“Hidup dalam Air Mata”Chapter 13





“Hidup dalam Air Mata”

Chapter 13

Author : KA Jung Liu


Disclaimer :

Manga dan semua carekter Naruto cuma milik Masashi Kishimoto, 

Naruto dan Hinata mutlak milik Masashi Kisimoto kita hanya sebatas pengagum mereka. Akan tetapi Naruto hanya milik Hinata. Dilarang keras memisahkan Naruto dari pelukan Hinata! Bagi Keluarga Naru_Hina Lover’s
(UUD NHL 2013 Pasal 2 Ayat 1)

Pairing : Naruto & Hinata


Rate : M
(Untuk tidak kekerasan dan kata-kata kasar, Tidak ada adegan Limenya )


Genre :
Angst. Action, Romance, Tragedi, (Mungkin?)

Warning: 
Ide cerita pasaran, OOC, AU, Typo,Tanda baca salah, No EYD, Agak BAKU, membingungkan, hati-hati karena P.O.V berubah-ubah dan masih banyak kekurangan yang lain.
.


.

~ H D A M ~
.


.

Sebelumnya Di HDAM :

“Tenanglah, my Princess ini hanya luka ringan, akan segera membaik”


Berat hati Hinata untuk melepaskan Naruto, isak tangis masih menemani suasana saat itu. Sebanyak apapun dia ingin Naruto tetap disampingnya itu tidak mungkin karena Naruto masihh terikat dengan Kitsune.


Naruto menempatkan kecupan di dahi Hinata sebelum beranjak dari sofa yang nyaman kekamarnya mengambil pakaian untuk dikenakan. Kemudian keluar kembali ke ruang tamu dan melihat Hinata sekali lagi sebelum meninggalkan apartemennya.
.


.

~ H D A M ~
.


.

*Hinata P.O.V*
Pagi ini saat ku buka mataku, perasaan yang kurasakan saat ini benar-beanar tidak bisa di definisikan dengan pasti, antara kesepian, kecemasan, dan kekhawatiran bercampur baur menjadi satu. Aku melangkah menuju kamar mandi dengan beban dalam pikiranku, mencuci muka dan menyikat gigi.

Pertanyaan kenapa semenjak malam itu Naruto tidak datang kembali, tidak ada panggilan telepon atau pesan teks darinya ? muncul dikepalaku. Bahkan setiap kali Aku mencoba untuk memanggil Naruto, dia tidak pernah mengangkatnya. 

Ini sudah 2 hari dan Aku sangat khawatir jika sesuatu terjadi pada Naruto. Kini yang bisa Aku lakukan adalah menunggu dan berharap bahwa dia bisa kembali. 


Aku benar-benar larut dalam lamunanku hingga ringtone dari telepon selularku membuyarkannya, Aku segera berlari keluar dari kamar mandi meraih telpon yang berada di meja dan segera menjawab panggilan.


"NARUTO?" Aku bereriak menjawab telepon tanpa melihat ID pemanggil.


"... Ini aku Neji."


"Oh ...Nii-san ...." Segera suaraku berubah menjadi suram dan tertekan.


"Hinata kembali ke rumah, Aku tahu di mana Kau berada. Ini benar-benar tidak aman untuk bersama Naruto lagi jadi kembalilah kerumah. " Neji-Nii berkata dengan nada khawatir.


"Nii-san ... Apa mksudnya ?" Pemikiran tentang Naruto muncul kembali, membuat nada suaraku bergetar karena takut sesuatu terjadi padanya.


Aku mendengar Neji-Nii mendesah sebelum menjawab pertanyaanku. "Semua orang di Kitsune sedang berburu untuk menangkapnya dan boss mereka menginginkanya dalam keadaan mati."


Aku membeku, perasaan yang kurasa saat ini adalah seperti saat Aku mendengar tentang kematian Maki yang belum dikonfirmasi kebenarannya. Hampa, dan begitu menyakitkan dihati.

*Hinata P.O.V End*

.


.

~ H D A M ~
.


.

*Ino P.O.V*
Seperti biasanya aku berada di kamar Mr. Uchiha untuk memberinya terapi harian. Aku terus memandangi pintu seraya memberikan pijatan kepada Mr. Uchiha . Aku bertanya-tanya apakah Sakura Nee-san akan datang hari ini. 


