“Hidup dalam Air Mata”Chapter 6
“Hidup dalam Air Mata”
Chapter 6
Author : KA Jung Liu
Disclaimer :
Manga dan semua carekter Naruto cuma milik Masashi Kishimoto,
Naruto dan Hinata mutlak milik Masashi Kisimoto kita hanya sebatas pengagum mereka. Akan tetapi Naruto hanya milik Hinata. Dilarang keras memisahkan Naruto dari pelukan Hinata! Bagi Keluarga Naru_Hina Lover’s
(UUD NHL 2013 Pasal 2 Ayat 1)
Pairing : Naruto & Hinata
Rate : M
(Untuk tidak kekerasan dan kata-kata kasar, tidak ada Lemon adanya Duren (?) )
Genre :
Angst. Action, Romance, Tragedi, (Mungkin?)
Warning:
Ide cerita pasaran, OOC, AU, Typo,Tanda baca salah, No EYD, Agak BAKU, membingungkan, dan masih banyak kekurangan yang lain.
.
.
~ H D A M ~
.
.
Sebelumnya di HDAM :
Naruto kemudian kembali ke kantornya di mana dia bisa mendapatkan ketenangan, ia mengambil teleponnya dan mencari di daftar kontak dan berhenti pada nama "Hinata". Naruto merasa sedikit gugup, ia tidak siap sama sekali dan dia tidak tahu harus berkata apa, ketika panggilan telah tersambung. Naruto berhenti pada tombol “Call” untuk beberapa detik sebelum menekan dengan ibu jarinya.
.
.
~ H D A M ~
.
.
Sudah 4 hari sejak pertemuan dengan Naruto, setelah berpisah Hinata tidak pernah bisa melupakan teleponnya. Hinata menjadi cukup sensitif dengan nada dering setiap kali dia mendengar dering bahkan jika itu bukan ringtone sendiri.
Dia akan merasa sedikit kekecewaan setiap kali dia melihat teleponnya sendiri dan mengetahui bahwa dia tidak punya panggilan, tidak ada pesan teks atau tidak ada panggilan tidak terjawab.
Hinata menggenggam teleponnya erat sambil menghela napas berat.
"Apakah Aku yang tidak sabar? Ini baru 4 hari. Mungkin dia sibuk sehingga lupa menelponku" Hinata mencoba berpikir positif untuk Naruto.
Tidak ingin pikiran negatif untuk memenuhi pikirannya. Dia melempar telepon di sampingnya dan merebahkan tubuhnya di atas tempat tidurnya. Dia membenamkan kepalanya di bantal, dan menjerit kecil .
Tiba-tiba telepon berdering. Tubuhnya tersentak dan segera meraih telepon. Tanpa melihat Id si pemanggil dia segera menekan tombol “Answer”.
"Moshi-moshi!" Ujarnya dengan nada bersemangat.
"Moshi-moshi, Hina-Chan! Ini Aku Ino , apakah Kamu bebas sekarang . Kamu ingin pergi berbelanja bersama-sama denganku " ternyata panggilan berasal dari sahabat kecilnya Ino, Hinata segera merebahkan kembali tubuhnya dengan kekecewaan.
"Hina-Chan. Kamu masih di sana? "Ino bertanya, karena tidak ada tanggapan.
"Aku masih di sini, dan ya Aku bebas."Hinata menjawab dengan nada sedikit kecewa.
Setelah mengakhiri panggilan, Hinata harus menyeret tubuhnya kecewa untuk berganti pakaian mainnya.
Dia secara acak memilih pakaian, t-shirt longgar, celana jeans panjang hitam dan sepasang sepatu kets.
.
.
~ H D A M ~
.
.
Hinata sampai ke tempat tujuan yang merupakan pusat perbelanjaan, di sana ia melihat Ino mengenakan gaun biru pendek dengan pola acak dan sepatu flat, mengingat Ino sudah cukup tinggi.
"Hina-Chan!" Ino berteriak gembira setelah dia melihat Hinata.
