“Hidup dalam Air Mata”Chapter 4
Lets kita lanjut !
“Hidup dalam Air Mata”
Chapter 4
Author : KA Jung Liu
Disclaimer : Manga dan carekter Naruto cuma milik Masashi Kishimoto,
Tapi cerita punya Author
(ingat selalu Pasal 2 Ayat 1 UUDNHL)
Naruto hanya milik Hinata. Dilarang keras memisahkan Naruto dari pelukan Hinata!
Pairing : Naruto & Hinata
Rate : M (Untuk tindak kekerasan dan kata-kata kasar. Tidak ada Lemon adanya Duren (?) )
Genre : Angst. Action, Romance, Tragedi
Warning: standar percakapan, OOC, AU, Typo,Tanda baca salah, No EYD, Agak BAKU, membingungkan, dan masih banyak kekurangan yang lain.
.
.
.
Sebelumnya di HDAM:
Meskipun dia lelah tapi dia benar-benar tidak bisa tidur. Banyak hal yang merasuki pikirannya sejak ia kembali ke Cina. Dia sedang bermain-main dengan kalung perak dengan bandul cincin yang selalu dipakainya sejak Hina-Chan pergi
Setiap kali dia kehilangan semua keinginannya untuk hidup kalung inilah yang akan membawanya kembali untuk memiliki semangat hidup. Karena satu-satunya alasan dia bertahan hidup adalah dia berharap untuk melihat Hina-Chan sekali lagi.
Naruto memegang cincin yang menjadi bandul kalung tersebut, digenggamnya dengan erat. Naruto mencium lembut tinjunya dan berbisik kepada dirinya sendiri "Hina-Chan."Setitik air mata jatuh dari matanya yang terpejam.
.
.
.
*Author P.O.V*
Satu hari telah berlalu sejak malam pertemuan Hinata dengan Naruto di Seiryu, semua yang ada dalam pikiran Hinata adalah apakah dia akan bertemu Naruto lagi.
"Tidak Hinata, berhenti memikirkannya! Kamu harus berkonsentrasi "Hinata berkata kepada diri sendiri menampar kedua sisi wajahnya agar dapat menjernihkan pikirannya.
Hinata sudah duduk lama di dalam perpustakaan seharusnya mencari kajian untuk proyeknya, tetapi tidak ada yang dia lakukan.
Hingga telepon miliknya yang berada di meja tiba-tiba bergetar dengan Id pemanggilnya menunjukkan Neji.
"Moshi-moshi, Neji-Nii." Hinata menjawab panggilan dari sepupunya.
"Moshi-moshi Hinata-chan, ini tentang panti asuhan, terakhir kali kamu meminta tolong kepadaku untuk menemukan alamat panti asuhan tempatmu yang dulu, Aku sudah mendapatkannya. Tapi ... "Neji ragu-ragu untuk melanjutkan.
"Apa yang terjadi?" Hinata bertanya sangat ingin tahu.
"Beberapa tahun yang lalu, karena sebuah kecelakaan panti asuhan itu terbakar."Neji menceritakan kembali temuannya.
Hinata membeku, mata dan mulut masih terbuka, teleponnya meluncur jatuh dari genggamannya.
Bayangan wajah Maki melintas di pikirannya, dan pertanyaan apakah dia masih hidup atau tidak yang memenuhi ruang kepalanya.
"Hinata-chan? Kamu masih di sana? "Suara Neji samar-samar menggema melalui telepon.
Hinata sama sekali tidak menanggapinya.
.
.
.
# Naruto & Lee Hotel #
Naruto, Lee dan Yamato sedang membahas rencana yang akan mereka lakukan malam ini untuk menangkap Maito Guy.
"Tentang Kakashi, orang yang Lee bicarakan tadi pagi, dia adalah orang yang mengawasi Heaven ANBU saat ini, seperti yang kalian ketahui dia adalah putra dari bos Hatake dan Hatake merupakan organisasi mafia terbesar di Cina." Yamato menerangkan apa yang dia tahu. Dia kemudian melanjutkan "Aku sudah melakukan pengamatan, Guy akan berada di klub Heaven ANBU malam ini."
"Baiklah, bagaimana jika Yamato dan Aku akan mengawasi Maito Guy sementara Naruto, Kamu pergi mencari Kakashi untuk meminta bantuan." Usul Lee kepada Naruto dan Yamato, keduanya mengangguk setuju.
