“Hidup dalam Air Mata”Chapter 10
“Hidup dalam Air Mata”
Chapter 10
Author : KA Jung Liu
Disclaimer :
Manga dan semua carekter Naruto cuma milik Masashi Kishimoto,
Naruto dan Hinata mutlak milik Masashi Kisimoto kita hanya sebatas pengagum mereka. Akan tetapi Naruto hanya milik Hinata. Dilarang keras memisahkan Naruto dari pelukan Hinata! Bagi Keluarga Naru_Hina Lover’s
(UUD NHL 2013 Pasal 2 Ayat 1)
Pairing : Naruto & Hinata
Rate : M
(Untuk tidak kekerasan dan kata-kata kasar, Tidak ada adegan Limenya )
Genre :
Angst. Action, Romance, Tragedi, (Mungkin?)
Warning:
Ide cerita pasaran, OOC, AU, Typo,Tanda baca salah, No EYD, Agak BAKU, membingungkan, hati-hati karena P.O.V berubah-ubah dan masih banyak kekurangan yang lain.
.
.
~ H D A M ~
.
.
Sebelumnya Di HDAM :
"Nii-san, Aku tahu mengapa kamu khawatir. Tapi Naruto sangat penting bagiku. "
"Hinata ..."
"Maaf Nii-san aku benar-benar lelah." Hinata kasar memotong ucapan Neji untuk pertama kalinya, tanpa membiarkan Neji melanjutkan pembicaraan dia berbalik dan memasuki rumah.
.
.
~ H D A M ~
.
.
Di salah satu klub malam, dalam ruang VIP Itachi duduk di sofa yang nyaman sambil menggulung selembar kertas kecil kemudian mencondongkan tubuh ke meja tepat disebuah nampan berisikan bubuk obat dan menghirupnya .
Kiba duduk disisi lain sedang membersihkan hal-hal yang berantakan disana.
"Bahkan Kami-sam berpihak padaku." Dia tertawa sinis.
Suasana hatinya kemudian berubah 180 derajat, dengan tiba-tiba ia melemparkan nampan kesembarang tempat dan hancur berkeping-keping karena bertabrakan dengan dinding.
"Apakah kamu sudah menemukan obat?!" Dia tiba-tiba berteriak kearah kiba, sontak membuat Kiba bergetar takut.
Kiba cepat berdiri dan membungkuk di 90 derajat, membiarkan kepalanya tetap tertunduk dengan pusisi masih membungkuk. "Nii-san, kami masih berusaha mencarinya." Dia berkata dengan kepala masih tertunduk.
Itachi berdiri melemparkan tendangan ke arah Kiba, membuat dia jatuh tergeletak di tanah memegangi perutnya menahan sakit. "Aku akan memberimu satu minggu lagi. Jika kamu masih tidak bisa menemukannya, Aku akan membiarkanmu memilih tangan kanan atau kiri yang akan menjadi jaminannya " Itachi berkata mengancam kemudian meninggalkan ruang VIP dan dua pengikutnya mengikuti di belakangnya. Meninggalkan Kiba yang masih berbaring di tanah.
*Kiba P.O.V*
‘Kenapa Aku harus percaya kepada Maito Guy saat itu’
‘Obat-obatan yang hilang memang direncanakan oleh Itachi. Rencana awalnya menggunakan masalah ini untuk mengambil alih kepimimpinan Sakura. Jadi agar rencananya bekerja, terlebih dahulu ia memilih satu anak buahnya di geng dan memberikan kepercayaan kepadanya untuk urusan obat-obatan dengan Akatsuki.’ Jika kalian ingin tahu yang sebenarnya.
‘Sementara Itachi terbang keluar Jepang dan memastikan itu tidak akan ada hubungannya dengan dia. Anak buahnya yang kebetulan dipilih adalah Maito Guy dan mengapa dari semua anak buahnya harus Maito Guy yang dipilih? Itu karena Aku. Sebelum Aku memiliki jabatan dan bertanggung jawab atas semua klub malam yang dikelolah Itachi, Aku hanya gangster kecil yang berteman dengan Maito Guy’
‘Setiap hari kami berdua akan mencoba untuk memenangkan perhatian dari Itachi dan bersyukur bahwa Aku berhasil ketika Aku menyelamatkan Itachi dari sebuah pertempuran. Sejak itu Itachi mulai menyukai kerjaku dan tidak butuh waktu lama sampai Aku mendapat posisi sebagai kepala pengurus klub malam.’