Setelah melihat Sakura Nee-san terakhir kali saat itu, Aku bertanya kepada Konan-Nee apa dia biasanya datang setiap hari untuk melihat suaminya dan Konan-Nee menjawab bahwa dia setiap hari mengunjunginya.


Rutinitas terapi harian ini hampir selesai tapi aku masih tidak melihatnya. Aku lembut menyelipkan kaki kanan Mr Uchiha di bawah selimutnya sebelum meninggalkan kamarnya dengan kecewa.


"Mungkin dia tidak ingat Aku." Aku bergumam pada diriku sendiri dalam perjalanan ke pasien berikutnya.

* Flashback *

Ini adalah hari pertamaku sebagai trainee di rumah sakit. Kepribadian ceria ku, wajah manis dan antusiasme dalam bekerja membuatku mudah untuk diterima dan disukai oleh semua staf dan pasien. 


Karena itu adalah hari pertama ku dan perawat Konan yang bertugas mengawasiku, dia tidak membuatku kesulitan dia mempermudah diriku, menyuruhku merawat pasien yang tidak mengganggu kenyamananku. 


Shiftku berakhir terasa sangat cepat karena Aku menikmati pekerjaanku. Peserta lainnya dan beberapa perawat senior, kami memutuskan untuk pergi ke bar untuk merayakan hari pertama peserta.


Karena beberapa perawat masih memiliki shift besok dan lagi pula aku tidak terlalu berminat pada alkohol sehingga mereka memesan bir di mana tingkat alkohol rendah. Kami gembira mengobrol berusaha untuk mengenal satu sama lain lebih baik sehingga kami dapat berkomunikasi lebih baik selama bekerja. 


Waktu terus berjalan, satu persatu dari kami meninggalkan bar menyisakan Aku dan Konan Nee-san.


"Ino Kau yakin Kau baik-baik saja mendapatkan rumah sendiri saya dapat meminta pacarku untuk mengantarmu pulang?" Konan Nee-san bertanya dengan nada khawatir.

“Sudah terlalu larut untuk seorang gadis pulang sendirian dan itu berbahaya.”Dia melanjutkan.


"Aku akan baik-baik saja rumahku tidak terlalu jauh dari sini. Aku akan menelepon sopir ayahku untuk menjemputku. "Aku tersenyum meyakinkan Nee-san bahwa aku akan baik-baik saja.


“Oke!, Aku akan menemanimu menunggu sampai sopir ayahmu datang”


Tidak lama setelah dia mengatakan hal tersebut, pacarnya menelponya dan mengatakan bahwa dia sudah menunggunya diluar untuk menjemputnya.


“Sudah Konan Nee-san tidak perlu khawatir denganku, pacar Nee-san sudah datang, percayalah Aku akan baik-baik saja”


“Tapi,....”


“Sudah sana, kasihan jika dia menunggu terlalu lama” Aku memotong ucapannya dan mendorongnya ke arah pacarnya.


Dia mengucapkan selamat tinggal masih dengan berat hati.


Aku masih menunggu sopir ayahku datang menjemput. Hingga dua orang tengah mabuk datang kearahku, membuatku sedikit panik.


"Hey gadis cantik mengapa Kau terlihat begitu kesepian? Mengapa Kau tidak bergabung dengan kami untuk minum ?"kata salah satu orang tersebut dan dengan seenaknya menempatkan lengannya di bahu ku.



Aku tidak mengatakan apa-apa, aku mencoba menyingkirkan mereka, tapi aku tidak memiliki kekuatan. Kami mendapat banyak perhatian dari adegan tersebut, tapi tak ada yang peduli dan mencoba untuk membantuku. Aku terus berjuang dan berteriak "jangan" dan "tolong" tapi itu tidak berguna. 


Ketika salah satu dari mereka mulai membelai pahaku, sebelum orang tersebut bisa pergi jauh sebuah tangan lebih kuat menahan bahwa tangan kotor tersebut.



"Hei ,fuck ... argh!!" Sebelum orang tersebut bisa menyelesaikan kalimatnya sebuah jeritan menyakitkan itu lolos dari mulutnya.


Pria yang membantuku memutar tangan orang yang mencoba berbuat buruk padaku dan menyematkannya ke sofa seperti sepotong kue. Orang lain yang duduk di samping ku langsung terjaga dari mabuk. 


Mereka ketakutan menatap wajah penyelamatku dan segera melompat dari sofa untuk melarikan diri. Ketika penggangu tersebut bebas dari penyelamatku dia segera melarikan diri sambil memegang lengannya. 