"Mereka memiliki penjaga keamanan di pintu masuk, jadi kita tidak bisa membawa senjata, tapi aku sudah memerintahkan Choji untuk menyembunyikan 3 senjata di kamar mandi."Yamato menjelaskan situasi.
"Baiklah, jika begitu!" Teriak Lee bersemangat .
Ketiganya telah sepakat dengan rencana dan segera menuju menuju Heaven ANBU klub.
Setelah mereka sampai, tepat di pintu masuk Klub Heaven ANBU , dua petugas keamanan sedang berdiri di sana memeriksa Id card serta memindai seluruh tubuh mereka.
Tanpa ada kesulitan mereka berhasil masuk ke dalam, setelah merasa aman, mereka memutuskan untuk berpisah, Naruto akan pergi ke bagian VIP untuk bertemu dengan Kakashi.
Sementara Lee dan Yamato akan mengambil senjata yang Choji telah sembunyikan dikamar mandi sebelum ada orang lain yang menemukannya .
Naruto naik ke tingkat dua, menuju ruang VIP, tapi dia tidak pernah tahu jika ada penjaga keamanan yang lebih banyak berdiri di sana.
"Permisi? Apakah Kamu sudah memesan VIP? "Salah satu penjaga keamanan mengangkat tangannya untuk menghentikan Naruto dari pergerakannya.
Tepat ketika Naruto sedang berpikir cara untuk melewati dua penjaga keamanan tersebut dia melihat Kakashi berjalan menuju ruangan. Ia cepat-cepat berteriak "Kakashi-ge!".
Naruto ingin mencapai Kakashi tetapi segera diblokir oleh dua penjaga keamanan tersebut. Naruto berteriak beberapa kali, tetapi itu sia-sia karena musik di situ mengalahkan suaranya, tanpa berpikir panjang Naruto segera menendang salah satu lutut dari penjaga keamanan tersebut dan juga yang lain. Dia berhasil melewati mereka dan segera mendekati Kakashi , tetapi sebelum dia sampai pada Kakashi dia dihentikan lagi oleh pengawalnya.
"Kakashi-ge!" Naruto berteriak sekali lagi.
Pengawal itu menyeringai ketika ia berhasil menghentikan Naruto dari mendekati bosnya. Naruto mencoba berjuang melewati pengawal tersebut tetapi pengawal itu terlalu sulit. Keributan kecil tersebut telah mendapat perhatian Kakashi maka ia berbalik untuk melihat apa yang terjadi.
"Ma... Maki?" Kakashi berkata tidak percaya.
Kakashi kemudian mengisayaratkan dengan tangannya, memberi tanda tanda untuk pengawalnya agar melepaskan Naruto. Begitu pengawal melihat tanda mereka segera merilis Naruto dan Naruto berjalan ke arah Kakashi yang menghadap ke arahnya.
"Kakashi-ge ini aku Maki!" Kata Naruto dengan suara keras karena musik yang terlalu keras.
Senyum terbentuk di wajah Kakashi saat ia meletakan dua tangan di bahu Naruto. "Ternyata ini benar-benar Kamu!" Setelah mengkonfirmasi orang di depannya adalah temannya yang telah lama dia tidak melihat, Kakashi menarik Naruto untuk pelukan teman.
"Kemarilah Nak, datang bersamaku." Kakashi membungkus lengannya di bahu Naruto saat ia menariknya ke dalam ruang VIP yang akan ia masuk.
Ruangan itu kedap suara, sehingga begitu mereka berada di dalam mereka tidak perlu berteriak satu sama lain lagi dan bisa berbicara dengan normal.
"Oh Kami-sama! Aku pikir Aku tidak akan pernah bertemu denganmu lagi "Kakashi berkata dengan lengan masih di sekitar Naruto saat ia duduk di sofa.
"Jadi, kenapa kau di sini?" Dia bertanya menampar tangannya di bahu Naruto.
Naruto sudah terbiasa dengan kebiasaan orang-orang yang sengaja menampar meskipun itu benar-benar menyakitkan untuknya.
"Kakashi-ge, Aku tidak ingin berbasa- basi, Aku di sini karena Aku butuh bantuanmu."Naruto berkata tanpa basa-basi.
"Jika apa yang Kamu minta masih dalam batasanku, Aku bersedia untuk membantumu."Kakashi menjawab.