"Hei, Ino bisakah kamu berhenti memanggilku Hina-Chan itu benar-benar terasa aneh. Aku belum mendengar nama tersebut selama bertahun-tahun " Hinata berjalan sampai ke tempat Ino dia merasa tidak nyaman mendengar nama lamanya lagi.
"Baiklah ... Alright ... Mari kita pergi belanja "Ino tertawa dan menyeret lengan Hinata ke toko yang ia inginkan.
Mereka berbelanja untuk total waktu 5 jam, setiap toko setidaknya mereka akan tinggal selama 30 menit.
Tapi hari ini benar-benar hari belanja untuk Ino daripada Hinata, Karena Hinata hanya mengikuti kemanapun Ino pergi. Ino memegang penuh tas belanja di salah satu tangannya , sementara Hinata kosong kecuali untuk tas tangan yang ia bawa.
Bukan Hinata tidak suka belanja, pada kenyataannya ia menyukainya tapi pikirannya sibuk dengan sesuatu yang lain dan dia terus melirik telepon setiap menit.
Akhirnya Ino mulai lelah dan menyarankan untuk beristirahat di sebuah restoran dan makan sesuatu. Karena dia merasa energinya sudah terkuras dari berjalan dan membawa semua tas belanja.
Mereka memasuki sebuah restoran Jepang dan mengambil tempat duduk dekat dengan jendela di mana mereka bisa mengamati para pejalan kaki. Ino duduk dan segera menjatuhkan tas belanja nya di lantai, dengan cepat mengambil air yang pelayan berikan. Dia meneguk secangkir air ke tenggorokannya yang haus dalam satu tegukan.
"Apa yang salah denganmu Hinata? Apakah Kamu sakit atau ada sesuatu? "Ino akhirnya bertanya, ia sebenarnya menyadari bahwa Hinata tidak merasa baik ketika mereka bertemu, tetapi Ino mengabaikannya karena dia ingin berbelanja.
"Tidak apa-apa Aku hanya tidak mood."Hinata berkata masih dengan tangan di bawah dagu dan siku bersandar di atas meja.
"Kenapa? Apakah Kamu sedang menunggu pacarmu menelpon ? "Ino menggoda, karena ia sadar Hinata terus melirik teleponnya saat mereka berbelanja.
Pertanyaan Ino mengejutkan Hinata, ia segera bangkit dari posisinya "Apa yang kamu bicarakan... Aku tidak punya pacar." Dia tergagap sedikit. Dia kemudian berpikir mengapa dia bereaksi seperti Naruto adalah pacarnya?
Apakah Hinata mengatakan yang sebenarnya atau tidak, Ino tidak peduli. Satu hal yang pasti Ino tahu bahwa Hinata mungkin jatuh cinta, dapat terlihat dari semua reaksi kecil yang Ino lihat sebelumnya.
Ino mengamati Hinata dengan tatapan ~Kamu pasti sedang In Love~ yang membuat Hinata merasa tidak nyaman. Hinata mencoba melihat menu sehingga dia bisa menghindari tatapan Ino dan itu bekerja karena menu menutupi seluruh wajahnya.
Ino tidak akan berhenti untuk menggodanya, tapi sebelum Ino mulai menggoda Hinata lagi telepon Hinata berdering. Hinata tersentak dan melemparkan menu, menu mendarat langsung di depan Ino. Hinata buru-buru meraih telepon di tas tangannya dan menekan tombol “Answer” setelah dia memegang telepon.
"Moshi-moshi?!" Hinata memasang ekspresi yang sama dengan ketika menjawab telpon dari Ino sebelum ini, untuk menjawab telpon tersebut.
“My Lovely Sepupu! Bagaimana kabarmu, apakah kamu bersedia makan malam denganku malam ini? "Teriak Karin melalui telepon.
Sekali lagi, Hinata kecewa. Dia menghela napas menjawab dan segera mengakhiri percakapan dengan Karin "Maaf Aku tidak bisa malam ini.". Dia menghela napas sekali lagi sambil meletakkan ponselnya di atas meja.