‘Ketika Itachi merencanakan untuk obat-obatan, Aku pikir ini mungkin menjadi kesempatan bagi Maito Guy untuk mendapatkan jabatan dari Itachi, sehingga Aku merekomendasikan Guy ke Itachi’
Aku kembali berdiri dan duduk di sofa masih dengan rasa sakit efek dari tendangan. Aku mengambil sebatang rokok dan menyalakannya, Aku berpikir tidak peduli apakah aku menemukan obat itu atau tidak yang pasti Aku berikutnya yang akan pergi ke neraka menyusul Maito Guy.
*Kiba P.O.V End*
.
.
~ H D A M ~
.
.
*Author P.O.V*
Sejak kematian Guy, sebanyak apapun Lee terlihat telah pulih dari rasa kehilangan, tapi hatinya masih merasakan sakit. Perpisahan itu masih membekas. meskipun ia selalu memberitahukan semua orang bahwa dia baik-baik saja dan telah melupakannya. Tetap saja tidak ada yang bisa membuat Lee melupakan Maito Guy, dia adalah keluarga yang telah lama ia cari, kehadirannya selalu mengajarkan Lee untuk selalu bersemangat dalam menghadapi kehidupan ini.
Lee duduk di bangku di lapangan basket yang berada di dekat Universitas Nasional Jepang, Lee menatap sekelompok remaja muda yang tengah bermain basket, sesaat setalah itu ia mencengkeram erat sebuah benda di tangannya. Kemudian mengalihkan tatapannya dari kelompok remaja muda ke arah objek yang berada digenggaman tangannya.
Dia menatapnya, ingatan saat pertama kali bertemu kembali dengan Guy di sebuah lapangan basket didekat seiryu.
* Flashback *
Lee mengiuti Naruto kembali ke Jepang, tempat dimana ia dilahirkan, tempat dimana kedua orang tuanya meninggal serta tempat dimana ia terpisah dan kehilangan satu-satunya anggota keluarga yang masih ia miliki.
Naruto ditugaskan bekerja di Seiryu oleh Sakura begitu juga dengan Lee. Setelah kegiatan didalam klub selesai Lee menyempatkan mengelilingi klub. Dia berjalan tanpa arah dan tujuan, kakinya membawanya melangkah ke sebuah lapangan basket yang terletak tidak jauh dari Siryu.
Itu adalalah waktu pagi, Lee melihat segrombolan pria tengah asik bermain basket, ketika diperhatikan dengan seksama Lee terpaku pada salah satu pria dengan gaya rambut serupa dengannya. Lee masih belum yakin apakah dia orang yang Lee cari atau bukan, Lee memutuskan untuk kembali ke klub menemui Naruto.
Tanpa Lee sadari ternyata pria yang tengah diperhatikannya juga melihat kearahnya, seketika ia menghentikan kegiatannya dan berjalan perlahan kearah Lee. Setelah memastikan jarak mereka tidak jauh akhirnya pria itu memberanikan diri memanggil Lee.
“Rock Lee ?”
Mendengar seseorang memanggilnya Lee berhenti dan berbalik ke belakang, ternyata dihadapannya telah berdiri seseorang yang sejak tadi diperhatikannya.
“Ternyata ini benar kamu Lee” tanpa Lee sadari orang tersebut telah memeluknya erat. “Maafkan Nii-san mu ini Lee, yang tidak bisa menjagamu dan melindungimu dari penjahat yang memisahkan kita Lee, Maafkan Nii-san”
“Apakah kamu benar-benar Maito Guy ?”Lee bertanya antara senang dan tidak yakin.
“Iya Lee ini Aku, Guy Nii-san”
.
.
~ H D A M ~
.
.
Tidak lama dari pertemuan itu Lee mendapat kabar bahwa Guy menghianati Kitsune karena bertanggung jawab atas pencurian obat-obatan yang akan menjadi trransaksi dengan Akatsuki sehingga anggota Kitsune diwajibkan untuk mencarinya.
Lee benar-benar tidak percaya, akan tetapi pada kenyataannya Guy memang benar membawa lari dan menyembunyikan obat-obatan tersebut.
* Akhir * Flashback
*Lee P.O.V*
Air mata mulai jatuh dari sudut mataku saat Aku mengingat hari dimana Aku terakhir kali bertemu dengan Guy. Aku terus menatap objek di tanganku, sebuah kunci.