"Terima kasih. Aku harus menemukan orang ini kami mendapat informasi bahwa ia sering datang ke sini akhir-akhir ini "Naruto berkata seraya mengambil foto Maito Guy dan menunjukkan ke Kakashi.
Kakashi mengambil foto tersebut dan mengamatinya ia menggelengkan kepalanya dan menutup mulutnya. Setelah itu ia menyerahkan foto tersebut ke salah satu pengikutnya dan memerintahkan "Katakan kepada semua orang agar mengawasi orang ini." Para pengikut mengambil foto dan membungkuk sebelum meninggalkan ruangan.
"Jadi bagaimana tahun bekerja dengan Sakura di Jepang?" Kakashi berkata menepuk punggung Naruto cukup keras dan membuat Naruto batuk karena sakit.
"Sakura-jie memperlakukanku dengan baik." Naruto menjawab kembali.
Kakashi dan Naruto mulai percakapan setelah lama tidak melihat satu sama lain selama 2 tahun. Naruto adalah salah satu dari sekian orang yang Kakashi perlakukan sebagai sahabat sejati karena suatu peristiwa yang terjadi beberapa tahun yang lalu.
* Flash back *
"Anak-anak, Kalian berada di Cina sekarang. Kalian semua dijual kepadaku. Jika Kalian ingin bertahan hidup maka kalian harus melakukan apa yang Aku katakan, jika tidak, Kalian akan berakhir seperti berandala kecil yang kalian lihat sebelumnya "Orang itu berkata kepada Maki dan teman-temannya.
Setelah Lee dan Maki dijual ke Cina untuk bekerja kepada organisasi Hatake, Maki mulai belajar cara baru yang hidup. Saat bekerja untuk Hatake dia menemukan fakta bahwa orang-orang ini akan pergi berkeliling mengambil anak-anak yang ditinggalkan sendirian dan mengirimkannya ke Cina untuk melakukan pekerjaan yang sulit agar mendapatkan uang untuk organisasi. Anak perempuan akan dikirim menjadi pelacur sedangkan anak laki-laki akan dikirim untuk menjadi pencuri atau penipu.
Hari itu adalah hari di mana anak laki-laki dikirim untuk menemui bos mereka, dan bos yang mengendalikan bisnis ini adalah Kakashi. Maki dan Lee berdiri dalam satu baris bersama-sam dengan anak-anak lainnya , mereka mulai memperkenalkan diri satu per satu kepada Kakashi.
Ketika tiba giliran Maki, saat Kakashi mendengar nama unik 'Maki', senyum tumbuh di wajah Kakashi saat ia mengamati anak kecil ini. Dia meletakan tangan kanannya dan menepuk dua kali dengan lumayan keras pada bahu Maki, hal ini merupakan pertama kalinya Kakashi menepuk Maki.
Tempat Maki dan Lee tinggal adalah di sebuah apartemen kecil dan tua yang sempit dengan 8 anggota lainnya. Tidak ada tempat tidur yang cukup disediakan, sehingga Maki dan Lee tidur bersama di satu tempat tidur.
Kehidupan mereka di Cina dimulai, setiap hari mereka akan diberikan pekerjaan yang harus dilakukan, setiap pekerjaan akan memiliki bayaran tertentu, tentu saja jika mereka menyelesaikannya dengan baik maka akan dibayar lebih tinggi. Tetapi jika mereka tidak mencapai yang di targetkan mereka akan dihukum dan hukuman lebih buruk daripada sebuah kematian.
Pada awalnya karena masih tidak mengerti Bahasa Cina, Maki dan Lee ditugaskan untuk pekerjaan seperti pencopet dan pengutil. Dan mereka sering tertangkap karena belum memiliki keterampilan, mereka sering dipukuli karena hal tersebut dan hampir setiap harinya mereka akan menyisakan memar saat kembali ke apartemen mereka.
Dari hukuman yang sering mereka terima dan rasa sakit dari pukulan tersebut, mereka berdua belajar cara untuk hidup. Mereka belajar bahwa mereka harus menjadi sedikit egois.
Akhirnya Maki dan Lee menjadi mitra terbaik dari semua anak-anak lain, mereka dapat menyelesaiakan pekerjaan mereka cepat dan bersih tanpa meninggalkan jejak. Kakashi sangat terkesan pada keduanya, dan memutuskan memberikan mereka hadiah, mereka diberi pekerjaan yang lebih baik untuk deselesaikan.