"Aww ... Pasti bukan orang yang kamu harapkan "Ino bertanya dengan nada menggoda. Ino tidak bisa menyembunyikan ekspresinya sehingga ia memasang senyum lucu di wajahnya ketika ia melihat wajah Hinata yang kecewa saat itu.
Telepon Hinata berdering lagi, Kali ini Hinata tidak bereaksi seperti bagaimana sebelumnya. dia tidak ingin kekecewaan lagi, jadi dengan malas dia meraih telepon dan menjawab hanya dengan diam .
"Moshi-moshi, ini um ... Naruto "Penelpon dari seberang sana akhirnya mengeluarkan suara.
Setelah mendengar suara Naruto, Hinata segera meluruskan duduknya.
"Naruto! Ah ... Hi " Hinata mencoba untuk setenang mungkin agar tidak terdengar bahwa dia begitu senang dan telah merindukan panggilan telpon dari Naruto.
"Maaf Aku menelepon terlambat, Aku punya banyak hal yang harus ditangani ..."Naruto benar-benar terdengar menyesal.
"Tidak apa-apa, Aku mengerti."Hinata meyakinkan Naruto untuk tidak merasa bersalah.
Ada beberapa detik keheningan, karena Naruto harus berpikir bagaimana untuk memulai kalimat mengundang gadis itu untuk makan malam dan Hinata sedang menunggu Naruto berbicara.
"Mmmm, Kamu ingat Aku masih berhutang makan malam sebagai permintaan maaf, jadi Apakah kamu bebas malam ini?"Naruto akhirnya berhasil menaruh kata-kata ke dalam kalimat.
Seringai di wajah Hinata terbentuk dengan sendirinya karena batinnya sedang melompat-lompat dalam kebahagiaan. Dia menggigit bibirnya berusaha menghentikannya tampak terlalu senang di depan Ino.
Kemudian dia menjawab "Sabtu ini, tidak masalah."
"Syukurlah kalau begitu. Bagaimana sekitar jam 6. Kamu sms Aku alamat rumahmu dan Aku yang akan datang untuk menjemputmu? "Naruto bertanya dari jalur lainnya.
Jantung Hinata berdebar sangat cepat mendengarkan suara serak Naruto "Oke!." Dan dia hanya bisa mengatakan itu sebelum mengakhiri percakapan.
Senyuman lebar akhirnya terbentuk di wajahnya dan tidak bisa dihentikan lagi.
Ino menjentikan jari-jarinya di depan wajah Hinata mencoba menyadarkannya kembali ke realitas. "Heeellloooo!! Hinata kembali kerealitas silakan! "
"Ah, Maaf .... Aku melamun. "Hinata tersadar dan menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal, dengan memasang wajah lucunya.
"Jadi namanya Naruto, dan dia pacarmu?”Ino bertanya menggoda Hinata.
“Apa ?...Ummm kami hanya teman tidak lebih”Hinata menjawab sedikit tergagap dan merona.
“Hahaha, berhenti menyangkal Hinata, wajahmu begitu mudah terbaca”Ino semakin menyeringai melihat tingkah Hinata.
“Aku serius Ino, kami hanya teman”Hinata mencoba mengklarifikasi.
“Oke!, hanya teman untuk saat ini, mungkin nanti bisa menjadi lebih dari teman. Jika kamu bahagia, Aku ikut bahagia untukmu" menunjukkan senyum untuk memberikan Hinata dukungannya.
Hinata hanya membalasnya dengan tersipu malu.
"Baiklah Hina-Chan, mari kita belanja lebih banyak lagi. Kamu harus memilih gaun baru untuk kencan "Ino mengepalkan tinjunya ke udara. Hinata cemberut mendengar nama lamanya lagi.
Ino tetap seperti Ino-chan yang lama.
.
.
~ H D A M ~
.
.
