"Biarkan aku masuk Naruto, aku sudah tidak tahan!" Hinata mendorong-dorong dada Naruto.

"Tidak boleh! kau mau mengintip Sasuke?!" Teriak pemuda tampan dengan bola mata biru itu mulai emosi.

'Bodoh' dengus Sasuke didalam toilet, lalu pemuda bermarga Uchiha itu merapikan dirinya, semenatara Naruto dan Hinata masih ribut diluar sana.

"Hum...ummh.." Hinata mendorong tubuh Naruto dengan tangan kananya sementara tangan kirinya ia gunakan untuk menutup mulutnya.

"Tidak boleh!" Naruto masih ngotot menahan tubuh Hinata, sementara Hinata semakin pucat menahan mual, sampai akhirnya tidak kuat menahan lagi.

"Hooeekkk..." Hinata muntah, muntah dibaju seragam Naruto. Oh sial Hinata, pasti pemuda dengan mata indah itu marah.

"Grrrhhh..." Naruto menggeram, memelototi Hinata yang memasang wajah bersalah.

"Kau! kau memang gadis bodoh!" Wajah Naruto memerah menahan marah melihat bajunya basah, memang hanya air. Itu tidak terlalu menjijikan tapi tetap saja Naruto berang.

"Sudah kubilang! aku mau muntah! tapi kau malah menahanku!" Bentak Hinata tidak mau disalahkan, sibuk mengelap mulutnya dengan punggung tanganya.

"Bajuku jadi kotor tau! mana bau muntahanmu! iieeehh...menjijikan" Naruto berusaha menjauhkan kemeja yang masih melekat ditubuhnya dengan menariknya kedepan dan mengibas-ngibaskan muntahan Hinata dengan ekspresi yang konyol.

"Rasakan saja! memang enak? sudah aku katakan aku mau muntah! kau malah menahanku!".

"Rrrhghh..." Naruto mengangkat tanganya bersiap menampar Hinata, sementara gadis Indigo itu menutup wajahnya dengan telapak tanganya pasrah menerima apa yang akan dilakukan Naruto.

Saat tangan kekar itu diayunkan kearah Hinata, sebuah tangan kekar yang lain menahanya. Naruto menoleh kearah pemuda yang berani menghalanginya, dan Hinata pelan-pelan membuka manik uniknya saat dirasa tangan yang seharusnya memukulnya tak kunjung mengenai wajahnya.

"Sudah cukup bodoh!" Suara baritone dengan tangan yang menahan tangan Naruto.

"Teme?" Naruto bengong melihat sahabatnya datang lagi-lagi membela Hinata, Naruto tidak habis pikir, Sasuke bukan tipe yang suka ikut campur dalam masalah orang lain, tapi sudah duakali ini dia selalu ikut campur urusan Naruto. apa dia menyukai Hinata? bukankah Sasuke selama ini hanya memperhatikan Sakura?. Naruto bertanya-tanya sendiri dalam benaknya.

"Hn" Tanggapan Sasuke hanya sebatas dengusan itu, dalam benaknya-pun berpendapat bayi yang dikandung Hinata mengerjai ayahnya.

'Pria ini menolongku dua kali' Batin Hinata saat melihat pemuda bermarga Uchiha menolongnya lagi, walau waktu itu terlambat paling tidak kali ini dia berhasil mencegah pemuda blonde itu menyakiti Hinata lagi.

"Biarkan saja dia Naruto, aku sudah selesai. Ayo pergi." Ajak Sasuke dengan raut wajah yang tenang seakan tidak terjadi apa-apa.

"Hah!" Naruto menarik tanganya dengan kasar dari cengkraman Sasuke, "Tenang saja teme, aku tidak benar-benar akan memukulnya, ayo pergi." Jelas Naruto, lalu Naruto dan Sasuke yang berjalan disampingnya hanya berlalu begitu saja setelah sebelumnya Naruto dengan sengaja menabrak lengan Hinata dengan lenganya, Hinata hampir saja terjatuh akan hal itu. Sedangkan pria menyebalkan berambut kuning itu malah meliriknya dengan tatapan tajam.

Hinata tak memperdulikanya lagi, dalam hatinya senang bisa membuat Naruto ribut seperti kebakaran jenggotnya. Lalu Hinata segera masuk kedalam toilet dan membersihkan mulutnya.



Bersambung

Comments