Waktu cepat berlalu Maki dan Lee menjadi teman terbaik untuk Kakashi, mereka adalah orang-orang yang paling Kakashi percayai.
Sudah 2 tahun sejak mereka bekerja untuk Hatake. Mereka sekarang dapat berbicara bahasa Cina dengan lancar dan memahaminya tanpa masalah apapun. Suatu hari telepon Maki berdering dan Id pemanggil menunjukkan 'Kakashi'.
Maki mengangkat telepon dan suara bergetar terdengar dari sisi lain.
"Ma .. ki, di mana kamu sekarang?" Kakashi bertanya dengan suara gemetar.
"Aku baru saja melewati Hotel Nibiru. Ada apa ? "Maki bertanya kembali.
"Kamu harus membantuku."Kakashi berkata.
Kemudian ia menjelaskan melalui telepon bahwa Kakashi berselingkuh dengan Rin Uchiha, Istri dari Obito Uchiha, seorang jutawan di Cina. Meskipun ia hanya seorang pebisnis, tetapi dapat dipastikan bahwa ia memiliki kekuatan untuk membuat seseorang menghilang dari Cina.
Obito mendapat kabar bahwa istrinya berselingkuh dengan pria lain di Hotel Nibiru dan sekarang Obito membawa anak buahnya untuk menangkap basah mereka.
Rin menerima kabar tersebut dari pelayannya. Kakashi tidak tahu apa yang harus dilakukan ia panik karena ia tidak bisa memikirkan siapa yang harus ia memintai bantuan selain Maki. Jika ayahnya tahu tentang apa yang terjadi, Kakashi tidak bisa membayangkan apa yang mungkin akan terjadi padanya, ia mungkin akan dikirim ke pedesaan untuk mengurus pertanian selama sisa hidupnya.
Maki dan Lee berlari secepat mungkin ke Hotel Nibiru, tempat dimana Kakashi berada. Dia berhenti di depan kamar 205 dan mengetuk pintu. Butuh beberapa detik sampai pintu dibuka, Kakashi membuka celah kecil mengintip melalui itu untuk melihat apakah itu Maki atau bukan.
Setelah dia menegaskan bahwa itu mereka dia membuka lebar pintu tersebut untuk membiarkan mereka masuk.
"Maki apa yang harus Aku lakukan?" Kakashi berkata masih memakai setengah pakaiannya dan keringat terbentuk di wajahnya.
Kakashi menggetarkan Maki begitu keras karena dia panik, Rin dengan tenang berdiri di samping Kakashi meskipun ini menyangkut dirinya. Tepat waktu ketika Maki berusaha memikirkan ide, suara tinju mencoba mendobrak pintu.
Dan suara tersebut telah membuat panik Kakashi.
Maki menyeret pasangan tersebut ke kamar mandi "Tetaplah di dalam dan tolong jangan bersuara." Maki berkata kepada keduanya, dibalas dengan anggukan dari Kakashi dan Rin. Kemudian Maki menutup pintu.
"Apa yang harus kita lakukan?" Lee mulai panik.
"Aku punya ide ..." Maki berkata dengan tenang.
Pendobrakan pintu berlangsung selama sekitar 2 menit sampai pintu ditendang paksa. Obito dan beberapa orang dengan setelan jas hitam mengikutinya di belakang.
"Ah! Siapa kau "Lee muncul di bawah selimut dengan bertelanjang dada?. Maki kemudian muncul setelah Lee dengan bertelanjang dada juga. Obito dan pengawalnya mengamati mereka dan memasang wajah jijik saat mereka menerobos masuk pasangan gay terebut.
Salah satu pengawal mencoba mendekati kamar mandi, ketika tangannya berada di kenop pintu Lee memberi pengawal tersebut sebuah pelukan mesra.
"Oh,,my,, Kamu memiliki tubuh yang besar." Lee dengan sengaja meremas abs pengawal tersebut dengan kedua tangannya. Tangannya kemudian begeser ke selangkangan pengawal tersebut.
Karena takut pengawal tersebut mendorong Lee darinya.
"Apa yang Kamu lakukan dasar gay menjijikan."Pengawal tersebut mencaci Lee.
Lee berdiri kembali ia bersandar di pintu kamar mandi "Ayolah. Kami tidak keberatan memiliki threesome. "Lee berkata dengan nada menggoda.