Aku tidak tahu kunci apa itu, Aku hanya menduga mungkin kunci sebuah loker karena memiliki angka yang tercetak di atasnya. Apapun yang dapan kunci ini buka, mungkin itu adalah hal penting. karena ini adalah hal terakhir yang Guy katakan sebelum menghembuskan napas terakhirnya. Kunci tersebut Aku temukan di dalam toples selai di apartemenku.
Aku telah menyimpan kunci tersebut sejak Aku kembali dari Sanghai, tapi Aku tidak pernah mengatakan itu pada siapapun, bahkan kepada Naruto yang notabennya teman terbaikku. Aku tahu kunci ini penting jika tidak Guy pasti tidak akan menyebutkannya sebelum ia meninggal.
‘Mungkin petunjuk untuk menemukan obat yang hilang tapi mengapa kunci ini begitu biasa, dan bagaimana mungkin Aku menemukan apa yang bisa kunci ini buka sedangkan aku tidak memiliki petunjuk’ Aku berbicara pada diriku sendiri dan mencoba untuk berpikir keras.
Lamunanku terganggu oleh bola basket yang bergulir di depan kakiku.
"Nii-san, bisakah Nii-san lemparkan bola itu kembali." Seorang anak laki-laki ceria dan lucu mengatakan.
Aku cepat menempatkan kunci ke dalam saku jaketku dan menarik ritsleting kantong jaket memastikan itu aman. kemudian mengambil bola basket dan melemparkannya kembali ke anak laki-laki tersebut.
"Nii-san, apakah Nii-san ingin bergabung dengan kami? Kami kehilangan pemain "Anak laki-laki tersebut menangkap bola dengan dua tangan serta mengundang ku untuk bermain basket.
Aku hanya menganggukkan kepala dan memberikan senyum termanis, dan segera menuju lapangan untuk begabung dengan mereka
*Lee P.O.V End*
.
.
~ H D A M ~
.
.
*Hinata P.O.V*
Sudah beberapa hari sejak Aku keluar dari rumah sakit dan pergelangan kakiku hampir sembuh. Aku sekarang bisa berjalan tanpa bantuan kruk tetapi masih sedikit pincang. Aku juga mengambil cuti di kampus untuk beristirahat di rumah dan Naruto hanya mengunjungi ku sekali tapi itu saat Aku sendirian di rumah, mungkin dia juga takut dengan Neji Nii-san.
Hari ini adalah siang yang membosankan tidak ada apa-apa yang dapat Aku lakukan. Aku juga tidak bisa pergi keluar karena ibu ada di rumah mengawasi putrinya ini memastikan bahwa Aku tidak akan menyelinap keluar dan melukai diri sendiri lagi.
Karena benar-benar merasa bosan aku ahanya berguling-guling di tempat tidurku, kemudian meraih telepon segera mencari kontak Naruto-kun. Aku ingin mendengarkan suaranya.
Telpon berdering sekitar lima kali tapi tidak ada yang mengangkat dan sebelum suara berbicara memberitahuku bahwa “Orang yang Anda hubungi sedang sibuk, silahkan hubungi beberapa saat lagi” Aku menutup telepon.
Ku lemparkan telepon ke samping dengan lembut kemudian membenamkan wajahku di bantal. Beberapa detik kemudian teleponku berdering, Aku meraih telepon menekan tombol untuk membaca pesan teks.
“Lihatlah ke luar jendela !”
Naruto
Aku segera melesat bangun menuju ke jendela, membuka lebar-lebar jendela kamarku. Ku julurkan kepala ke luar melihat ke kiri dan kanan. Senyum segera terbentuk ketika Aku melihat Naruto menatapku dari bawah pohon didepan rumahku.
Kemudian telponku berdering kembali.
“Bisakah kamu keluar?”
Naruto.
Dengan cepat aku membalas kembai pesan.
“Aku tidak bisa, ibu ada di rumah”
Hinata: (
Bahkan dari jarak yang jauh Aku masih bisa melihat wajah kecewa dari Naruto. Kemudia Neruto beranjak dari tempatnya, Aku melihat dia berjalan menuju rumah, Aku mencoba meneleponny tapi dia tidak menjawabnya. Beberapa menit kemudian bel pintu berbunyi, aku mendengar ibu membuka pintu.