Akhirnya Hinata memiliki kesempatan untuk melihat Naruto lagi dan makan malam bersama. Karena waktu kencan telah ditetapkan, ia telah berdoa agar waktu berjalan lebih cepat, tapi semakin dia ingin waktu berjalan cepat maka dia akan merasakan waktu berjalan sangat lambat .
Dia berbaring di tempat tidurnya dan membiarkan waktu berlalu dengan sendirinya, karena dia tidak bisa berkonsentrasi dengan apa pun. Dia bepikir mendalam tentang apa yang akan terjadi malam ini.
Dia membayangkan akan seperti apa makan malam kali ini, mungkin sesuatu yang romantis seperti dalam drama, disebuah tempat dimana hanya ada mereka berdua, diterangi lilin dan seorang pemain biola memainkan lagu romantis.
Dia mulai cekikikan dengan pemikirannya sendiri, dia tidak pernah membayangkan seperti itu sebelumnya. Dia kemudian melihat jam digital yang ada dimejanya, menunjukan 2:10.
Hinata mendesah masih ada 4 jam lagi sampai dia melihat Naruto. Hinata pikir mungkin dia harus tidur siang, karena sejak tadi malam ia tidak tidur sama sekali. Dia mengangguk pada dirinya sendiri menyetujui untuk tidur siang dan menutup matanya dengan senyum lebar masih terpatri di wajahnya.
10 menit telah berlalu tapi dia masih tetap terjaga. Dia memutar dan berbalik mencari posisi yang nyaman untuk tidur, tapi itu tidak membantu sama sekali.
"Hinata kamu sangat tidak membantu!" Dia marah pada dirinya sendiri dengan nada frustrasi.
Tepat ketika ia akan bangun dan melakukan sesuatu untuk membuatnya melupakan makan malam telepon yang ditempatkan di meja berdering. Dia meraih telepon dan menjawab panggilan. Karena Hinata tidak memiliki banyak teman di Jepang dia hanya menebak mungkin Karin, Neji atau bisa jadi Ino.
"Moshi-mosi?" Itu adalah hal pertama yang dia katakan begitu ia menjawab panggilan.
"Hinata, apakah kamu sudah bersiap-siap untuk makan malammu malam ini?"Ino bertanya usil, Ino tidak bisa menahan diri tidak bertanya tentang perasaan Hinata mengenai makan malam hari ini.
"Bersiap-siap? Bukankan masih terlalu awal untuk bersiap-siap. Masih ada 4 jam untuk itu. "Hinata menjawabnya.
"Apakah kamu ingin mengatakan bahwa kamu belum mulai untuk bersiap-siap?!"Ino mengangkat suaranya.
"Ya." Hinata mengangguk kepalanya meskipun Ino tidak bisa melihatnya.
"Astaga! Aku tidak percaya kamu begitu santai tentang hal itu sekarang. Bukankah kamu tahu berapa lama gadis berdandan untuk kencan itu akan memembutuhkan waktu sekitar 4 jam "Ino berteriak tidak percaya.
"4 jam!? Kamu pasti bercanda kan ?. "Hinata bertanya kembali.
"Aku serius. Bukankah kamu tahu, bahwa Kamu harus mandi terlebih dahulu agar dirimu bersih, tidak ada keringat dan tidak ada bau ?. Kemudian Kamu harus menyisir rambut dan merias. Aku tahu kamu sudah memilih apa yang akan kamu kenakan, karena aku membantumu untuk memilih gaun itu, tapi sekali lagi kamu harus menghabiskan waktu memilih tas yang cocok, sepatu dan jaket. Kalau dipikir-pikir mungkin 4 jam tidak cukup. "Kata Ino dalam satu napas tanpa meninggalkan celah sedikitpun untuk Hinata memotong perkataannya.
Hinata tercengang, ia kehilangan kata-kata. Tentu saja ini pertama kalinya tapi dia tidak pernah berpikir akan begitu formal. Biasanya itu akan menjadi kencan normal di mana mereka memakai pakaian normal dan pergi ke tempat-tempat yang normal seperti taman hiburan, pusat perbelanjaan dan lain-lain, kemudian mereka akan makan malam di sebuah restoran yang normal.