Pengawal tersebut memberi pandangan jijik pada Lee, Obito merasa ingin menjauh dari pasangan ini secepat mungkin, akhirnya ia memerintahkan anak buahnya keluar karena tidak menemukan yang dicari di sini.
Maki cepat melompat dari tempat tidur dan mengunci pintu. Keduanya jatuh ke lantai dan menghembuskan napas panjang lega.
"Thank’s guys, Aku tidak tahu bagaimana cara untuk membayar Kalian kembali." Kakashi mengintip keluar dari kamar mandi.
* flashback end *
.
.
.
Setelah Lee dan Yamato mendapatkan senjata, mereka berpisah untuk menemukan Maito Guy. Mereka menunggu selama 5 jam di klub tapi Guy masih belum muncul. Sekarang hampir 2 pagi dan klub akan tutup pukul 4, jika Guy masih belum muncul mereka harus datang kembali keesokan harinya.
Akirnya keduanya mendapat pesan teks dari Naruto.
“Guy ada di sini. Di dekat bar”
Itu bunyi pesan yang dikirim dari Naruto. Yamato dan Lee segera pindah ke bar dan melihat kesekeliling. Naruto keluar dari ruang VIP untuk membantu.
Lee adalah orang pertama yang melihat Guy, Guy sedang menggoda beberapa gadis di bar sementara ia menunggu minumannya. Lee mencoba berhati-hati agar tidak terlihat saat ia perlahan mendekati lebih dekat dengan target.
Itu bukan hari keberuntungan bagi Lee, ia terlihat oleh Maito Guy segera, ketika Guy melihat Lee ia mendorong gadis-gadis ke arah Lee. Gadis-gadis itu jatuh ke pelukan Lee saat Guy mulai lari. Yamato dan Naruto mengejar Guy, mereka mengejarnya ke ruang staf karena pintu masuk belakang ada disana.
Lee mengikuti mereka begitu ia berhasil menyingkirkan gadis-gadis dalam pelukannya. Sementara Yamato semakin dekat dengan Naruto ia melemparkan salah satu dari senjatany kepada Naruto. Ketiganya mengejar Guy dari klub Heaven ANBU menuju pasar malam.
Karena jalan pasar malam dipenuhi orang.Guy berlari sembari mendorong orang-orang yang ada dihadapannya untuk menyingkir dari jalan, membersihkan jalur untuknya. Naruto, Lee, dan Yamato mengejar di belakangnya. Guy semakin berkeringat ketika Naruto dan kawan-kawan lebih dekat, Guy melemparkan pada mereka apa pun yang dia bisa ambil seperti kursi, makanan, dan benda lain untuk memperlambat mereka.
Jika tidak ada banyak orang, Yamato akan pastikan mengambil pistolnya keluar dan menembak Guy. Mereka terus kejar-kejaran, sampai Guy berlari ke sebuah gang gelap dan menghilang. Naruto, Lee,dan Yamato berhenti berlari dan menarik napas mereka. Mereka berdiri diam melihat sekeliling untuk memastikan apakah ada tanda-tanda Guy. Setelah satu menit suara tembakan terdengar tidak jauh dari tempat tersebut.
Ketiganya terkejut dan dengan cepat berlari menuju suara tersebut. Mereka mengamati beberapa sudut dan menemukan Guy tergeletak di tanah dengan darah menggenang dari tubuhnya. Naruto dan Yamato melihat beberapa orang dalam setelan jas hitam melarikan diri.
Yamato menembakkan beberapa tembakan kearah orang-orang tersebut dan Naruto mengejar mereka.
Lee tertinggal dan ia berlari ke arah Guy "Guy! Apakah Kamu baik-baik saja!? "Lee berteriak sambil mengangkat Guy ke dalam pelukannya.
Matanya merah, dia memeluk erat-erat saat ia merasakan dingin pada tubuh Guy. Darah mengalir keluar dari luka yang berada di dada, Lee meletakkan tangannya di atas luka mencoba untuk menghentikan pendarahan.
Maito Guy kehilangan kesadarnya karena jumlah darah yang hilang dari tubuhnya, dengan sedikit kekuatan terakhir Guy mengangkat tangannya untuk mencapai Lee tapi sayangnya jarak satu inci ke wajah Lee tangannya turun kembali.
Lee menangis keras dan memeluk erat Guy, ia mengenggam tangan Guy dan air mata mulai mengalir di matanya. Naruto dan Yamato berlari kembali hanya untuk melihat adegan Lee memegang mayat Guy.