Aku segera beranjak dari kamarku menuju keluar, dengan hati-hati aku mengintip dari pintu siapa yang datang dan Aku terkejut ketika sadar bahwa itu.
"Permisi, Mrs. Hyuga" Naruto membungkuk kepada kaa-san dan sepertinya Kaa-san menyambutnya dengan baik.
"Iya ... tapi kamu?" Kaa-san ragu saat melihat sosok yang tidak dikenalnya.
"Saya teman sekelas Hinata, saya di sini untuk membawakan catatan mata kuliah yang Hinata tidak ikuti." Naruto tersenyum sembari menunjukan tumpukan buku catatan yang dia pegang, dan Aku berasumsi bahwa sebenarnya itu catatan miliknya sendiri yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan mata kuliahku.
"Oh ... terima kasih banyak. Silahkan masuk "Kaa-san berterima kasih dan mengundangnya masuk kedalam. Aku hanya bisa tersenyum dari jauh, segera Aku memutuskan untuk keluar dari kamarku.
"Oh Naruto kamu di sini."Aku mencoba setenang mungkin menyambut pacarku. kemudian tertatih-tatih menuju ke arah Naruto dan Naruto mempercepat langkahnya untuk memberikanku dukungan.
"Kaa-san, Naruto dan Aku akan berada di kamarku, dia akan menjelaskan pekerjaan rumah kepada ku" Aku membuat alasan dan memngajak Naruto ke kamarku. Kaa-san hanya mengangguk kemudian melanjutkan apa yang dia lakukan sebelumnya.
Begitu kami berada didalam kamar dan menutup pintu Aku mengambil tumpukan catatan dari Naruto dan melemparkan mereka di tempat tidur. Segera setelah itu Aku memeluknya dengan erat.
"Aku benar-benar merindukanmu." Kataku masih memeluknya membenamkan kepalaku didadanya.
"Aku juga merindukanmu, bagaimana pergelangan kakimu?"Naruto membalas pelukanku dan memberikan kecupan di puncak kepalaku.
"Ini jauh lebih baik sekarang."Kami masih diposisi berpelukan, melepaskan kerinduan.
"Apakah kamu mengemudi?" Aku bertanya.
Aku merasakan Naruto mengangguk.
"Aku ingin membawamu ke suatu tempat."
Naruto melepas pelukan dan menatapku terlihat bingung, Aku hanya membalas tatapannya dengan senyuman, pada akhirnya dia menyetujuinya.
*Hinata P.O.V End*
.
.
~ H D A M ~
.
.
*Naruto P.O.V*
Kami keluar dari kamar dan Hinata membuat alasan bahwa kami akan pergi ke kafe terdekat untuk berbicara. Butuh beberapa waktu sampai Mrs. Hyuga yakin membiarkan putri kesayangannya ini keluar dari rumah.
Hinata dengan riang duduk di kursi penumpang memasang sabuk pengaman dan memberitahukan ku arah tujuan nya. Perjalanan kami begitu panjang dan Aku masih belum tahu di mana sebenarnya tujuan kami.
Akhirnya Hinata mengatakan bahwa kami telah sampai tempatnya, Aku memberhentikan mobil. Hinata melepas sabuk pengaman dan keluar dari mobil, Aku melakukan hal yang sama.
"Hinata apa yang kita lakukan di sini?"
"Naruto-kun, kamu ingat hari kecelakaan yang menimpah kita di Kyubi, hari bahwa Aku ingin memberitahukan sesuatu kepadamu? Nah Aku ingin memberitahumu sekarang. Aku ingin kamu tahu diriku yang sebenarnya " Dia berkataku kemudian berbalik menuju ke atas bukit.
Aku mengikuti dibelakangnya, Aku menebak Hinata pasti ingin menceritakan masa lalunya, tapi aku tidak mengerti mengapa dia membawa kami ke sini. Aku segera memegang tangan Hinata erat-erat takut bahwa dia bisa jatuh.
Kami berjalan dengan perlahan karena pergelangan kaki Hinata yang masih cedera, Aku menawarkannya untuk naik dipunggungku tapi dia menolaknya. Akhirnya setelah berjalan cukup lama kami mencapai sebuah kuil tua Aku berdiri diam menatap kuil dan Hinata mamusiki kuil.
"Tsunade-Sama?!" Hinata berteriak pelan, tapi cukup keras untuk ku dengar. Suaranya menggema di seluruh kuil.