Setelah mendengar kata-kata Ino, Hinata tersentak bangun dari tempat tidurnya dan melihat jam digital, menunjukan 3:20. Hinata perpikir bahwa dia hanya memiliki 10 menit tidur siang, tapi pada kenyataannya itu lebih dari satu jam.
Hinata menjerit dalam hati ia berpikir mengapa waktu berjalan begitu cepat sekarang. Dia segera berterima kasih kepada Ino karena sudah usil dan menelponnya sebelum Hinata mengakhiri panggilan. Hinata santai melempar teleponnya di tempat tidur dan berlari secepat roket ke kamar mandi untuk mandi dengan air hangat.
Setelah yakin bahwa dirinya telah bersih dengan bau aroma lavender ia mulai mengeringkan rambut biru keunguannya dengan pengering rambut. Mandi air hangat dan mengeringkan rambutnya ternyata membutuhkan waktu satu jam, dan kini hanya ada waktu kurang dari 2 jam sampai Naruto tiba.
Hinata mulai panik berpikir apakah dia akan berhasil tepat waktu atau tidak, dia takut membuat Naruto menunggu, terutama hari pertama mereka makan malam bersama. Jadi Hinata memutuskan untuk lebih cepat sedikit.
Kamar yang sebelumnya rapi sekarang telah menjadi kacau. Semua jaket , tas, dan sepatunya diletakkan di tempat tidur, makeup dan pengering rambut tergeletak begitu saja di mejanya. Butuh waktu kurang lebih 2 jam sampai Hinata benar-benar siap.
Hinata memeriksa dirinya di cermin setelah merasa cukup dia tersenyum. Kemudian teleponnya bergetar yang artinya dia mendapat pesan teks, ia dengan cepat mencari di tempat tidurnya yang kacau. Setelah menemukannya dia mebuka pesan, Itu pesan dari Naruto yang mengatakan bahwa dia sudah ada di luar rumah.
Hinata semakin menyunggingkan senyumnya saat membaca pesan, ia kemudian memeriksa dirinya untuk terakhir kalinya di cermin sebelum menuju keluar.
.
.
~ H D A M ~
.
.
Naruto tiba di rumah Hinata lebih awal, dia pikir mengemudi ke tempat yang asing akan membutuhkan waktu yang lama karena harus mencari alamat rumah. Meskipun hanya 20 menit lebih awal dia tidak ingin membuat Hinata terburu-buru, sehingga ia memutuskan untuk menunggu di mobilnya hingga pukul 6.
Setelah jam tangannya menunjukan tepat pukul 6, ia mengirim pesan teks untuk Hinata bahwa dia menunggu di luar. Naruto keluar dari mobilnya dan dengan sabar menunggu Hinata keluar dari rumahnya. Ketika dia mendengar pintu dibuka dan kemudian ditutup kembali membuat dia mengalihkan pandangannya ke arah pintu rumah Hinata.
Dia melihat Hinata berpakaian sangat anggun, Hinata mengenakan gaun pendek ungu tua, jaket blazer hitam, stoking hitam, sepatu hak tinggi hitam dan mengenakan makeup ringan. Bagi Naruto gadis yang ada didepannya kini menjadi gadis yang paling indah yang pernah ia lihat dan ia benar-benar terpesona oleh keindahan Hinata.
Tanpa mengalihkan matanya dari Hinata ia memeriksanya dari atas sampai bawah. Hinata benar-benar cantik, tapi Naruto ... Dia kemudian memandang dirinya sendiri. Dia mengenakan pakaian kasualnya, jaket orange hitam kesayangannya dengan tee putih didalamnya dan skinny jeans hitam serta sepatu Nike hitamnya.
Kemudian membuatnya merasa bahwa mereka akan pergi ke tempat yang sangat berbeda, tidak seperti mereka akan makan malam bersama.