"Lee, ayo kita pergi dari sini. Polisi datang "Suara sirene terdengar dari jauh saat Yamato mencoba menarik lengan Lee.
Lee bertahan menatap tubuh mati Maito Guy tanpa berpaling ketika Yamato menyeret Lee pergi.
Ketiganya berhasil melarikan diri dari TKP sebelum polisi tiba dan dengan aman berlari kembali ke hotel. Kemeja Lee tampak berlumuran darah Guy, ia duduk di tepi tempat tidur sambil memandangi darah di tangannya sendiri. Kunci merintih menarik kakinya dan duduk dengan memeluk kedua kakinya.
"Maito Guy sudah mati. Naruto apa yang harus kita lakukan sekarang? "Yamato bertanya kepada Naruto.
"Aku akan menelepon Sakura Nee-san dan menanyakan apa yang harus kita lakukan." Naruto mengambil teleponnya dan menghubungi nomor Sakura.
Naruto malaporkan situasi mereka saat ini dan menunggu untuk perintah berikutnya. Percakapan itu tidak berlangsung lama sebelum Naruto menutup telepon.
"Apa yang bos katakan?"Yamato kembali bertanya, setelah Naruto menutup Telponnya.
"Dia mengatakan kepada kita agar tidak melakukan apa-apa sekarang. Ini tidak aman bagi Kita untuk tetap tinggal di sini, Lee dan Aku harus pergi secepat mungkin. "Naruto menjawab.
"Oke jika memang begitu, Aku akan menelepon Choji untuk memesan tiket pesawat Kalian." Dia menepuk bahu Lee sebelum meninggalkan kamar hotel.
Naruto mengalihkan perhatiannya pada Lee, rasanya seperti pisau menembus hatinya melihat teman terbaiknya seperti ini, ini adalah pertama kalinya dia melihat Lee bertindak seperti ini.
Dia duduk di sampingnya dan memeluknya erat, itu adalah cara yang bisa ia lakukan untuk menghibur teman terbaiknya. Merasakan kehangatan dari Naruto, Lee justru semakin menangis, melepaskan semua air mata yang tertahan dalam dirinya sejak kematian Guy.
.
.
.
Choji memesan tiket pesawat lebih awal kembali ke Jepang untuk keduanya, Naruto dan Lee mengendarai taksi ke bandara dengan barang-barang mereka. Di bandara Yamato dan Choji telah menunggu mereka, keduanya berada di sana untuk mengantarkan Naruto dan Lee.
Choji menyerahkan dua tiket pesawat ke Naruto dan mereka mengucapkan selamat tinggal satu sama lain. Choji menepuk lengan Lee sebelum mereka pergi, ia mendengar segala sesuatu dari Yamato dan itu satu-satunya cara untuk menunjukkan dukungannya kepada Lee.
.
.
.
*ditempat lain*
Setelah Hinata mendengar kabar bahwa panti asuhan tempat dia tinggal dulu terbakar, ia berada dalam suasana hati yang depresi.
Neji yang melihat sepupunya seperti ini, akhirnya menggunakan kekuatan sendiri sebagai polisi untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang kasus ini dalam database polisi.
Karena panti asuhan itu hanya memiliki anak-anak dengan jumlah sedikit , semua terdaftar dalam sebuah file yang menyatakan bahwa tidak ada mayat ditemukan tetapi Maki dan Pain diberitakan hilang.
Polisi yang telah melakukan pencarian selama dua hari tidak memiliki temuan baru. Sehingga mereka beranggapan bahwa Maki dan Pain telah mati atau tidak di Jepang lagi.
Neji menyelidiki pemilik panti asuhan, Tsunade Senju, mencari tau dimana dia tinggal dan berharap mungkin mereka bisa mendapatkan sedikit informasi tentang Maki setelah Hinata meninggalkan panti asuhan.
.
.
.
"Apakah Neji-Nii yakin Tsunade-sama tinggal di sini?" Hinata bertanya dengan semangat saat ia berjalan ke atas bukit ke sebuah desa terpencil di pedesaan.Neji hanya mengangguk, tidak benar-benar yakin.
Jalur ke desa itu terlalu sempit maka mobil tidak bisa melewatinya, satu-satunya cara adalah berjalan melewati bukit. Untungnya itu tidak benr-benar jauh sampai mereka tiba di depan pintu masuk desa.