Aku terkejut dengan tindakannya dan segera berterimakasih.


“Terima kasih banyak telah menyelamatkanku”Aku sedikit membungkuk.


"Jangan berterima kasih kepadaku berterima kasih kepada bosku ." Kata pria tersebut dan menunjuk kearah seorang wanita berambut pendek berwarna seperti permen kapas yang indah telah duduk di meja bar sepanjang waktu. Aku perlahan-lahan berjalan menuju penyelamatku sebenarnya.


"Terima kasih karena telah menyelamatkanku." Aku membungkuk meskipun aku hanya menghadapi punggungnya.



"Ayo duduk di sini." Wanita itu menepuk bangku di sampingnya.



Aku ragu-ragu sebelum mengambil langkah dan duduk di bangku di sampingnya. Perlahan-lahan dia berbalik menatap wajahku. Aku terpana oleh wajah indah dan aku tidak bisa menyingkirkan pandanganku dari wajah itu.


Dia menuangkan segelas anggur merah kedalam gelas kecil dan menyerahkannya kepadaku. "silahkan ." Kata Dia akhirnya menghadapiku sepenuhnya kali ini.


Aku begitu terhipnotis dan mengambil segelas anggur tersebut dan meminumnya. kami menikmati mengobrol bersama-sama. 

Setelah beberapa gelas aku mulai merasa pusing dan aku benar-benar tidak tahu apa yang terjadi setelah itu.


Yang aku tahu adalah ketika Aku terbangun dengan sakit kepala, nyeri otot, telanjang dan pakaiannya berserakan di mana-mana di lantai. Tapi tidak ada seorang pun di ruang itu kecuali diriku sendiri. Aku melihat sekeliling dan menemukan selembar kertas.


Sesuatu hal penting terjadi sehingga aku harus pergi sebelum Kau bangun.

Tapi tadi malam benar-benar menyenangkan. 


Itu pesan singkat dan sederhana, tidak ada nama dan tidak ada nomor telpon. Aku mermas kertas itu dan melemparkannya ke lantai. Ya, aku tahu apa artinya ketika seseorang hanya pergi begitu saja tanpa meninggalkan informasi apapun dari mereka, itu berarti kami tidak akan pernah bertemu lagi.
.


.

~ H D A M ~
.


.

Aku melanjutkan hari-hariku sebagai perawat baru, beban kerja yang kupunya kini menjadi lebih berat sehingga Aku bahkan lupa apa yang terjadi malam itu dan seperti apa wajah gadis terakhir kali au bertemu di bar. 


Karena dedikasi yang baik dariku pada pekerjaan, aku mendapatkan kepercayaan dari perawat senior Konan untuk menangani lebih banyak pasien kepadaku. Aku ditugaskan untuk mengurus seorang pasien yang berada dalam keadaan koma selama 2 tahun, dan aku sama sekali tidak berpikir bahwa pasien ini akan membawaku kembali untuk melihat gadis itu lagi.

* Akhir * Flashback
.


.

~ H D A M ~
.


.

Aku sempat membuang jauh-jauh pikiran tetang malam itu bersama dengan gadis yang mengaku bernama Sakura. Tapi ketika aku melihatnya lagi dan mendengar banyak tentang dia dari perawat lainnya. Aku tidak bisa menyangkal bahwa aku ingin tahu tentang gadis misterius itu.



Dan aku tidak dapat menyangkal fakta bahwa aku benar-benar ingin melihatnya lagi.
*Ino P.O.V End*

.


.

~ H D A M ~
.


.

*Hinata P.O.V*
Aku bangun dengan mata terasa bengkak dan mungkin akan terlihat merah, aku bangun dari tempat tidur luas. Merasa hampa melirik kearah dimana Naruto tidur, baik itu di sampingku atau di sofa kesayangannya.

Aku sudah lelah menangis selama berhari-hari menunggu Naruto untuk datang kembali dan aku tidak pernah berinteraksi dengan dunia luar. Aku tidak hadir ke kelas dan tidak menjawab semua panggilan telepon.


Bahkan jika bel pintu apartemen ini terus berbunyi aku mengabaikannya. Tapi aku tahu bahwa sudah waktunya untukku berhenti bersedih, ini bukan hanya menyakiti diriku sendiri, tapi aku juga menyakiti orang-orang yang peduli tentangku seperti orang tuaku dan Neji-Nii.