Ketika mendengar nama tersebut, sontak membuat mataku panas serasa ingin mengeluarkan tangisku. Sudah bertahun-tahun terakhir kali aku melihat Tsunade-Sama dan Aku benar-benar merindukannya. Aku menarik napas dalam-dalam berusaha menahan air mataku agar tidak keluar.
“Aku kira dia sedang pergi." Karena tidak menerima jawaban dari siapapun didalam Kuil, Hinata menarikku ke kursi dan kami duduk berdua disana.
"Oke, aku siap untuk menceritakan semuanya." Dia mengambil napas dalam-dalam sebelum menceritakan kisahnya bahwa dia tidak pernah mengatakan kepada siapa pun sebelumnya.
“Orangtua kandungku meninggal akibat kecelakan mobil dalam perjalanan untuk menjemputku dari sekolah. Polisi menginformasikan bahwa seorang pengemudi dalam keadaan mabuk dari jalur yang berlawanan, kehilangan visinya, tangannya tergelincir memutar setir dan menabrak mobil orangtuaku. Kaa-san dan Tou-san menghembuskan nafas terakhir mereka sebelum mencapai rumah sakit. Karena aku tidak memiliki sanak saudara yang ingin merawatku satu-satunya pilihan adalah mengirimku ke panti asuhan. Di sana Aku bertemu Maki dan Ino-chan”Hinata berhenti sejenak, matanya mulai berkaca-kaca, Aku pikir dia menahan tangisnya.
“Sshhh... jangan teruskan jika itu membuatmu terluka” Aku menggenggam erat tangannya, meyakinkan bahwa tidak perlu melanjutkannya.
Dia menggelengkan kepalanya dan meneruskan ceritanya "Ini soal Maki ... dia adalah teman khusus untukku meskipun aku belum melihatnya setelah Aku diadopsi dan Aku bahkan tidak tahu apakah dia masih hidup atau tidak. Tapi perasaanku mengatakan bahwa Aku akan bertemu dengannya lagi "Akhirnya air mata menetes dari sudut matanya. ‘apakah Aku begitu berharga untukmu Hina-chan’Aku berbicara pada diriku.
"Aku yakin kamu pasti bisa melihatnya lagi." Aku berkata kepadanya, sambil meremas tangannya.
"Ah ... Aku pasti merusak makeup ku sekarang." Hinata mendengus dan menyeka air mata yang terbentuk di sudut matanya. Aku tertawa kecil atas alasan yang dia buat.
Dia meminta izin untuk ke kamar mandi memperbaiki makeup, membuatku semakin terkekeh. Aku hanya duduk diam menunggu Hinata kembali. Ini membuatku lebih bingung dari sebelumnya, Hinata akhirnya mau membuka diri tapi Aku tidak bisa mengungkapkan jati diriku, setidaknya tidak untuk sekarang.
Kemudian Aku mendengar langkah kaki di belakangku, ketika Aku berbalik mataku bertemu mata seorang wanita paruh baya, wanita yang Hinata cari sebelumnya, bagaimana mungkin aku bisa lupa tatpan lembut darinya. Aku membeku tidak bisa menahan air mataku lagi dan membuatku meledak menangis.
Tsunade-Sama bereaksi menjatuhkan tas belanja di lantai dan berlari ke arahku.
"Maki! Kamu masih hidup "Dia sedikit berteriak kearahku dan memeluk erat tubuhku.
Tidak mungkin jika Tsunade-Sama tidak bisa mengenaliku. Dia yang telah menyaksikan ku tumbuh dari bayi hingga terakhir kali aku melihatnya. Aku benar-benar menangis memeluk erat Tsunade-Sama tidak ada kata-kata yang bisa mengungkapkan apa yang Aku rasakan sekarang.
Bagiku Tsunade-Sama adalah keluargaku, Tsunade-Sama selalu memperlakukan ku seperti anaknya sendiri selama aku di panti asuhan.
Kami berpisah pelukan dan saling menenangkan diri sebentar.
"Coba aku perhatikan kamu sebentar." Tsunade-Sama menangkupkan pipiku menyeka air mataku dengan ibu jarinya.
"Aku behagia bahwa kamu masih hidup. Tapi bagaimana kau menemukanku. "Dia bertanya bingung.
"Hinata ... Maksudku Hina-Chan yang membawaku ke sini."Aku akhirnya mulai tenang dan berbicara.