Jalanan masih tanah alami dan rumah-rumah dibuat dari kayu. Rumah-rumah tersebut tampak rapuh seperti akan rubuh jika hembusan angin yang kuat mengenainya.
Neji mengambil selembar kertas yang bertuliskan sebuah alamat. Neji melihat sekeliling untuk menemukan tempatnya. Tidak ada nama jalan atau apapun jadi benar-beanr tidak mudah untuk menemukan tempat yang mereka cari meskipun mereka memiliki alamat.
Setelah bertanya kepada lima orang yang tinggal di sana, mereka akhirnya menemukan rumah yang mereka tuju. Mereka mengetuk pintu beberapa kali namun tidak ada jawaban. Seorang pria tua yang tinggal di sebelah mengintip dari jendela. Neji melihat orang tua dan berlari ke arahnya.
"Pak, apakah Anda tahu di mana pemilik rumah ini sekarang?" Tanya Neji sopan.
"Tsunade-Sama? Dia biasanya ada dikuil jam segini "Pria tua itu menjawab seraya menunjuk ke arah Kuil.
Hinata dan Neji berjalan mengikuti arah yang diberikan oleh pria tua menuu kuil. Sekitar 10 menit berjalan kaki akhirnya kuil yang dituju terlihat. Ketika mereka memasuki Kuil, itu tampak sangat bersih dan terawat. Di depan patung Budha Tsunade berdiri di sana sembari berdoa. Hinata diam-diam berjalan lebih dekat dengannya berusaha untuk tidak mengganggumya berdoa. Setelah berdoa Tsunade berbalik dan melihat dua orang dewasa yang belum dia kenal.
"Permisi anak muda, apakah ada sesuatu yang Kalian butuhkan?" Tsunade betanya menyambut kedatangan mereka.
Air mata mulai mengalir dari mata Hinata saat ia menatap mata Tsunade, wajah familiar yang ia ingat. Dia tidak berubah sama sekali, kecuali fakta bahwa usianya kini telah bertambah.
Hinata menangis sambil berkata "Tsunade-Sama! Ini Aku Hina-Chan! "
Tsunade syok dengan mata melebar dan terkejut melihat Hina-Chan lagi. Tsunade segera membawa Hinata kedalam pelukannya dan Hinata mulai menangis dengan suara keras.
Tsunade memperlakukan Hinata dengan baik ketika dia berada di panti asuhan, perasaan melihat Tsunade-Sama lagi adalah seperti melihat anggota keluarganya bagi Hinata.
Tsunade mengajak mereka berdua ke ruang tamu di mana mereka bisa duduk dan menikmati secangkir teh bersama-sama. Hinata dan Neji duduk di kursi, sementara Tsunade sedang menyeduh teh segar.
Hinata mulai tenang, mata dan hidungnya masih merah dari emosi sedih tiba-tiba yang meluap. Tsunade menyediakan dua secangkir teh segar, dia duduk di depan mereka.
"Apakah Kamu ke sini untuk bertanya tentang Maki ?" Tsunade bertanya karena tahu , Hinata bukanlah yang pertama menemuinya untuk bertanya tentang Maki. Dia juga ingat bahwa ketiga dari mereka akan selalu tetap dekat bersama-sama.
Hinata mengangguk kepalanya menanggapi pertanyaan Tsunade.
Tsunade mendesah dan mengambil seteguk teh saat ia mulai bercerita keadaan Maki setelah Hina-Chan pergi "Setelah Kamu pergi dari panti, Maki menjadi jauh lebih diam, dia tidak berpartisipasi dalam kegiatan dengan anak-anak lain dan dia tidak pernah berbicara kecuali dia harus berbicara . Dia hanya melamun saat mengutak-atik kalungnya atau membaca buku dalam diam. "
Mendengar itu membuat hati Hinata terasa sakit, dia menyesal meninggalkan Maki sendirian di panti asuhan. "Apa yang terjadi saat kecelakaan itu?"Hinata bertanya.
"Beberapa anak-anak sedang bermain dengan kotak korek api yang mereka temukan di dapur, api kecil yang timbul ternyata menjala keseluruh bangunan. Ketika kami tahu bahwa api itu terlalu besar bagi kita untuk memadamkannya, kami segera mengevakuasi semua orang. Ketika kami menghitung jumlah anak-anak kami menyadari bahwa Maki dan Pain tidak ada tetapi api sudah membakar sebagian besar panti asuhan. "Tsunade mencoba menceritakan prihal kejadian.