Aku menyeret kakiku ke kamar mandi, melihat sekilas di cermin. Aku melihat wajah pucat mengerikan masih dengan bekas air mata tadi malam. Aku segera mencuci wajahku dan mandi bersiap-siap untuk pergi ke kampus.
.


.

~ H D A M ~
.


.

Ketika aku sampai ke kelas semua teman-temanku berkumpul di sekelilingku dengan senyum lebar mereka. Aku pikir mereka begitu senang melihat aku setelah tidak hadir selama berhari-hari untuk luka pergelangan kakiku dan absen baru-baru ini. Melihat bagaimana semua orang peduli kepadaku, Aku berhasil memaksakan senyum ku.


Meskipun aku berada dikelasku, tetapi hati dan pikiranku sama sekali tidak hadir disini. Aku masih memikirkan Naruto dan bagaimana caranya Aku dapat menemukannya. Kelas berakhir dan pikiranku masih diduduki oleh Naruto.


Saat kelas terakhirku juga berakhir , Aku cepat memebereskan buku dan meninggalkan kampus. Naruto tidak pernah benar-benar menyebutkan tentang teman-temannya sebelumnya dan satu-satunya orang yang aku kenal hanya Lee Nii-san.

Aku segera menuju ke klub Seiryu, tempat pertama kali Aku bertemu Naruto dan Lee-Nii . Aku memasuki klub melihat kearah bar tetapi tidak melihat Lee, kemudian aku berjalan menaiki tangga dan dari kejauhan mencoba mengintip ke kantor mereka. Nampaknya tidak ada seorang pun di sana. Aku tinggal di klub selama beberapa jam dan akhirnya memutuskan untuk pergi dengan perasaan kecewa.
.


.

~ H D A M ~
.


.

Ketika kembali ke apartemen Naruto saat aku masih berada di luar, aku tersadar bahwa pintu sedikit terbuka. Aku jelas ingat bahwa telah menguncinya dengan benar. Aku segera masuk ke dalam.


Disuguhi pandangan kekacauan, Sofa terbalik, bantal dirobek dan dilemparkan di lantai. Laci di dapur dibuka dan makanan tersebar di mana-mana. Aku cepat-cepat berlari ke kamar tidur dan menemukan bahwa tempat itu juga berantakan. Semua pakaian yang berserakan di lantai lemari dan laci semuanya dibuka. 


Ini tampak seperti pencuri telah memasuki apartemen ini. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan, ini adalah pertama kalinya aku mengalami situasi tersebut. Orang pertama yang ada dalam pikiranku untuk meminta bantuan adalah Neji Nii-san.
.


.

~ H D A M ~
.


.



Satu jam kemudian Neji-Nii datang bersama dengan beberapa polisi.


"Hinata, apakah Kau terluka?" Neji-Nii bertanya dengan wajah khawatir.


Aku hanya menggeleng.


“Apakah ada barang berharga yang dicuri ?” Seorang polisi bertanya padaku.


“Aku telah memeriksanya sebelum Neji-Nii tiba dan sama sekali tidak ada barang-barang berharga yang hilang” Aku menjawab masih dengan nada datar.



“Mungkin ini ada kaitannya dengan anggota Kitsune” Neji Nii-san berkata kepada polisi tersebut dan hanya dibalas anggukan. 


Sehingga mereka berhenti bertanya padaku mengenai kejadian yang terjadi.


Mereka akhirnya memutuskan untuk kembali ke markas mereka setelah meyakinkan bahwa ini bukan kasus pencurian.


Sebelum Neji Nii-san kembali kemobil mereka dia mencoba meyakinkanku.


“ Hinata sebaiknya Kau pulang, tinggal di apartemen Naruto sudah tidak aman sekarang”



“Aku berniat menunggunya, dan tolong jangan pernah paksa aku untuk meninggalkan apartemen ini, karena aku tidak akan pernah mau pergi sebelum dia benar-benar kembali”Aku menjawab masih dengan wajah dan suara datar.


Neji Nii-san mendesah sebelum pergi meninggalkan aku.


“Baiklah, Aku hanya berharap bahwa Kau akan baik-baik saja”
.


.

~ H D A M ~
.


.

Setelah mereka pergi dan menysakan aku sendiri, perlahan-lahan aku mulai mengambil barang-barang yang berantakan. Aku mulai membersihkan kamar tidur pertama, karena aku akan tidur di sana. 