Melihat bagaimana kasualnya pakaian Naruto, membuat tubuh Hinata merah karena malu. Naruto tidak pernah mengatakan kejelasan apakah makan malam formal atau santai, dan Hinata juga tidak pernah memikirkan hal itu.
Karena mendengarkan kata-kata Ino entah bagaimana Hinata akhirnya membeli gaun yang ia kenakan kini. Pendapat Ino dan juga imajinasinya telah membodohi dirinya sekarang.
Naruto yang merasa sedikit canggung mengambil inisiatif untuk memecahkan kecanggungan dengan memuji Hinata.
"Kamu tampak benar-benar Cantik malam ini."Naruto berkata matanya masih tertuju pada Hinata.
"Terima kasih." Kepala Hinata tertunduk rendah, ia menyelipkan rambutnya ke belakang telinga.
Naruto menggaruk bagian belakang kepalanya merasakan kecanggungan datang lagi karena mereka melihat bolak-balik pada setiap pakaian masing-masing.
"Aku pikir aku harus kembali ke dalam dan mengganti pakaianku." Kali ini Hinata yang memecahkan kecanggungan, semua yang Hinata ingin lakukan sekarang adalah menggali lubang yang dalam dan bersembunyi di lubang tersebut.
Sebelum Hinata bisa berbalik dan kembali ke dalam Naruto meraih pergelangan tangannya dan menariknya kembali.
"Tidak perlu, ini salahku karena tidak memberitahumu apakah ini akan menjadi makan malam formal atau santai. "Naruto berkata dengan memberikan senyum meyakinkannya.
Hinata masih berpendapat bahwa ia harus kembali berubah, tapi Naruto bersikeras untuk tetap seperti. Naruto tahu pasti, Hinata benar-benar telah menghabiskan waktu yang lama untuk berdandan.
Naruto memperlakukan Hinata layaknya seorang putri, Naruto memimpin Hinata ke kursi penumpang dan membukakan pintu untuknya. Hinata duduk dengan nyaman dan naruto segera beranjak ke kursi pengemudi. Mereka meninggalkan rumah Hinata dan melaju ke tempat yang Naruto tuju untuk makan malam.
.
.
~ H D A M ~
.
.
"Restoran ini tidak terkenal atau semacamnya, Hanya saja makanan disini benar-benar memiliki kualitas yang bagus, Aku selalu datang ke sini dengan teman-temanku." Naruto berkata saat ia memimpin jalan, setelah mereka keluar dari mobil.
Dari kejauhan Hinata bisa mencium bau makanan dari restoran yang membuat perutnya menggerutu. Suara menggerutu perutnya itu cukup keras untuk didengar oleh Naruto, dan sekali lagi Hinata benar-benar merasa malu, sementara Naruto hanya terkekeh lucu.
Mereka memasuki restoran dan segera disambut oleh para pelayan.
Setelah Hinata melangkah masuk dia merasakan suasana hangat berasal dari restoran, meskipun restoran ini bukan seperti apa yang ada dibayangannya, tapi cukup bagus dan terasa nyaman. Restoran ini tidak begitu besar tapi tenang, dan malam ini agak ramai karena jam makan malam tapi untungnya mereka tidak perlu menunggu.
Setelah mereka menetap mereka memutuskan untuk memesan Teriyaki dan Nikujyaga serta sebotol anggur. Karena suhu di dalam restoran itu cukup hangat Naruto dan Hinata melepas jaket mereka. Makanan telah ditempatkan di depan mereka setelah beberapa saat. Naruto melayani Hinata layaknya seorang putri, Naruto tidak ingin gaun cantik Hinata ternoda oleh minyak atau apapun.
Kecanggungan di antara mereka masih ada, karena ini baru ketiga kalinya mereka bertemu terlepas dari mereka mengetahui nama mereka, serta mereka pergi ke universitas yang sama. Mereka tidak tahu apa-apa lagi tentang satu sama lain. Lebih tepatnya mereka masih merasa sedikit asing.