"Aku sangat senang kalian berdua akhirnya bertemu lagi. Kalian berdua memang ditakdirkan untuk selalu bersama sepanjang waktu "Tsunade-Sama tertawa sepertinya dia mengingat masa lalu Aku dan Hina-chanyang tidak bisa dipisahkan.
"Dia tidak tahu jika aku adalah Maki dan tolong bantu Aku untuk tetap menjaga rahasia ini."Aku berkata kepadanya dengan tatapan memohon.
“Aku tidak tahu apa alasanmu, Aku yakin kamu memiliki alasan tersendiri dan mungkin itu pribadi. Tapi tenang saja Aku akan menjaga rahasia ini, hingga kau siap untuk memberitahukan dia.”Tsunade-sama mengacak-acak rambutku.
“Terimakasih Tsunade-sama, karena Tsunade-sam selalu mengerti Aku”Aku membungkuk sebagai ucapan terima kasih.
Dia hanya membalasnya dengan senyuman yang selalu menenangkanku.
*Naruto P.O.V End*
.
.
~ H D A M ~
.
.
*Author P.O.V*
Sakura telah mengumpulkan anak buahnya untuk pertemuan mendadak di kantor Kitsune. Naruto, Lee dan Shino berkumpul bersama dengan Sakura.
"Aku akan pergi ke Thailand hari ini. Aku mendapat berita bahwa Itachi telah menuju ke Thailand. Aku yakin dia akan melihat Tou-san dan para tetua dari Kitsune serta meyakinkan mereka untuk mengambil posisiku” Sakura berbicara membuka pertemuan tersebut.
"Aku sudah memerintahkan beberapa orang untuk mengawasi Kiba dan anak buahnya." Sakura melanjutkan.
Lee hanya diam pikirannya sedang berdebat apakah ia harus memberitahu Sakura tentang kunci yang ia temukan, namun pada akhirnya ia tidak bisa mengatakan itu. Setidak sampai ia benar-benar yakin bahwa kunci tersebut berhubungan dengan obat yang hilang.
"Bagaimana dengan obat-obatannya?" Naruto bertanya menunggu perintah.
“Situasi kali ini bukan tentang obat lagi. Tidak peduli apakah kita menemukan obat itu kembali atau tidak Itachi akan tetap menggunakan alasan ini untuk menjatuhkanku. "Sakura menjawab mencoba setenang mungkin.
"Jadi?" Naruto bertanya karena dia benar-benar bingung.
"Lakukanlah rutinitas sehari-hari kalian. Tetapi pada saat yang sama harap berhati-hati “ Sakura berkata memperingatkan mereka.
Ketika ketiganya tidak memiliki pertanyaan lagi, Sakura meraih tas tangannya dan jaket meninggalkan Naruto dan sisanya di ruangan. Yuugo yang menjaga pintu masuk mengikuti di belakang Sakura meninggalkan kantor.
.
.
~ H D A M ~
.
.
*Sakura P.O.V *
Aku tidak langsung menuju ke bandara setelah meninggalkan kantor, sebaliknya Aku pergi ke rumah sakit terlebih dahulu untuk mengucapkan selamat tinggal kepada suamiku.
Yuugo membawaku menuju rumah sakit, setelah sampai ditempat tujuan Aku segera berjalan melalui koridor yang sering ku lalui dan memasuki ruangan di mana suamiku dirawat. Aku melihat seorang perawat asing memijat suamiku.
"Siapa kamu dan di mana perawat Konan ?" Aku bertanya dengan sedikit nada kesal.
Perawat tersebut segera berhenti dari apa yang dia lakukan, berdiri tegak kemudian membungkuk kepadaku.
"Mrs. Pasti Mrs. Uchiha. Aku Ino Yamanaka seorang perawat baru di sini. Aku akan merawat Mr. Uchiha bersama dengan suster Konan. "Dia memperkenalkan dirinya saat membungkuk.
Setelah melihat mata dan wajah gadis itu Aku terkejut. Wajah yang begitu menggemaskan bagaimana mungkin aku bisa lupa. Aku segera menyembunyian ekspresi keterkejutanku dengan senyum dan berpura-pura bahwa itu pertemuan pertama kami.
Aku melihat bahwa senyumnya sedikit memudar ketika melihat ekspresiku.
"Panggil saja aku Sakura."Aku berbicara mencoba setenang mungkin.
.
.
~ H D A M ~
.
.
To Be Continue...
Comments
Post a Comment