Aku mengambil pakaian bersih milikku dan milik Naruto, merapikannya dan menempatkan mereka kembali kedalam lemari. Ketika semua pakaian telah tersusun rapih aku mulai merapikan laci. 


Di dalam laci ada beberapa foto-foto lama Naruto bersama Lee, melihat foto-foto tersbut membuatku entah bagaimana tersenyum. Aku mencoba merapikan mereka kembali dalam satu tumpukan dan kemudian aku terpaku melihat sebuah kotak.


Itu adalah kotak biasa, ketika aku membukanya aku terkejut dengan benda yang ada didalamnya.



"Ini ..." Aku mengambil sebuah kalung akrab dan cincin dari kotak.


"Oh... my God!" Aku refleks menutup mulutku dengan tanganku.


"Maki ..."


Air mata mulai mengalir keluar dari mataku dan berjuta pertanyaa sekarang muncul dikepalaku. Aku ingin segera melihat Naruto dan bertanya padanya tentang kalung ini. Apakah Maki masih hidup? Apakah Maki adalah Naruto? Dan berbagai pertanyaan-pertanyaan terus bermunculan dalam pikiranku. Tidak ada kata-kata yang bisa menggambarkan apa yang aku rasakan sekarang. 


Aku memegang erat-erat kalung tersebut dan mencoba untuk menenangkan diri dalam berpikir dengan benar. Tiba-tiba aku ingat hari ketika aku membawa Naruto untuk mengunjungi Tsunade-Sama, setelah kembali dari kamar mandi aku melihat mata Naruto merah seperti habis menangis.


Aku ingin bertanya apa yang terjadi, tapi hanya terganggu oleh ucapan antusiasme Tsunade-sama maka pertanyaannya itu menghilang dari kepalaku.





Aku cepat menyeka air mata dari wajahku, menyambar tas dan tidak lupa meletakkan kalung itu di dalam tas segera menuju ke pintu. Aku perlu mengetahui kebenaran dan satu-satunya orang yang bisa menjawabnya sekarang adalah Tsunade-Sama. 



Di luar di jalan aku berdiri di sana sendirian menunggu taksi lewat tapi sayangnya itu benar-benar sudah larut malam dan bahkan tidak ada satu mobil pun terlihat. Aku dengan cepat mengambil telepon selularku dan segera menghubungi Neji Nii-san, karena hanya dia yang bisa aku mintai bantuan.


Tiga puluh menit kemudian Neji Nii-san datang dengan mobilnya berhenti tepan di depanku, aku segera masuk kemobilnya. 


Kami berhasil mencapai rumah Tsunade-Sama lebih cepat dari biasanya karena jalanan cukup sepi. Aku terus menggedor pintu sampai Tsunade-Sama membukanya.



Dia masih setengah tidur tapi aku segera menyerangnya dengan pertanyaan "Tsunade-Sama, tolong beritahu aku jujur, apakah Naruto adalah Maki?" Aku bertanya penuh semangat.



Tsunade-Sama sekarang terjaga dari pertanyaan tiba-tiba. "Masuklah dulu , kami akan membicarakannya didalam, diluar terlalu dingin." Dia menyuruhku dan Neji Nii-san untuk masuk.
*Hinata P.O.V End*
.


.

~ H D A M ~
.


.

*Tsunade P.O.V*

Aku benar-benar terkejut dengan kunjungan tiba-tiba Hinata dan Neji, serta pertanyaan mengejutkan yang dilontarkan Hinata. Aku menyuruh mereka masuk dahulu karena diluar terlalu dingin.


Mereka duduk di meja makan. Aku menuangkan dua gelas air hangat dan menyuguhkan kepada mereka.



"Katakan Tsunade-Sama. Apakah benar bahwa Naruto adalah Maki? "Hinata penuh semangat bertanya kembali. Air mata mulai mengalir dari matanya.



Melihat air mata yang keluar dari mata indahnya, aku menyerahkan tisu untuknya. 


Aku menghela napas sebelum bicara. "Sepertinya kebenaran tidak dapat disembunyikan lagi."



"Ya, Naruto adalah Maki dan Maki adalah Naruto." Aku akhirnya berkata.



"Kenapa? Mengapa dia tidak memberitahuku ? Mengapa Tsunade-sama tidak katakan padaku? "Dia berteriak keras menyambar ke bahuku gemetar menguncangku.