Naruto benar-benar merasakan kecanggungan di antara mereka lagi, karena dia merasa orang yang mengundang Hinata untuk makan malam, Naruto berpikir seharusnya dia bertanggung jawab untuk membuat makan malam ini lebih menyenangkan, bukan menjadi canggung.
"Apakah Kamu sedikit kecewa, karena makan malam denganku, bukan seperti candlelight dinner ?" Naruto mencoba bercanda untuk meringankan suasana hati saat ia, menunggu daging teriyaki dimasak untuk sementara.
"Yah, sebenarnya Aku tidak pernah berpikir banyak tentang hal itu, Hingga temanku mulai mengatakan bahwa Aku harus mepersiapkan dan bersifat formal tentang hal itu." Hinata tertawa ketika kilas balik dari apa yang Ino katakan kepadanya diputar kembali dikepalanya.
"Ini benar-benar salahku. Lain kali Aku akan menjadi jelas tentang hal itu "Naruto kemudian mulai membalik daging ke sisi lain.
Lain kali? kata-kata itu yang Hinata bisa tangkap dari kalimat tersebut, dan mendengarkan kata-kata tersebut membuat senyum lebar terukir di wajahnya, berarti ada kemungkinan bahwa Naruto akan mengajaknya untuk kencan lain.
Pada saat ini kecanggungan tampaknya telah menghilang dan Hinata tidak peduli lagi tentang apa yang mereka kenakan dan di mana mereka makan. Hal yang paling penting untuk Hinata saat ini adalah makan malam kali ini bersama dengan Naruto.
Merasa sedikit lebih santai dengan satu sama lain mereka sekarang dapat berkomunikasi dengan nyaman. Mereka tidak berbicara hal-hal acak yang terlalu dalam atau pribadi. Mereka berdua memutuskan berbicara sesuatu yang umum seperti tentang film kesukaan. Film-film yang bernuansa komedi menjadi favorit mereka karena dapat merilekskan otak mereka.
Makan malam berlangsung selama kurang lebih 2 jam, mereka berdua sangat menikmati kebersamaan mereka. Setelah mereka selesai Naruto yang mebayar untuk makan malam, mereka berdua mengenakan kembali jaket mereka.
Naruto melihat jam tangannya menunjukan pukul 9 kurang 10 menit, Naruto bertanya "Ini masih belum terlalu malam, apakah kamu ingin pergi ke tempat lain?"
Sebenarnya tidak ada tempat tertentu yang Hinata ingin kunjungi, tapi ia tidak ingin terlalu cepat mengakhiri malam ini dengan Naruto. "Karena kita berdua merasa penuh, bagaimana kalau kita hanya berjalan-jalan?" Usul Hinata.
Naruto menanggapi dengan anggukan kecil dan senyuman khasnya.
.
.
~ H D A M ~
.
.
Karena hari Itu adalah Sabtu malam sehingga jalan ramai dengan orang-orang dan toko-toko masih banyak yang buka. Mereka berjalan menyusuri jalan yang ramai. Mereka akan masuk ke toko-toko dan hanya sekedar melihat-lihat.
Malam ini adalah malam yang menyenangkan untuk keduanya, tapi sayang mereka harus mengakhirinya karena waktu menunjukan hampir 10:30 pm. Mereka kembali ke mobil Naruto dan selama perjalanan kembali kerumah Hinata, mereka tidak berbicara sama sekali. Naruto berkonsentrasi untuk mengemudi sementara Hinata hanya menatap benda yang dilewati mobil serta pemandangan.
Hinata asyik dengan pikirannya sendiri yang mendalam. Dia ingat semua yang terjadi malam ini termasuk tindakan kecil dari Naruto seperti bagaimana Naruto tertawa, bagaimana Naruto makan dan bagaimana Naruto memasak makanan untuknya dan meletakkannya di piringnya.
Setiap tindakan kecil itu terpatri dalam memori Hinata dengan jelas. kemudian melirik pada Naruto yang berkonsentrasi mengemudi dari sudut matanya ia merasakan hatinya berdebar lagi dan cukup keras.