Sisa dari cerita itu adalah apa yang Neji sudah memberitahu kepada Hinata. Kecelakaan itu masuk headline surat kabar dan orang-orang darmawan menawarkan bantuan mereka untuk anak-anak kecil yang malang dengan menyumbang uang atau mengadopsi mereka.
Hinata lebih depresi daripada sebelumnya, ia merasa bahwa Maki tidak layak untuk semua ini, kenapa harus Maki yang menderita?
Setelah mendapatkan informasi dari Tsunade, Hinata dan Neji pamit meninggalkan kuil, karena Neji perlu kembali ke kantor polisi. Hinata berjanji kepada Tsunade bahwa dia akan datang kembali untuk mengobrol lebih lama jika dia tidak sibuk.
Tsunade mengantar mereka sampai pintu kuil, begitu mereka berdua berjalan cukup jauh dari kuil seorang gadis jangkung berjalan dari arah berbeda menuju kuil.
"Ino-chan!" Tsunade berkata sedikit berteriak karena dia senang melihat gadis cantik itu lagi.
Setelah mendengar nama yang menurutnya akrab Hinata menghentikan kakinya dan melihat kembali kearah kuil. Dia hanya melihat bagian belakang seorang gadis tinggi dengan rambut panjang kuning dikat, mengenakan gaun biru laut yang indah.
Tsunade menunjuk kearah belakang kepada gadis jangkung, membuat gadis jangkung itu berbalik, mata mereka bertemu. Keduanya saling menatap selama beberapa detik sebelum mendekati satu sama lain.
Perasaan bahagia muncul didalam diri mereka dan keduanya saling berbagi senyuman.
"Hai, Perkenalkan Aku Yamanaka Ino, atau biasa dipanggil Ino-chan." Ino memperkenalkan dirinya dengan cara bercanda. Dia tahu orang di depannya saat ini adalah Hina-Chan karena Tsunade telah mengatakan kepadanya.
Hinata terkekeh. Ino masih sama seperti dulu, masih tetap menjadi gadis yang lucu pikir Hinata . "Hai, Aku Hyuga Hinata, Kamu bisa memanggilku Hina-Chan." Dia memutuskan untuk ikut bercanda dengan Ino, dan mereka berdua tertawa sesudahnya.
Neji harus segera pulang karena ia harus kembali ke kantor polisi, Ino menawarkan Hinata untuk mengantarnya kembali kerumah, sehingga Hinata bisa tinggal lebih lama di sini untuk ngobrol dengannya.
Mereka kembali ke kuil untuk wilayah tamu, duduk bersama di sebuah bangku.
"Aku tidak percaya, Aku akan bertemu denganmu lagi Hina-Chan." Kata Ino merasa tidak percaya.
"Aku juga berpikir begitu." Hinata merasakan hal yang sama.
.
.
Mereka melepas rindu dengan memiliki obrolan panjang mereka sendiri, Mereka sekarang tau keadaan masing-masing. Hinata dan Ino sadar bahwa mereka ternyata sama-sama kuliah di Jepang International University.
Yang berbeda Ino mengambil studi keperawatan sementara Hinata mempelajari seni rupa. Obrolan mereka berlangsung sangat menyenangkan, Hinata menceritakan kehidupnya ketika ia berada di Paris dan Ino menceritakan kehidupnya dengan keluarga angkatnya.
Tapi tawa itu berhenti seketika saat Ino menyebutkan nama Maki.
"Aku bertanya-tanya di mana Maki-Nii sekarang. Aku benar-benar berharap bahwa dia masih hidup. "Hinata berkata sambil menunduk.
Ino selalu menjadi gadis ceria yang selalu berpikir positif, dia mengatakan "Jangan khawatir, kita pasti bisa bertemu dan melihatnya lagi."Ino berkata meyakinkan Hinata dengan senyum percaya dirinya.
Seolah-olah senyum Ino tersebut memiliki kekuatan super, Hinata mendapatkan semangatnya lagi. Dia harus berpikir positif, sekarang saja dia bisa bertemu Ino-chan lagi maka suatu saat nanti dia pasti bisa bertemu dengan Maki-Niinya juga.
.
.
.
To be continue...
Comments
Post a Comment