"Tenanglah Hinata, Kau menyakiti Tsunade-Sama." Neji akhirnya berbicara dan memindahkan tangan Hinata menjauh dariku.



"Aku pikir dia hanya ingin menunggu waktu yang tepat untuk memberitahumu. Maki begitu mencintaimu, jika dia tidak mencintaimu maka dia tidak akan menyerahkan tempatnya untukmu "Aku mengenggam ketat ke dua tangan Hinata mencoba menenangkan gadis ini.



"Apa maksud dari tempat? Apa yang Tsunade-sama bicarakan? "Hinata tiba-tiba berhenti menangis dan menatapku dengan tatapan bingung.



* Flashback *


"Sepertinya hanya diriku sendiri sekarang." Maki mendesah sambil berbisik kepada dirinya sendiri dan setetes air mata jatuh dari matanya.


Tsunade-Sama mendekati Maki dan memeluknya erat. Dia menepuk kepala laki-laki kecil itu dan mendesah. "Kau benar-benar anak bodoh."


"Kenapa kau mohon Tuan dan Nyonya Hyuga untuk mengadopsi Hina-Chan, Kau tahu bahwa mereka benar-benar tertarik untuk mengadopsi Kau pertama kali?"Aku berkata kepadanya masih dengan memeluknya.


“Walaupun sebenarnya Tuan dan Nyonya Hyuga dilema apakah akan memilih engkau atau Hina-Chan. Kau menjadi anak yang terlihat kuat itu yang membuat Tuan Hyuga tertarik. Sementara Hina-Chan memiliki sikap lucu seperti seorang putri kecil yang membuat Nyonya Hyuga tertarik padanya. Namu mengadopsi kalian berdua mustahil bagi mereka, sehingga mereka hanya dapat memilih satu dari anda berdua , maka dari itu mereka memutuskan untuk memilihmu“Aku melanjutkannya.



“Ketika Mr. Dan Mrs. Hyuga membahas masalah itu di kantor selama waktu kelas, ketika aku dalam perjalanan kembali dari kamar mandi, aku mendengar percakapan mereka. Sejak saat itu dan seterusnya aku telah membulatkan tekad untuk memohon mereka agar mengadopsi Hina-Chan, meskipun sakit harus berpisah jauh dari Hina-Chan, tapi itu hanya untuk yang terbaik bagi kami berdua.”Dia menjawab dengan tenang sedikit bergumam, tapi aku masih bisa mendengar dan berhenti sejenak.



"Dan aku hanya ingin Hina-Chan untuk hidup bahagia."Maki dengan lembut berbicara, masih berusaha untuk menahan air matanya, dan mencoba untuk tersenyum.



Aku benar-benar terkejut dengan kata-kata yang aku dengar dari anak laki-laki satu ini. Meskipun Maki masih muda, tetapi aku tidak pernah berpikir bahwa dia begitu perhatian ke pada Hina-Chan.


Aku berasumsi bahwa Maki pasti terlalu mencintai Hina-Chan.

* Akhir * Flashback
*Tsunade P.O.V End*
.


.

~ H D A M ~
.


.

*Hinata P.O.V*

Air mata terus mengalir dari mataku dan tidak bisa berhenti dan aku merasakan hatiku sakit setelah mendengar cerita dari Tsunade-Sama. Di dalam hatiku, aku mulai menyalahkan diri sendiri karena menyebabkan Naruto masuk ke dalam situasi tersebut.


Jika bukan untuk diriku, Naruto tidak akan pernah menderita di Cina. Jika bukan demi aku Naruto tidak akan pernah bertemu dan bergabung dengan Kitsune dan jika bukan karena demi aku, Naruto pasti akan hidup bahagia.


Kebenaran akhirnya terungkap.


Aku merosot meletakan kepalku kemeja menangis sejadi-jadinya.


"Kali ini aku tidak akan meninggalkanmu." Kata-kata tersebut tiba-tiba bergema di kepalaku sekali lagi dan ketika mendengar kata-kata tersebut saat itu, aku hanya terharu dan sekarang ketika Aku tahu bahwa Naruto adalah Maki, aku mengerti makna dibalik kata-kata yang ia ucapkan.


Jika saja aku tahu sebelumnya, mungkin setidaknya masih ada perbedaan yang terjadi, masih ada sesuatu yang bisa aku lakukan untuknya.

*Hinata P.O.V End*
.


.

~ H D A M ~
.


.

To Be Continue....

Comments