"Apakah Aku benar-benar jatuh cinta kepada Naruto meskipun kami belum lama bertemu?" Hinata mempertanyakan pada dirinya dalam hatinya.
Hinata tidak pernah berpikir ia akan mencintai Naruto dan memiliki perasaan untuk Naruto dalam waktu yang relatif begitu cepat, itu membuatnya sedikit tidak yakin.
"Hinata Kamu tidak bisa menjadi gadis pemalu seperti Kamu dulu. Alasan mengapa Kamu belajar di Paris, jauh dari rumah adalah untuk belajar bagaimana menjadi kuat ... seperti Maki Nii-san "Dia sedang berbicara dengan dirinya sendiri lagi di dalam hati, dan bagian terakhir dari perkataannya membuatnya merasa sedih .
Dia segera getar menyingkirkan pikiran dan perasaan sedih itu jauh-jauh, aturan pertama untuk menjadi seorang gadis yang kuat adalah selalu dapat menghadapi masalah dengan tenang dan kesabaran, ia ingat pesan yang Maki beritahukan kepadanya.
Hinata merasa mobil berhenti bergerak dan saat itulah ia akhirnya terbangun dari pikirannya sendiri.
"Kami sudah sampai." Naruto akhirnya berbicara setelah lama diam.
"Aku benar-benar memiliki waktu yang terbaik malam ini, terima kasih karena bersedia makan malam denganku." Naruto memberi Hinata senyum tulus dan termanisnya.
"Seharusnya Akulah orang yang berterima kasih karena kamu yang mengajakku untuk makan malam."Hinata menyaggah dan membalas dengan senyum tulus dan sedikit rona dipipinya.
Keduanya hanya menatap mata satu sama lain tidak bergerak dari posisi mereka, jantung Hinata berdebar-debar lagi dan kali ini dia akhirnya mengakui bahwa, dia telah benar-benar jatuh cinta untuk pemuda ini, pemuda pirang yang ada di depanny sekarang.
"Apakah kamu pikir kita bisa bertemu lagi?" Hinata khawatir mungkin setelah malam ini mereka tidak akan memiliki alasan lagi untuk melihat satu samalain.
"Aku tidak keberatan, mengapa tidak, bukankah kita teman kan?"Naruto mejawab dan bertanya kembali.
Mereka justru tertawa bersama-sama dar pertanyaan terakhir Naruto, ya bukankah mereka teman sehingga ini bukan menjadi yang terakhir kalinya mereka akan melihat satu sama lain.
Hinata melepas sabuk pengaman, membuka pintu dan siap untuk keluar tapi seolah-olah dia lupa sesuatu. Dia berbalik kembali menghadap Naruto. Naruto tampak bingung terlihat diwajahnya dan sebelum Naruto bisa bertanya pada Hinata, Hinata membungkuk dan memberikan kecupan di pipi Naruto.
"Terima kasih untuk malam ini." Dalam kecepatan kilat Hinata segera meninggalkan mobil dan masuk kedalam rumahnya.
Naruto duduk membeku di kursi sopirnya tidak tahu apa yang baru saja terjadi. Dia perlahan-lahan mengangkat tangannya dan menyentuh pipinya, tempat dimana Hinata memberikan kecupan. Tanpa sadar sebuah senyum terlebarnya terbentuk di wajahnya saat ia menarik tangannya kembali dan meninggalkan rumah Hinata.
Setelah Hinata masuk ke dalam rumahnya, ia segera menutup pintu dan bersandar di pintu. Mengangkat kedua tangannya ke dadanya, ia merasa jantungnya berdebar sangat keras seakan ingin melompat dari tubuhnya. Seluruh tubuhnya mulai panas karena rasa malu, dia benar-benar tidak percaya dia bisa melakukan hal seperti itu.
"Itu benar-benar tindakan berani dari ku."Hinata berujar pada dirinya sendiri menyunggingkan senyum manisnya.
.
.
~ H D A M ~
.
.
To Be Continue...
Comments
Post a Comment